Aku dan chelsea sampai di parkiran sekolah yang entah apa namanya.Perjalanan lama dan macet, aku masuk dan ternyata tempatnya tertutup untuk umum.
Bahkan digerbangpun aku nggak bisa masuk. Akhirnya kami duduk di warung depan gerbang sekolah itu dan memesan minuman dingin.
Tapi aku masih agak syok karena Chelsea hampir nyerempet anak SD. Padahal jelas jelas lampu merah dan dia terobos.
"Izma pernah nyuruh lo nyari yang lain, tapi sekarang dia nuduh Rogi nikung. Edan!" ucap Chelsea meneguk minuman dinginnya.
"Nunggu sampai kapan?" tanyaku.
Dua setengah jam di perjalanan membuatku berfikir Rogi sudah lama bertarung.
"Ya tunggu aja" ucap Chesea. Aku menghela nafas.
"Gue bakal putusin Rogi" ucapku.
Chelsea tahu kalau aku jujur atau emosi menggunakan gue lo, dan saat biasa atau netral pake aku kamu.
"Iya. " ucap Chelsea. Aku menghela nafas lalu meneguk minuman dingin full es digelas yang ada didepanku. Mumet ih.
Rogi bohong ke aku. Aku udah seterbuka itu ke Rogi, setiap ada masalah, ke dia. Setiap ada hal yang ngeganggu, ke dia. Tapi kenapa dia tempatin aku sebagai taruhan.
"Nathania, Rogi tuh" ucap Chelsea. Aku menoleh.
Dia berbaju putih dengan sabuk hitam dan rambut sedikit berantakan. Aku menatapnya sinis.
Izma ada dibelakangnya, berjalan santai dengan tas hitam dibelakangnya yang di gandong sebelah.
Aku berdiri dan mengkode Chelsea agar diam ditempat. Chelsea mengangguk.
Aku berdiri agak jauh dari Chelsea dan agak sepi, maksudnya nggak ada yang lewat.
"Menang?" tanyaku tersenyum.
"Iya" ucap Rogi tersenyum.
"Tapi sayang, lo nggak menang taruhan" ucapku menggunakan gue - lo agar dia tahu aku lagi marah. Rogi diam.
"Kenapa nggak ngomong kalo jadiin gue bahan taruhan?" tanyaku. Rogi diam, melihat ke arah lain.
"Gue ngomong sama lo" ucapku meninggikan suara. Izma berdiri di belakang Rogi, diseberang sana.
"Sorry" ucap Rogi.
"Rogi, lo dibohongin sama Nyokap Bokap lo, lo sakit hati. Lo nggak mikir apa? Perasaan gue gimana?" ucapku menunjuk Rogi di kata lo pertama.
"Nathania, aku bisa jelasin" ucap Rogi memegang tanganku.
"Udah Gi, udah. Apa semua kurang jelas buat lo" ucapku melepas tangan Rogi.
Aku berusaha agar tidak melukai perasaannya dengan bicara lembut setelah membentak dia.
"Gue nggak suka dipelakuin kayak barang gini, meskipun sama pacar gue sendiri" ucapku pergi menjauh. Rogi diam.
"Chel, cabut yuk" ucapku. Chelsea berdiri.
"Kasih gue waktu" ucap Rogi pada Chelsea.
"Lo nggak mikir apa? Buat apa Nathania jauh jauh kesini? Buat lo! Buat ngebatalin perjanjian lo!. Dan lo! Malah lakuin Nathania kayak barang. Lo pikir perasaan dia gimana? Dia bukan boneka Gi! " ucap Chelsea nyerocos.
Untung bawa nih trompet tahun baru.
"Jelas?" ucapku menarik Chelsea pergi. Izma menarik tanganku.
"Ngomong dulu bentar" ucap Izma.
"Lagi bad mood. Kerumah aja kalo bisa. Kalo enggak nggak usah" ucapku melepas tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izma [ TAMAT ]
Любовные романы[ tamat ] [ Sedang revisi ulang ] [ Bisa sedih kapan aja ] #8 on tragis (11-12-18) Inilah kisahku, bersama mimpi, masa depan, dan masa lalu yang penuh masa masa indah bersamamu. Penyesalan selalu datang di akhir. Jangan pernah menganggap sesuatu tak...