Romi

549 38 0
                                    

Semalam, Izma mengchatku untuk menunggunya ke rumah. Aku menunggunya diruang tamu sambil memakai sepatu di ruang tamu. Dan Izma datang, dia tidak masuk dulu karena mamas buka sepatu. Aku keluar lalu berangkat. Lagi lagi Izma menyuruhku memakai jaketnya, padahal aku sudah pakai sweater yang cukup tebal.

"Aku takut kamu sakit lagi" ucapnya memaksa. OMG dia imut banget kalo maksa gitu, mukanya memelas dan membuat puppy eyes kalo di kartun kartun. Ya sudah, aku menurut.

Tinggal seratus meter lagi ke sekolahku. Melewati tanjakan dan beberapa belokan. Lalu sampai. Izma menyimpan motornya di parkiran milik warga lalu memasukkan uang ke kotak setelah itu pergi.

"Izma, Reza digebukin" ucap seorang cowok dengan baju dikeluarkan dan sepertinya habis berantem. Izma mengangguk.

"Sorry, aku cabut" ucap Izma padaku lalu berlari menyusul temannya yang tadi memberitahunya.

Tadinya aku ingin bilang jangan, tapi apa hakku mengekangnya?

Aku berjalan ke arah kelasku yang memang berada di paling bawah dan berjalan cukup jauh dari parkiran itu.

"Hey" Reno menepuk bahuku.

"Hey" ucapku berusaha terlihat biasa.

"Baru masuk ya? Masih pusing nggak?" ucap Reno memegang keningku.

"Nggak" ucapku menyeka tangannya.

"Hey! Tugas TIK di presentasiinnya besok. Kerja kelompok yuk" ajak Reno.

"Nggak ah. Males. Ngapalin sendiri sendiri aja" jawabku.

"Izma kemana?" tanya Reno.

"Mulai deh" batinku
"Ke lapang bola" jawabku.

"Ngapain?"

"Nggak tau? Masa gue harus wawancara dia? Boa edan!" batinku

"Nggak tau" jawabku. Seseorang berlari ke arah kami. Entah siapa.

Dia langsung menyeludup diantara kami hingga aku terhuyung ke kiri dan hampir jatuh tapi untungnya menabrak Romi. Cowok jenius dari kelasku, terkenal dingin, tapi senyumnya manis, tak pernah diketahui mantannya.

Dia dingin, kejam tapi kupikir dia pernah tertawa saat aku berjalan didepannya. Bukan ketawa, dia menertawakanku yang kesandung batu dan hampir jatuh. Gila.

"Sorry" ucapku

"Gapapa" ucap Romi menarikku untuk berjalan didepan Reno.

Dia membantuku berdiri dan membantuku menjauh dari Reno.

"Aku nggak suka Chelsea. Dia ngebully orang yang deket sama KETOS." ucap Romi.

"Terus?" tanyaku.

"Aku nggak suka bullying" ucap Romi datar.

"Makasih infonya" ucapku.

"Iya" ucap Romi.

Reno datar tak mengajakku berbicara, apalagi aku mencoba sehangat mungkin pada Romi. Satu satunya perlindunganku saat ini.

Aku berjalan ke dalam kelas, tapi Romi menarik tasku.

"Lepas sepatu. Gue piket" ucap Romi dan aku menurut. Buset! Aku lupa lepas sepatu.

Aku duduk dikursiku. Romi menyapu. aku melepas jaketku, bukan! Jaket Izma. Lalu melepas sweaterku.

Reno masuk dengan Chelsea mepet mepet kearahnya.

"Woy" ucap Chelsea ke arahku sambil menggebrak bangku. Aku mengangkat mukaku ke arahnya.

"Lo pindah bangku gih" ucapnya memerintah

Izma [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang