with you

569 36 0
                                    

Aku diboncengi Izma pulang. Hari panas, sweater dan jaket disimpan di tas.

Izma berhenti tepat didepan rumahku. Dia langsung pamit dan tidak masuk dulu ke rumah karena kakaknya terus menelponnya agar cepat pulang karena khawatir dia berantem lagi di sekolah.

Aku hanya tersenyum mendengar betapa pedulinya kakaknya Izma pada Izma.

Katanya, kakaknya seorang model yang sering ada di majalah dan melakukan fashion show dengan beberapa merk ternama. Tapi aku nggak pernah ketemu.

Aku masuk ke rumah dan duduk di ruang tamu. Waktu  dulu, Reno sering main disini. Mau nemenin aku  katanya, terus baru pulang sore pas ada mamah. Aku rindu masa masa itu.

Aku masuk ke kamar dan ganti baju,  lalu tiduran sambil menunggu chat dari Izma.

Tapi, malah Reno yang mengchatku. Aku tidak mengreadnya. Apalagi menjawabnya.

Aku lebih memfokuskan diri untuk Try Out 1 nanti senin. Yang disusul Try out berikutnya, dan UNBK.

Izma menelponku dan aku tersenyum dan meninggalkan buku dan beralih pada Izma.

Mungkin ini terdengar berlebihan. Tapi kupikir akan menyenangkan bila hubungan ini dapat berlanjut lama.

Apalagi dengan Izma, cinta pertamaku.

Aku cenderung pemilih dalam hubungan dan aku akan benar benar mencintai seseorang yang aku cintai. Dan kini, tahukah kamu? Aku benar benar mendapatkan seseorang yang aku inginkan.

❤❤❤❤❤

Hari ini tugas SBK ditampilkan dan Reno mau nggak mau sekelompok sama Chelsea.

Tak ada yang istimewa, aku duduk di kursi dengan Izma disebelahku dan bernyanyi sambil bermain gitar sambil sesekali tersenyum dan membuat hatiku meleleh berkali kali.

Tak ada yang anehkan? Tapi menurutku itu sangat istimewa!
Giliran Reno dan Chelsea.

Tak kusangka, Chelsea yang berbicara suaranya asemeleh (cempreng), bila sedang bernyanyi lumayan merdu juga, bahkan kupikir lebih bagus dariku.

Hanya saja Reno tidak bernyanyi, bahkan mukanya datar minta digampar. Jadi nilaiku sedikit lebih besar darinya.

Hari ini agak mendung dan aku nggak bawa payung atau apalah itu. Banyak sih daun pisang di belakang sekolah. Tapi, hellow! Masa aku harus susah susah bawa tuh daun demi pulang dan mengorbankan harga diriku masuk ke angkot dengan daun pisang. Kajeun bedo! (Lebih baik nggak deh).

Aku berdiri didepan kelas dengan jaket Izma yang lagi lagi dia paksa aku buat pake.

Jaketnya hangat, tapi lebih hangat lagi kalo aku dipeluk sama yang punya. Lupakan Nia! Lupakan!

Hujannya besar dan resiko besar bila aku terobos. Apalagi hujan datengnya keroyokan! Nggak jentle lu jan! Kok malah ngomongin hujan ya? Biarlah. Daripada nggak ada bahan obrolan✌😂✌

"Nggak pulang?" suara dari belakang yang sudah mulai akrab ditelingaku.

"Belum. Hujan" ucapku. Izma tersenyum lalu duduk disampingku sedangkan aku berdiri bersandar ke tembok.

Sunyi. Tak ada yang akan memulai pembicaraan. Hanya suara hujan, dan lamunan masing masing.

Tapi aku nyaman dengan suasana ini bahkan aku tak mau memulai pembicaraan.

Hujan berhenti dan Izma masih ditempatnya. Dengan sebelah headset terpasang dan sebelah lagi dibiarkan menggantung.

Aku duduk dan bersandar ke tiang yang sama dengan apa yang Izma senderi. Entah sedang ada masalah atau apa. Tapi dia bersikap lebih dingin.

Izma [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang