19

8.3K 467 12
                                    

Taehyung tersenyum getir. Lawan bicaranya sekarang menatap penuh tanda tanya, membuat Taehyung memalingkan wajahnya.

"Aku malas membicarakannya," Jennie bungkam mendengar kalimat yang baru saja Taehyung lontarkan. Mendengar kalimat yang bukan ia inginkan membuat rasa penasarannya semakin menggebu.

"Kenapa? Kamu temannya, kan?"  Taehyung tak menjawab, ia justru enggan berkontak mata dengan Jennie.

Iya, kita hanya teman, batin Taehyung.

Alih-alih menjawab pertanyaan Jennie, si tampan justru mengalihkan topik pembicaraannya sekarang. Ia sengaja menanyakan hal sepele seperti, "Jam berapa sekarang?"

Jennie tidaklah bodoh, ia juga tahu kalau pertanyaan Taehyung tadi hanya sebatas untuk mengalihkan topik. Ia tahu itu, karena buat apa menanyakan jam pada orang sekitar? jika di lengannya sendiri melingkar arloji yang menunjukkan waktu setempat.

 Jennie merotasikan bola matanya malas. Ekspresinya datar, "Tuan Kim Taehyung, aku kira hanya sikap dingin saja yang dipelihara, ternyata kebiasaan kakek-kakek juga dipelihara olehmu?" Jennie tersenyum mengejek, bukan bermaksud menghina atau apa pada suaminya tapi, dia hanya berusahan menyindir lewat serangkaian kalimat yang terlampau tajam.

Pada dasarnya Taehyung itu orang yang tidak peka, dia justru menimpali sindiran istrinya, "Mana ada aku melihara kebiasaan kakek tua, aku punya peliharaan kok, ini-"

Taehyung menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan sosok wanita yang tengah tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang berbaris dengan gusi yang terlihat. Senyum itu semanis permen yang banyak dincar anak kecil di penjuru dunia.

Jennie yang melihat layar ponsel Taehyung seketika membulatkan matanya. Dalam hati ia sudah bersiap mengumpat untuk makhluk di depannya ini. Berani-beraninya Taehyung mengatai dirinya sebagai peliharaannya. Ia kira dirinya itu apa? hewan? kucing? atau anjing?

Tanpa ragu, ia pun meluncurkan jurus andalannya. Cubitan kecil yang rasanya uuuhh berhasil didapat Taehyung. Hingga membuat sang empunya lengan meringis kesakitan akibat ulah Jennie kali ini.

Jennie merengut, "Aku bukan hewan, tau," tegasnya.
"Eh? tunggu, bukankah itu-" belum sempat Jennie melanjutkan serangkaian kalimatnya, bibirnya sudah tertutup akibat jari telunjuk Taehyung berada di bibirnya sekarang.

"Iya. Ini saat perayaan ulang tahunmu kemarin. Bukan apa-apa jadi tolong jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku memotretmu diam-diam hanya untuk koleksi saja, lagian hobiku mengambil gambar. Bukankah ini terlihat seperti hasil jepretan fotografer profesional?"

Jennie yang mendengar penjelasan Taehyung lantas menepis jari telunjuk Taehyung  yang berada di bibirnya. "Hmm terserah, yang jelas di situ aku terlihat cantik."

Taehyung merotasikan mata. Ia lebih memilih bungkam meski gemas sekali ingin mencubit pipi Jennie dengan jepitan jemuran karena terlalu percaya diri.

"Sudah malam, tidur!" Taehyung mengingatkan.

"Aku tau."

"Tapi sebelum tidur, gosok gigi cuci kaki dulu."

"Iya iya."

Jennie sebenarnya dibuat bingung, entah apa sebenarnya kepribadian Taehyung ini. Terkadang bersikap dingin sedingin es di Antartika, terkadang bisa perhatian seperti seorang ibu pada anaknya. Yang jelas di sini Taehyung itu menyebalkan menurutnya.

Jennie mengubah posisinya, beranjak dan menuju ke kamar mandi untuk melaksanakan perintah Taehyung tadi. Sebenarnya bukan karena perintah Taehyung saja, melainkan mencuci kaki dan gosok gigi baginya adalah sebuah kewajiban.

[1] He Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang