Chapter 3. Disappointed

159 10 1
                                    

Faktanya aku memang sebuah kesalahan. Tapi salahkah jika aku membenci fakta itu?

-DAW-

***A***

Delora menopang dagunya malas sambil menatap bosan seorang guru baru yang sejak tadi tak hentinya terus berbicara tentang pengalamannya selama menjadi seorang pembimbing di sekolah lama tempatnya bekerja.

Ia datang kesekolah untuk mendapatkan ilmu, bukan mendengarkan pengalaman yang sama sekali tak mengesankan menurutnya. Rasanya ia ingin pulang sekarang.

Apalagi saat melihat Jeanna yang terus bertingkah seolah sangat terkesan dengan cerita si guru baru. Delora memutar bola matanya keatas, 'pencitraan' benaknya.

Meskipun Jeanna setahun lebih muda dari Delora, namun gadis itu berada ditingkat yang sama dengannya. Hal itu memang wajar terjadi jika seseorang sekolah lebih cepat. Seperti yang dilakukan oleh Jeanna.

Harus diakui, kecerdasan Jeanna memang patut diacungi jempol. Hal itulah yang membuat Delora dan Jeanna sering bersaing dalam hal prestasi dan mungkin itu jugalah yang menyebabkan Jeanna membenci Delora. Sayang sekali, kecerdasan emosional seorang Jeanna sama sekali tidak patut diacungi jempol.

Satu jam waktu berlalu, akhirnya saat yang ditunggu pun tiba juga. Pelajaran telah selesai. Semua siswa bergegas untuk pulang kerumahnya masing-masing.

Delora berjalan menuju mobil miliknya. Banyak siswa yang selalu berbisik tiap kali melihatnya akan mengandarai mobilnya ini, berfikir jika ia mendapatkannya dengan cara yang tidak benar. Tidak masalah, selagi ia tak melakukan apapun Delora tidak peduli.

Baru saja akan mencapai pintu mobil, Delora dikejutkan dengan cipratan air yang mengenai rok nya. Kepalanya mendongak melihat siapa pelaku yang telah membuat rok nya kotor seperti sekarang.

Disana, tak jauh dari tempat Delora berdiri, seorang pria yang mengendarai motornya terlihat putar balik menuju ketempat Delora berdiri. Tak lama setelah itu, si pengendara motor membuka kaca helmnya hingga menampakkan wajah tampannya.

"Kau tidak apa apa nona?" tanya pria itu.

"Oh jadi kau yang membuat rok ku kotor seperti ini? Tak bisakah kau memelankan motormu itu saat ada genangan air hah? Atau kau tak bisa melihat genangan air itu?"

"Aku minta maaf nona, aku melihatnya tapi aku sangat terburu-buru tadi. Aku-"

"Jean!!"

Merasa namanya dipanggil, si pria yang bernama Jean itu menolehkan kepalanya kesumber suara.

Jeanna berlari dan memeluk Jean dengan erat. Sementara Delora yang masih diliputi emosi menatap heran dua orang yang saat ini saling membalas pelukan itu.

Jeanna melepas pelukannya dan balik menatap heran kearah Delora. "kenapa kau disini?"

"Kenapa aku disini? Aku berniat pulang dengan tenang namun ada seorang pria yang tak tahu cara mengendarai sepeda motor dengan benar hingga membuat genangan air itu mengotori rok ku." ucap Delora sembari menatap tajam pria didepannya.

"Dengar, aku benar-benar meminta maaf padamu. Jika aku tidak sedang terburu-buru untuk menjemput Jeanna, aku pasti akan hati-hati nona"

"Kau dengar? Jean bahkan sudah meminta maaf jadi masalah selesai, kan?"

"semudah itu?" ujar Delora menantang. Ia meniru ucapan Jeanna beberapa bulan yang lalu. Sebenarnya ia bukanlah orang yang menyukai hal hal seperti ini, namun ketika mengetahui jika pria ini memiliki hubungan dengan Jeanna membuat Delora ingin membalas perbuatan Jeanna kepadanya waktu itu.

ANGUSTIAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang