Hotel?

729 45 0
                                    


Film dimulai jam delapan lebih lima belas. Sedangkan aku dan Izma sampai jam tujuh lima belas. Menunggu satu jam.

Tiket sudah ditangan, kami memutuskan membeli popcorn dan minuman dingin.

Kami duduk di kursi yang ada disana untuk menunggu sambil memainkan handphone dan ngemil popcorn yang tadi dibeli.

Tepat pas film dimulai, popcorn sudah habis. Konyol.

Kami masuk dan kebagian duduk di kursi tengah, ditengah tengah juga.

Ya. Izma memilih film romantis asal luar yang sedang hits. Dan akupun tak menolak.

"Nathania" ucap Izma. Aku menoleh.

"Huh?" ucapku bingung.

Padahal aku sempat berfikir dia akan... Ah, sudahlah

Izma menggeleng.

"Nggak jadi" lanjutnya.
Izma menggandeng tanganku dan bersandar padaku.

Rasanya hawa disini mulai panas. Dan membuatku rasanya kehabisan oksigen. Ditambah lagi posisi mukanya yang sangat dekat denganku.

Aku kembali melihat ke layar. Izma pun demikian.

Satu jam berlalu, sedah sampai di tengah film. Dimana tokoh utama perempuannya mutusin hubungan sama pemeran laki lakinya.

Dan pasti bisa ditebak kalau mereka akhirnya balikan. Film berakhir.

Aku dan Izma keluar, Izma mengajak mencari makan, dan akupun tak menolak karena memang aku lapar.

Kami masuk ke salah satu resto terdekat. Memesan, lalu menunggu. Dan seperti biasa, cowok yang harus bayar.

Wkwkwk. Untung aku cewek. Hidup cewek!!!

"Udah jam sebelas lebih lima belas. "Batinku saat melihat jam.
Telepon Izma berdering, Izma mengangkatnya.

"Halo tante" ucapnya.

"Dek Izma, nginep di hotel aja sama Nia, tante khawatir kalian dibegal. Uangnya ambil aja di atm ibu yang ada di Nia. Oh iya, jangan sekamar!!" ucap Ibu pada Izma.

"Iya tante. Makasih"ucap Izma sambil menutup teleponnya dan mengsave nomer ibuku dengan nama camer (calon mertua).

"Siapa?" tanyaku

"Ibu" ucap Izma singkat lalu memakan makanannya.

Ibunya? Atau ibuku, mengingat bahwa sebelum kami berangkat ibu meminta nomor ponsel Izma.

Kami pulang. Tapi Izma membelokkan motornya ke hotel yang tak jauh dari sana.

"Kok kesini?" tanyaku.
"Udah tengah malem.
Lo mau dibegal?" tanya Izma yang membuatku merinding karena para begal di kota ini tak segan membunuh korbannya.

"Sekamar aja, tapi beda kasur. Gue khawatir ada apa apa" ucap Izma. Yang berjalan untuk membooking kamar.

"Justru kalo kita sekamar aku khawatir" batinku.

Stop mikir aneh Nia. Izma nggak mungkin gitu.

"Yuk" Izma menarik tanganku lalu masuk ke ruangan.

Ada ruang tamu kecil, satu kamar dengan dua kasur serta toilet.

Izma mengunci pintunya, entah mengapa aku jadi negative thinking. Apalagi dia mensrik tanganku agar masuk ke dalam.

Izma membiarkan kuncinya menggantung di pintu.

Dia menyimpan sepatunya disamping sepatuku didekat pintu,Lalu dia melepas jaket birunya dan tiduran di kasur.

Izma [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang