pernyataan

387 28 1
                                    

Aku masuk ke rumah, seperti bisa, tak ada siapa siapa.

Biasanya, ada Izma yang kalo nganter pulang selalu singgah dulu untuk sekedar minum atau nawarin aku main gitar, atau ngajak jajan ke warung yang baru buka dua bulan lalu.

Payah, air mataku turun lagi.

Aku menyandarkan mukaku ke tangan kursi dan menangis terisak isak.

Izma! Aku ingin kamu kembali.

Aku membuka WA lalu mengchat Izma. Chatku padanya sudah sekian ratus.

Aku chat dia saat aku ingin dia ada disisiku, walau impossible.

Dan setiap saat aku ingin dia ada disisiku. Tapi dia tak menjawab.

Kali ini ku mencoba lagi. Berharap ada keajaiban.

Izma. Kamu dimana? Pengen ketemu

Izma tak menjawab. Dua menit kemudian dia menjawab.

Lagi dirumah. Ngerjain tugas. Kamu tahu? Di Jogja aku makin dikekang sama Bokap. Aku pengen kabur.

Kabur aja ke rumahku
Lagi ihtiyar biar kita bisa bersama lagi
Aku bantu doa

Kangen.

Kamu tahu? Aku nangis pas pulang sekolah.

Kenapa?

Kangen kamu! Inget kenangan sama kamu.
Pas kamu nggak ada, banyak cowok gak jelas yang deketin.
Aku nggak punya pelindung lagi.
Aku pengen kamu.

Aku nyuruh mantan temen se gengku.
Rogi yang karate itu. Dan katanya dia mau jaga kamu buat aku.

Tadi pulang bareng. Dianya dingin, datar. Kayak jalan tol di musim salju.

Sorry, nggak bisa lama. Bokap dateng. Oh, ya. Rogi itu baik. Cuma judes awalan. Bye sayang. Maaf, singkat. Miss you.

Aku kembali menangis. Izma, yang dulu. Menyuruh Rogi yang segitu judesnya buat jaga aku. Aku pengen dia. Dia nggak peka!!!

✈✈✈✈✈

Paginya, aku kesekolah.

Hari ini kamis, aku melihat seseorang berjaket biru di resto yang ada didepan rumahku.

Melihat ke arahku yang sedang memakai sepatu.

Aku membuka gerbang dan menunggu angkot. Dia berhenti makan dan menyebrang.

Izma [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang