kasus

508 34 1
                                    

Aku dan Hana pulang jam setengah tiga, bahkan ketiga anak itupun tampilannya sudah tak berbentuk dan kupikir Hana berlebihan.

Sedangkan Hana, terlihat fresh karena dia mandi di WC sekolah, dan memakai seragam olahraganya yang tak dipakainya sebagai handuk.

Dan kukira dia mandi pakai sampo yang dia beli dikantin.
Sedangkan aku? Rambutku diikat ke belakang berantakan, dengan badan lemas dan ngantuk dilengkapi kaki pegal.

Bahkan aku membiarkan tali sepatuku tak terikat karena males dan dibiarkan bersentuhan langsung dengan aspal.

Hana dan dua anak lainnya naik angkot ke arah lain dan aku bersama... Anggap aja namanya A, nunggu angkot dan aku baru ngiket tali sepatu.

Aku naik angkot dan terus melihat ke belakang, tak ada tanda tanda Izma dan kuyakin dia pulang duluan.

Aku masuk ke rumah, ada Ibu dan seorang laki laki dengan seragam SMA. Siapa?

"Assalamualaikum" ucapku dan dijawab kedua orang itu.

Ibu memperkenalkan bahwa dia adalah Tan. Tan? Orang utan? Plak!

Aku tak terlalu banyak menyimak, mungkin dia anak teman ibu atau apalah itu.

Yang ada dipikiranku saat ini adalah mandi, dan tidur.

✈✈✈✈✈

Aku selesai mandi, jam setengah lima. Aku menyisir rambut dan handphoneku berdering.

"Iya" ucapku berusaha seketus mungkin pada nomer tak dikenal.

"Nia kamu dimana?" kayak suara Izma.

"Siapa?" ucapku
"Izma. Aku nunggu di parkiran" ucap Izma.

"Ah, Izma. Aku udah pulang dari tadi. Kok kamu nggak ngasih tahu sih?" ucapku.

Telepon terputus dan kuyakin seperti itulah hubungan kami setelah ini.

Aku terus memikirkannya hingga tak konsen belajar, bahkan buku malah aku basahi dengan air mata.

Aku takut Izma putusin aku setelah ini. Bukan salahku, bukan Izma juga. Tapi, aku takut semua kandas. Apalagi hubungan kami baru dua minggu.

Ibu mengetuk pintu kamarku.
"Ada temen kamu diluar" ucap ibu.

Tv yang kunyalakan keras keras untuk meredam suara tangis kumatikan dan mengusap air mata lalu membasuh muka
'Maaf. Aku nggak tahu kamu nunggu aku'.

'Sorry lama, aku bangun tidur'
Atau 'hai'. Apa yang akan aku katakan?

Aku keluar kamar, bukan Izma. Tapi Reno, Reno prasetyo.

"Ngapain?" ucapku. Ibu mendelik. Pasti dia akan marah.

"Main aja. Nggak boleh?" ucap Reno.

"Aku mau tidur. " ucapku kembali ke kamar.

Ibu menatapku tajam dan aku tak peduli. Hancur sudah!

❇❇❇❇❇

Aku sudah siap, memakai sepatu, tas, sudah sarapan. Tinggal berangkat. Sekarang dua puluh menit menjelang bel masuk dan Izma belum datang.

Biasanya dia datang jam setengah tujuh dan sekarang dia masih belum datang.

Aku keluar rumah dan berdiri di depan pagar rumah menunggu angkot, dan Izma. Kuharap dia datang.

Angkot datang dan Izma tak ada sama sekali. Aku naik, ada beberapa anak yang tak aku kenal dan si anak kelas G yang songongnya minta ampun.

Dia yang dulu akan merebut posisi leader danceku. Tapi aku tak menanggapi.

Izma [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang