Play mulmed di atas : Jungkook cover Nothing Like Us.
Di awal musim dingin, wanita itu hanya dapat menunggu. Berharap sang lelaki segera kembali. Terhitung, sudah dua pekan Taehyung tak kembali dan tak ada kabar tentangnya. Hal ini membuat Jennie merasa cemas. Terlebih ketika tempo hari ia bertemu Hoseok yang mengatakan tidak tahu apapun tentang kepergian Taehyung. Sungguh saat itu juga Jennie terkejut bukan main, sebenarnya apa yang terjadi dengan pria menyebalkan itu?
Jennie menopang dagu dengan kedua netranya yang tak teralihkan dari taman di rumahnya yang sekarang mulai dijatuhi oleh kristal putih dingin. Menatap kosong ke depan, menghiraukan suara-suara kecil yang dikeluarkan oleh kedua buntalan daging yang berbulu. Kemarin, ia habis menjemput 'anak-anaknya' yang sebelumnya ia titipkan di penitipan hewan. Itu semua Jennie lakukan karena ia rasa ia tak sempat mengurus kedua kesayangannya sekaligus di saat ia sibuk oleh pekerjaan kantor.
Jadi seperti ini ya? Rasanya menunggu tanpa kepastian ...
Wanita itu mendengus, lidahnya kembali merasakan manisnya cokelat panas. Sesekali ia memejamkan mata menikmati merdunya alunan lembut dari ponselnya.
🎵You know there's no one
I can relate to
And know we won't find a love that's so true
There's nothing like us
There's nothing like you and me
Together through the storm🎵Jennie bukanlah tipikal orang yang akan menangis ketika mendengar lagu sedih. Namun entah kenapa kali ini berbeda, ia bahkan sampai termenung ketika penyanyi favoritnya mengalunkan nada dengan lembut. Seolah setiap kalimat yang dirangkai memaksa mendobrak pintu pertahanan di hatinya.
Memang benar apa kata Yoongi, musik bisa menyihirmu.
Tak terasa sudah satu jam yang ia lakukan hanya melamun, merindu dalam diam dengan penuh harapan. Tersenyum kemudian menangis seolah itu menjadi kebiasaannya sekarang. Tertawa ketika mengingat hal lucu tentangnya dan menekukkan bibir ketika memorinya menayangkan kejahilan Taehyung.
Mau sampai kapan ia harus seperti itu?
Ia sudah lelah berusaha ke sana kemari mencarinya, namun tetap saja nihil. Hanya tinggal satu harapan, yaitu menunggu Kim Namjoon menghubunginya. Ia pikir meminta bantuan Namjoon adalah jalan terbaik untuk menemukan si tampan.
Jennie menghela nafasnya berat, ia sedikit menegakkan duduknya dan mengedarkan matanya. Kemudian ia tersenyum simpul ketika mendapati buntalan berbulu itu tengah akur.
Tumben.
Secarik senyum ia tampilkan, agaknya kehadiran mereka berdua bisa menemani hari-harinya yang kelabu. Berbicara pada hewan piarannya dan kemudian tertawa. Bukankah itu terlihat bahagia? Ya. Bagaimanapun ia harus terlihat bahagia, dan Jennie harus terlihat bersemangat di depan orang lain. Tapi sampai kapan ia harus berpura-pura bahagia? Hati tetaplah hati, ada kalanya merasa lelah dan putus asa.
Wanita itu menoleh ketika suara benda terjatuh menyapa gendang telinganya. Suara itu yang tak lain adalah dari buket bunga yang terjatuh akibat Yeontan menabrak kaki meja. Jennie beranjak mengelus puncak si kecil lantas cepat-cepat ia mengambil buket tersebut.
Syukurlah buket pemberian Taehyung tidak rusak.
Jennie terdiam menatap selembar kertas yang ada di lantai, tempat dimana buketnya tadi tergeletak. Kemudian mengambilnya dan hendak membuangnya ke tempat sampah. Namun, niatnya terhenti ketika tulisan tangan itu berhasil menarik perhatiannya. Ia mengerutkan dahinya dan membaca setiap kalimat yang tertera di sana.
Teruntuk kucing kecil yang selalu mencubit lenganku, aku ucapkan selamat karena telah berhasil menemukan tulisan ini.
Aku pikir tidak banyak kalimat yang harus aku ucapkan saat memberikan buket bunga ini, karena aku tidak bisa mengatakannya secara langsung. Jadi aku tulis saja di kertas ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] He Is Mine
أدب الهواة(END)"Pembunuh yang sebenarnya adalah dia yang bersikap ramah denganmu." Tinggal di dunia yang kejam ini bukanlah mudah. Kau harus bertahan atau kau akan hancur termakan lobang kegelapan. Jangan tertipu pada apa yang kau lihat, karena kau tak tahu d...