Kehidupan Delora Angustias Wyanet yang menyedihkan membuat dirinya berusaha untuk hidup lebih baik sebagai sosok yang baru.
Sayangnya, masa lalu sang ibu seolah terus menjadi sumber utama dalam setiap kesedihan yang ia alami. Bahkan, dalam perjalana...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stephanya Xiu Waster
Nama itu terus terngiang dikepalanya bahkan hingga detik ini.
Meskipun taman tempat ia berada sekarang menawarkan banyak hal yang menarik untuk dipandang, sayangnya perasaannya kini bagaikan mengikuti gelapnya malam.
Padahal tujuannya kemari adalah untuk menenangkan diri, namun tetap saja. Apa yang ia alami hari ini membawa kesedihan yang berlipat ganda untuknya.
Ia tak memungkiri, dirinya bahagia mengetahui bahwa masih ada sosok pria paruh baya yang akan berperan menjadi sosok ayah yang selalu ada untuknya. Namun disisi lain, ia tetap merindukan sang ibu. Bagaimanapun, ibunya adalah sosok yang begitu ia sayangi terlepas dari apa yang ibunya itu lakukan kepadanya.
Oh tidak, rasanya air mata kembali akan membasahi pipinya. Hampir saja ia lepas kendali, sebelum menyadari bahwa di taman ini ia tak sendiri.
Ia ditemani oleh sosok yang saat ini duduk disampingnya tanpa berniat melakukan apapun. Hanya duduk, dan terdiam. Lebih tepatnya, memilih untuk membiarkan Delora larut dengan fikirannya sendiri.
Buktinya sejak pria itu menarik pelan tangan Delora dan membawanya kemari untuk menenangkan diri, tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya.
"Siapa namamu?"
Cukup terkejut dengan pertanyaan yang tiba tiba, pria itu menaikkan satu alisnya dengan tatapan datar dan pandangan yang tetap lurus kedepan.
"apakah itu penting sekarang?"
"setidaknya aku tahu nama pria yang membawaku ketempat ini"
"lalu, kau sendiri?" kali ini Delora lah yang terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh pria itu. Dengan tatapan penuh selidik, Delora mengalihkan tatapannya ke arah sosok pria disampingnya.
"Aku yakin tanpa kujawab pun, kau tentu sudah mengetahui identitas orang yang menjadi targetmu. Jadi tak perlu membalikkan pertanyaanku jika kau memang tak berniat memberitahu siapa namamu."
"Kau cukup pintar rupanya."
Tak ingin mempermasalahkan perihal nama lagi, Delora memilih untuk diam setelah menghembuskan nafasnya sedikit kasar lalu kemudian kembali sibuk dengan segala hal yang mengganggu pikirannya sejak tadi.
Ia cukup lelah malam ini, dan tidak ingin menambah bebannya lagi dengan perdebatan konyol perihal nama pria itu.
Alhasil, mereka kembali seperti semula. Saling diam dan tak ada yang memulai percakapan.