Izma : 2

1.2K 60 0
                                    

Reno kembali ke kelas saat jam istirahat dengan tangan membawa plastik berisi gorengan dan teh botol. Serta pesananku, seblak dengan air mineral botol.

"Engke mah lamun nitip teh entong seblak. Lila!" (nanti kalo nitip lagi jangan seblak. Lama). ucap Reno yang memang nampak lelah mengantri.

Hanya beberapa orang bisa bahasa sunda walau tinggal di Bandung.

Karena dilingkungan sekolah banyak orang dari luar kota sekolah disini, jadi murid harus pake bahasa Indonesia biar yang lain ngerti.

"Sorry," ucapku dengan nada lebay.

"Nathania. Aku ngobrol sama Izma loh tadi," ucap Irma, teman sebangkuku.

"Mulai deh. Giliran aku mau cerita dia jawabnya nyebelin, pas dia nyerita aku harus nyimak." aku uring-uringan didalam hati.

"Sorry aku mau ke toilet," ucapku keluar dari kelas. Padahal itu cuma alasan. Aku memakai sandal yang khusus untuk ke toilet yang disediakan pihak sekolah.

Aku masuk ke salah satu wc dan menguncinya.

'Aman,' aku memakan seblak yang baru sedikit kumakan.

Yap, inilah kebiasaanku saat Irma bicara tentang Izma. Makan di wc dan kembali saat bel. Tapi wc di sekolahku bersih dan ada kamper wangi diatas.
Bila tidak, mana mungkin aku mau makan di wc.

Suara orang masuk ke wc disampingku. Sepertinya anak kelas sebelah yang memang sekelas dengan Izma.

"Gila tuh si Izma. Kok bisa bisanya dia suka sama cewek kelas sebelah."

"Siapa namanya ya?"

"Cuma ada Irma sama Nathania di kelas sebelah yang cantik. Tapi pasti Irma deh, diakan modis, pake behel, terus make upnya tebel. "

"Iya sih, masa si Nathania yang leader dance. Dia cantik, tapi tampilannya terlalu simple,"

Oke, aku panas dan rasanya pengen tumpahin nih seblak ke ketek tuh orang.

"Oh, aku terlalu simple ya. Biarin!" aku melempar wadah seblaknya yang memang sudah habis ke pintu.

Dua detik kemudian

Aku pungut kembali dan dimasukkan ke tong sampah kecil.

Cintai kebersihan gais!

Aku keluar dan berjalan ke kelasnya yang memang berhadapan dengan wc. ( tapi dihalangi taman yang lumayan besar).

"Hey," ucapnya.

"Hm?" ucapku. Sepertinya aku salah timing.

"Reno, jauhin dia." ucapnya menatapku sinis dan disaat bersamaan Izma lewat dan menatapku yang sedang dijambak rambutnya.

Aku menarik paksa rambutku lalu melengos pergi tanpa kata dengan tak memperdulikan rasa sakit ketika rambutku ditarik dan aku maju. Bahkan beberapa helai terasa tercabut.

#*#*

Aku berjalan ke jalan yang digunakan aku berangkat.

Reno disampingku dan berjalan agak pelan sambil mendengarkan musik lewat handphonenya yang dipasang headset.

"Kunaon?" (kenapa).

"Teu nanaon," (nggak napa napa).

"Izma nya?" (nya =ya).

"Iya. Kamu tau kan aku suka sama Izma dari kelas tujuh, tapi gimana. Kayaknya aku mau nyerah aja. Capek hati saingan sama temen sendiri. "

"Tapi lamun Izma nembak ditarima?" (tapi kalo Izma nembak mau diterima?)

"Ya iya." aku tersenyum

"tapi kayaknya nggak mungkin," lanjutku.

'Tapi kalo aku yang nembak, mau kamu terima?' batin Reno bimbang karena aku ternyata mencintai orang lain.

Izma [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang