Chapter 14. That Man (Confusing)

132 11 1
                                    

At Waster's House

Ia pulang sangat larut malam.

Dengan langkah cepat bahkan sedikit berlari Tiffany memeriksa tiap ruangan dirumah itu. Pertama taman, ruang tamu, lalu berpindah ke ruang tengah, berikutnya ke dapur.

Nihil.

Pilihan terakhir adalah dikamar pria itu. Sebenarnya sejak awal tempat itulah yang lebih memungkinkan sebagai tempat pria itu saat ini, tetapi tidak masuk akal baginya jika harus menerobos masuk dikamar seorang pria, bukan?

Tapi bagaimana lagi. Tiffany perlu berbicara.

Sekarang ia telah berada tepat didepan pintu kamar Ryan. Tak butuh waktu lama lagi untuk membuka pintu itu yang untung saja tidak terkunci.

Benar, dia disini.

Benar, dia disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mencarimu. Ku fikir kau hilang di Rumah Sakit." ujar Tiffany berniat mencairkan suasana.

Disana, Ryan sedang duduk disofa dengam posisi yang membelakangi pintu. Membuat Delora hanya mampu melihat punggung pria itu.

"Apa reuni dengan keluarga mu menyenangkan?" Oh, itu jelas sebuah pernyataan yang menyindir.

Sepertinya tidak mudah. Benak Tiffany. Ia menghembuskan nafas nya pelan.

"Aakh!!"

"Ryan!" Langkah yang sebelumnya santai kini kembali cepat ketika Tiffany mendengar teriakan pria itu. Ketika jaraknya dengan Ryan sudah dekat, barulah ia tau alasannya.

"Kenapa kau bodoh sekali, hah!?" umpat Tiffany tanpa sadar.

Tangannya dengan telaten menutup luka ditangan Ryan dengan sisa perban bekas yang sebelumnya dirobek oleh pria itu.

"Apa luka tembak juga membuatmu bodoh mendadak? Kau bisa membuat dirimu mati karena kehabisan darah, kau tau!" omel Tiffany yang sudah terlanjur panik melihat darah Ryan berjatuhan di karpet berbahan bulu dikamar itu.

"Pegang ini. Jangan melepaskannya!" tegas Tiffany sembari menuntun tangan Ryan untuk menahan perban ditangannya. "Aku akan mengambil perban yang baru."

Setelah mengatakan itu, Tiffany segera berjalan menuju ke lemari raksasa yang berada diruang tengah untuk mengambil kotak P3K.

'Untung saja aku sempat melihat benda itu kemarin'. Fikirnya.

Disisi lain Ryan yang mau tak mau mengikuti perintah dari Tiffany, tetap melakukan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu.

Drrt drrttt..

Drrtt drrtt...

Shit! Umpat Ryan dalam hati.

Bunyi handphone Tiffany membuat suasana hatinya yang memang sudah buruk menjadi lebih buruk.

Segala fikirannya terus membayangkan jika yang menelfon Tiffany adalah si pria bernama Jean itu. Dia pria berbahaya, fikir Ryan.

Drrt..drrtt...

ANGUSTIAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang