At Weslty's Mansion
Entah sudah berapa putaran yang dilakukan Tiffany didalam kamarnya. Sejak melihat Ryan mengikutinya kemarin membuat perasaannya menjadi tidak tenang.
Kenapa juga pria itu harus mengikutiku seperti seorang penguntit? Apa terlalu sulit baginya untuk menemuiku secara langsung?
Tak habis pikir olehnya dengan niat Ryan yang lebih memilih bertransformasi menjadi seorang penguntit. Alhasil, dirinya pun memilih untuk berpura-pura seolah tidak mengetahui keberadaan pria itu kemarin.
Ya, setelah mengetahui jika Ryan lah yang mengikutinya, Tiffany memilih untuk menahan taksi dan kembali ke mansion Westly.
Tiffany menghembuskan nafasnya, mencoba mengatur detakan jantungnya yang masih tak karuan.
Masih jelas diingatannya apa yang terakhir kali ia katakan kepada pria itu.
Ah, memalukan!. Teriaknya dalam hati.
Sebuah ide mendadak muncul untuk mengalihkkan pikirannya.
Tiffany mengambil ponsel berwarna hitam yang terletak diatas ranjangnya.
"Halo?" ucap seseorang dibalik telfon.
"Atthar, Bisakah kau menemaniku berlatih tembak hari ini?"
***A***
At California Tactical Shooting Academy
Tiffany menutup satu matanya untuk dapat melihat secara jelas target yang akan ia tembak.
Seperti biasa, berlatih tembak merupakan sesuatu yang memang harus rutin ia lakukan. Bagaimanapun juga, itu adalah tuntutan profesinya sebagai seorang agen FBI.
"Aku penasaran bagaimana dirimu saat bekerja. Ternyata keahlian menembakmu memang patut diacungi jempol" puji Atthar.
"Jika kau masih tidak yakin, aku bersedia membuktikannya langsung. Kau bisa ke tengah lapangan itu" ujar Tiffany kemudian menunjuk ketengah lapangan, "Dan bersiaplah ku tembak." lanjutnya dengan nada santai.
Sedangkan Atthar menunjukkan ekspresi takut yang dibuat-buat.
"Lalu kapan kau akan kembali melakukan aktivitasmu itu?" tanya Atthar.
"Setelah dokumen kepindahanku di Kantor FBI California selesai diproses."
Atthar mengangguk mengerti.
"Ah, aku ingin ke toilet sekarang" ucap Atthar cepat sebelum melangkahkan kakinya pergi.
Tiffany kembali melihat ke arah target lainnya. Empat target lagi, dan dia rasa akan menyudahi latihannya hari ini.
***A***
Tiffany menghabiskan satu botol minuman yang telah ia bawa sebelum datang ke tempat latihan. Meskipun ia tahu akan dilayani sebaik mungkin di tempat yang merupakan milik mendiang ayahnya ini, namun baginya lebih baik berperilaku layaknya pengunjung biasa dari pada harus menuntut diperlakukan secara istimewa.
Seperti katanya tadi, setelah menembak empat target, ia akan menyudahi sesi latihannya.
Ia harusnya sudah pulang sekarang. Tapi sosok yang menemaninya datang justru tak nampak sama sekali batang hidungnya.
Tiffany mengambil ponselnya dan berniat menghubungi Atthar.
Namun niatnya itu ia batalkan saat suara Atthar terdengar memanggil namanya. Sontak Tiffany menoleh ke sumber suara.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGUSTIAS [END]
General FictionKehidupan Delora Angustias Wyanet yang menyedihkan membuat dirinya berusaha untuk hidup lebih baik sebagai sosok yang baru. Sayangnya, masa lalu sang ibu seolah terus menjadi sumber utama dalam setiap kesedihan yang ia alami. Bahkan, dalam perjalana...