Minggu pagi. Nggak ada rencana apapun kecuali makan, lalu tidur lagi. Dan ini sudah sore.Tapi Romi chat. Ngajak main. Ya.... Aku mau. Lagian nggak ada kerjaan.
Aku memakai kardigan pink dengan kaus didalamnya putih dan sepatu juga rok hitam. Tas kecil untuk hp berwarna Putih.
Selesai.
Aku mengikat rambutku ke belakang dan mengaitkan poni sedaguku ke telinga.
Aku suruh Romi jemput di dekat SD yang ada di pinggir jalan raya karena rumahku masuk ke dalam dan angak jauh. Apalagi aku nggak mau dia tahu rumahku yang baru.
Dia datang. Jaket biru kaus putih dan celana hitam dipakainya.
Mobil putih yang masih kinclong dipakainya dan aku yakin ini mobil mamanya.
Dia membukakan pintu dan aku masuk lalu kami berangkat. Dia ngajak nonton. Ada film hantu yang pernah aku dan dia tonton dan sekarang ada part duanya.
Aku nonton film itu dan sukses bikin aku khusyuk sampai beres.
Setelah itu kami pergi ke Taman.
Kami duduk di kursi taman dengan Romi yang ada disampingku.
Tamannya terkesan sepi. Coklat panas dalam cup yang kami beli bahkan hampir dingin.
"Aku denger, kamu bakal home schooling ya" ucap Romi. Aku menggeleng cepat.
"Untuk semester ini dan satu semester ke depan nggak akan. Tapi entah di kelas XI dan XII. " ucapku menghela nafas dan menyandar ke Romi.
"Aku dipindahin lagi sekolahnya" ucap Romi. Aku mengalihkan pandanganku padanya.
"Kemana?" ucapku dan menegakkan dudukku dan menatapnya.
"Ke Jepang. Mama pindah ke sana. Dia bakal nikahan disana dan aku harus tinggal disana" ucap Romi.
"What?" ucapku lirih. Entah mengapa, hatiku rasanya sakit.
"Mi." ucapku sambil menyimpan cup coklat ditanganku ke kursi yang ada di sampingku. Romi menatapku.
Aku menunduk dan menopang kepala dengan tangan.
"Hey" ucap Romi menyentuh bahuku. Aku mengangkat kepala.
"Kalo tahu gini. Mending kita nggak usah ketemu dari awal" ucapku sambil berdiri.
"Nath" ucap Romi menahan tanganku.
"Kita baru aja ketemu dan sekarang mau pisah lagi. Apa aku salah kalo aku egois dan pengen kamu selalu disisi aku?" ucapku dengan menahan tangis.
"Nath" ucap Romi berdiri di sampingku.
"Kalo gini, seharusnya kita nggak pernah jadian. Kita nggak pernah deket. Kita nggak pernah ketemu" ucapku melepas tangan Romi dan berjalan duluan. Tak mau Romi melihat air mataku.
Apalagi disaat kami akan berpisah.
Romi kembali menahanku dan memelukku erat. Aku menangis tanpa suara di pelukannya. Dia melihat ke arahku.
"Maaf" ucapnya sambil membelai rambutku.
"Ngemaafin orang itu gampang Mi. Gampang" ucapku melepaskan diri dari pelukan Romi.
"Yang susah itu nyembuhin luka dibalik kata maaf" lanjutku.
Romi menunduk dan aku berjalan menjauh.
"Aku pulang" ucapku sambil berjalan dan memencet ikon taksi online dan meminta satu untuk datang ke lokasiku.
"Aku anter" ucap Romi.
"Nggak usah" ucapku.
"Nath. Aku maksa" ucap Romi menarikku.
"Mi. " ucapku. Romi melihat ke arahku. Aku tak pernah melihatnya menatapku dengan tatapan sesedih itu.
"Aku yang bawa kamu. Dan kamu harus pulang sama aku juga" ucap Romi menarik tanganku. Aku terpaksa ikut dengannya.
Di perjalanan, aku diam. Tak ada yang berani bicara duluan.
"Mi, maaf. Kita putus" ucapku Romi menatap ke arahku tapi kembali ke jalan.
"Kita putus" ucapku mengulang kata kataku.
"Maaf." ucap Romi.
"Makasih udah ngerti" ucapku sambil memalingkan muka ke jalan.
Entah apa yang terjadi.
Semuanya terjadi cepat. Dan aku tak ingat semuanya yang telah terjadi dan semuanya gelap.
Gelap? Mati lampu Kali ya?
Nggak...liat aja di next part
(Biar penasaran)
KAMU SEDANG MEMBACA
Izma [ TAMAT ]
Romance[ tamat ] [ Sedang revisi ulang ] [ Bisa sedih kapan aja ] #8 on tragis (11-12-18) Inilah kisahku, bersama mimpi, masa depan, dan masa lalu yang penuh masa masa indah bersamamu. Penyesalan selalu datang di akhir. Jangan pernah menganggap sesuatu tak...