49

5.1K 321 29
                                    

Mendengar kabar bahwa Jennie sudah sadar itu membuat Yoongi sedikit lega. Kendati demikian pikirannya masih saja melayang entah kemana membuat dirinya termenung menghiraukan luka yang didapatkannya. Ingin sekali ia melihat keadaan wanita Kim itu, namun ia urungkan karena kemungkinan kedatangannya akan mendatangkan hujan pertanyaan oleh Jennie.  Tidak ada alasan lain untuk menyembunyikan rasa takutnya selain menghindar darinya. Tapi setelah dipikir-pikir kembali, menghindari pertanyaan Jennie sama saja menyembunyikan kebenaran. Kebenaran yang harus Jennie ketahui sebelum semuanya terlambat.

Dengan permulaan menarik nafas dalam, cukup menetralisir keraguan di dalam dirinya. Ya, dia bertekad mengatakan sebenarnya, tentang apapun yang selama ini disembunyikan.

Derit pintu terdengar menyapa gendang telinga Jennie yang kala itu tengah memejamkan mata. Tidak, dia tidak tertidur, hanya menutupkan matanya saja sembari menerka-nerka keadaan Taehyung sekarang. Namun semuanya terhenti ketika  Yoongi datang menampilkan tubuhnya yang sudah diplester.

"Bagaimana kabarmu?"

Pertanyaan yang Jennie lontarkan membuat Yoongi melebarkan matanya. Tidak bisa dipungkiri, kondisi Jennie bahkan lebih memprihatinkan darinya, tapi kenyataannya wanita itu terlihat seolah baik-baik saja bahkan masih melemparkan senyum ketika menyapanya dengan sebuah pertanyaan.

"Kenapa? Kau baik-baik saja kan? Apa masih ada yang sakit?" tanya Jennie panik karena Yoongi hanya menatapnya kosong dan tak menjawab. Ia bahkan beranjak dari posisinya menjadi duduk dan menggerakkan matanya liar ke sekeliling Yoongi, barangkali pria itu benar-benar menyembunyikan rasa sakit dari lukanya.

"Yoongi, kau sudah diperiksa dokter, kan?" tanyanya sekali lagi membuat respon yang tak terduga dari Yoongi.

Memutar bola matanya malas dan kembali menatap lawan bicaranya dengan datar membuat Jennie tak bergeming.

"Jangan pedulikan orang lain Jennie," katanya yang sukses membuat kerutan di kening muncul.

"Kenapa? Aku kan khawatir kalau orang yang telah menyelamatkanku kenapa-napa," sahut Jennie diakhiri ulasan senyum yang entah mengapa mengundang  detak jantung tak karuan bagi Yoongi. Secepat mungkin mata sipitnya mengalihkan dari iris mata cokelat milik Jennie.

"Yakk! Jangan terlalu mengkhawatirkan orang lain disaat kondisimu bahkan lebih parah."

Jennie terkekeh, iya akui tubuhnya mendapat luka yang lebih parah dari Yoongi. Tapi sekarang ia merasa lebih baik setelah mendapat pertolongan pertama dari dokter. Ia ingat sekali disaat pertamakali Yoongi menginjakan rumah sakit yang entah di daerah mana Jennie tidak tahu. Saat itu dokter langsung membawanya ke ruang darurat dan memasangkan alat bantu pernapasan untuknya. Dan setelahnya pandangnya benar-benar menggelap, tidak ada lagi yang ia ingat setelah terakhir kalinya sempat melirik Yoongi yang meronta dibawa perawat.

"Aku baik-baik saja, Yoongi," balas Jennie seolah menghiraukan rasa nyeri kapan saja menerjangnya kembali.

Yoongi mendengus dan melipatkan lengannya di depan dada. "Jangan berpura-pura baik-baik saja kalau sebenarnya tidak seperti yang diucapkan."

Jennie tak bisa mengelak dari pertanyaan Yoongi yang sukses membuatnya diam seribu bahasa. Benar, apa yang dikatakannya itu benar. Dari lubuk hatinya, Jennie menyembunyikan rasa sakitnya dan memilih menampilkan senyumannya. Bukankah dia terlalu bersikap sok kuat?

"Aku tahu dari tadi presensi Taehyung tidak pernah lepas dari pemikiranmu, bukan begitu? Tapi lebih baik jangan terlalu memikirkannya, itu akan membuatmu stres dan tidak baik untuk kandungmu," celetuk Yoongi.

[1] He Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang