Jennie mendecih, ia memalingkan wajahnya menatap malas kearah lain daripada ia harus menatap wajah suaminya sendiri. Manik kembarnya menatap jari jemarinya sendiri yang sedari tadi sengaja ia gerakan tanpa tujuan yang jelas.
Tak terasa jarak menuju rumah sudah semakin dekat, ia sedikit menaikan salah satu alisnya ketika manik kembarnya menangkap pemandangan yang membuatnya bertanya-tanya.
"Ummpp....kenapa pintu gerbangnya terbuka? Bukankah tadi satpam sudah menguncinya kembali?"
Namun yang diajak bicara pun hanya diam sembari memasang wajahnya yang mengisyaratkan bingung.
Mereka berdua masih dalam diam memikirkan apa yang ada di otaknya sekarang, ada tamu kah? Tapi tamu siapa? Bukankah hanya ada mereka dan satpam yang hanya berjaga di luar saja. Lalu siapa?Jennie melirik sekilas kearah Taehyung yang masih memasang wajah yang sulit diartikan olehnya. "Apa ada tamu tak diundang?"
Jennie terus saja berpikir, hingga kemudian ia menatap Taehyung dengan penuh tanda tanya.
"Tae? Apa ada tamu yang kamu undang sebelumnya?" Yang ditanya justru menggeleng dengan santainya.
Jennie dibuat geram, disaat ia panik seperti ini justru Taehyung hanya menggeleng dan meresponnya santai seakan-akan tidak mengenal takut apa yang akan terjadi nantinya.
"Yakk! Atau jangan-jangan yang dimaksud bahaya itu....? Sekarang ini? Kamu yang membawaku dalam bahaya dan ikut campur ke dalam urusanmu itu? Iya?!"
Pria dengan marga Kim itu menyipitkan matanya, ia mengacak rambutnya kasar menandakan kalau dirinya sedang frustasi. Kemudian ia menatap manik kembar istrinya dengan teduh, sangat teduh bahkan hingga membuat sang wanita tak kuat jika ditatap seperti ini dalam jarak yang dekat.
"Sudah aku katakan bukan, kalau kamu akan aman selagi bersamaku."
Pintu besar itu dibuka olehnya, mendapati isi rumah yang bisa dikatakan seperti kapal pecah. Melihat keadaan rumah seperti itu, Jennie membelalakkan matanya tak percaya, kakinya melangkah ke tepi meja.
Begitu dengan Taehyung yang menatap sekitarnya dengan tak percaya. Vas bunga dan hiasan lainnya hanya tinggal serpihan, seolah-olah rumah ini telah didatangi badai secara mendadak.
"Siapa yang melakukan ini?" Lirih Jennie dengan raut yang khawatir.
"Pelakunya pasti yang punya jejak kaki ini."
Jennie mengikuti arah fokus Taehyung yang dari tadi menatap kearah ujung tangga.
Dapat dilihat kerutan di dahi itu mulai nampak. Sang empunya hanya memicingkan salah satu alisnya.
"Kyaa! Tae?! Jangan ke atas!" Cegah Jennie yang tak digubris oleh Taehyung.
Taehyung tetap melanjutkan langkahnya. Sedangkan Jennie hanya menatap was-was ke arah punggung Taehyung yang mulai tak terlihat lagi oleh pandangan matanya.
Di samping itu ia kembali mengerutkan dahinya ketika cairan merah yang tercetak jelas di lantai berhasil mengambil alih fokusnya.
Jennie menduga kalau cairan itu ialah darah. Dan ia tak ingin tahu lebih lanjut tentang itu. Kecemasan kembali menyelimuti dirinya. Suara benda jatuh dari lantai atas berhasil membuat dirinya bergidik ngeri.
"Tae?!! Apa baik-baik saja di sana?!" Pekiknya sedikit menaikkan dua oktaf pada nada bicaranya.
Wanita yang baru beberapa hari lalu resmi menyandang status istri dari Kim Taehyung itu menggigit bibir bawahnya. Kepalanya senantiasa menatap ujung atas tangga, berharap yang dipanggil segera menampakkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] He Is Mine
Fanfiction(END)"Pembunuh yang sebenarnya adalah dia yang bersikap ramah denganmu." Tinggal di dunia yang kejam ini bukanlah mudah. Kau harus bertahan atau kau akan hancur termakan lobang kegelapan. Jangan tertipu pada apa yang kau lihat, karena kau tak tahu d...