"Apa kau juga ingin digoda oleh ku?"
Suasana menjadi hening seketika
Dengan wajah pria itu yang masih berjarak begitu dekat dengan wajah Delora.
Tidak, Delora tidak diam karena terpesona terhadap wajah pria dihadapannya seperti layaknya cerita fiksi yang dibuat oleh penulis novel atau seperti adegan adegan yang terdapat dalam drama lainnya.
Ia hanya merasa,
Mual.
Rasanya Delora ingin memuntahkan makanan yang tadi siang sempat ia masukan kedalam mulutnya. 'Apakah pria itu mencoba merubah imagenya dari sosok pria misterius menjadi pria penggoda yang menjijikan?' Benak Delora.
Menyadari tatapan Delora yang sedikit 'aneh' kearahnya, membuat pria itu mengembalikan posisi dudukya seperti semula.
"Lupakan."
Lupakan eh? Berniat menggoda pria yang tampak malu itu, Delora memilih untuk seolah tak mengerti maksud dari perkataannya. "Melupakan apa?"
Hembusan nafas kasar terdengar dari pria disampingnya, "Lupakan yang barusan kukatakan. Sekarang ada hal yang lebih penting untuk kau dengar."
Oh berusaha mengalihkan rupanya. Benak Delora yang mencoba menahan tawanya. "Katakan"
"Wajahmu cukup jelek jika dilihat dari jarak dekat"
Apa!?
"K-kau!"
***A***
"Aku tau kau sedang menikmati masa senggangmu sebelum kembali bertugas, namun aku malah membebanimu dengan memintamu menjaga putriku. Aku tau terlambat mengatakan ini, tapi kau harus memaafkanku. Ini perintah" ujar ayah Delora.
Sedangkan pria yang baru saja mendapatkan 'perintah' dari pimpinannya itu menghentikan sejenak kegiatan sarapannya. Membersihkan mulutnya menggunakan tisu dengan gerakan yang sangat mengagumkan. Setidaknya pemandangan itulah yang ditangkap oleh mata hazel milik Delora.
"Karena itu sebuah perintah, maka akan kulaksanakan." ujar pria itu kemudian yang disambut dengan tawa oleh ayah Delora, tawa yang tak mengurangi sisi kewibawaannya.
"Aku suka dengan perubahanmu. Sekarang kau bisa membalas candaanku meskipun dengan wajah datar. Sesekali tersenyumlah, Ryan."
"Ryan?"
Semua mata tertuju pada sosok Delora yang baru saja tanpa sadar mengeluarkan suara setelah sebelumnya memilih untuk diam dan menikmati sarapannya.
Menyadari hal itu membuat Delora seketika bingung harus melakukan apa sebelum akhirnya mendapatkan kalimat yang tepat untuk ia ucapkan. "Aku hanya baru mengetahui jika namanya adalah Ryan."
Ucapan Delora membuat ayahnya cukup terkejut. "Benarkah? Bahkan setelah kalian menghabiskan malam bersama?"
"Uhuk! Uhuk!" Baru saja Delora memasukan kembali makanan kedalam mulutnya, seketika kegiatannya itu terganggu dengan apa yang diucapkan oleh ayahnya. Berbeda dengan Delora, pria bernama Ryan itu tampak biasa saja.
"Kurasa itu karena Ryan yang terlalu pasif dan Delora merasa malu untuk menanyakannya lebih dulu. Bukan begitu, Delora?" kali ini suara dari wanita anggun disampingnya lah yang terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGUSTIAS [END]
General FictionKehidupan Delora Angustias Wyanet yang menyedihkan membuat dirinya berusaha untuk hidup lebih baik sebagai sosok yang baru. Sayangnya, masa lalu sang ibu seolah terus menjadi sumber utama dalam setiap kesedihan yang ia alami. Bahkan, dalam perjalana...