Hari ini kelas XI IPA 2 sedang melangsungkan ulangan matematika. Semua siswa tengah sibuk berpikir, bagaimana cara memecahkan soal matematika yang serumit labirin itu.
Pagi ini Alan tidak datang terlambat. Mungkin karena begadang semalaman. Begitu juga dengan kedua sahabatnya, Dafa dan Rafa. Mereka juga begadang semalaman, entah apa yang mereka lakukan saat begadang. Jadi saat pagi tiba Alan langsung bergegas pergi ke sekolah. Meskipun rasa kantuk terus saja menyerangnya.
"Baik, waktunya sudah habis. Ayo kumpulkan." ucap pak Anton.
Mendengar perkataan itu, sebagian siswa termasuk Aluna langsung berdiri dan mengumpulkan lembar kertas ulangannya.
Terlihat dari raut muka Aluna yang senang. Sepertinya dia mengerjakan ulangan matematika dengan lancar.
Disana Alan yang sudah merasa muak dengan soal matematika langsung mengumpulkannya di meja guru. Entah dia mengerjakan dengan benar atau asal-asalan. Hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Sedangkan Dafa yang merasa gugup karena baru 1 soal yang di kerjakan dari 5 soal yang di berikan oleh pak Anton.
Tanpa meminta izin dari yang punya lembar jawaban, Dafa langsung merebut lembaran itu dari si pemilik, siapa lagi kalau bukan lembar jawaban Rafa.
"Raf, gue liat punya lo ya." ucap Dafa.
Karena memang lembar jawabannya sudah di pegang Dafa, Rafa hanya pasrah. Entah jawaban Rafa benar atau salah, Dafa tidak perduli. Yang terpenting saat ini, kertas ulangannya ada jawaban dan tidak kosong seperti hatinya.
Setelah selesai menyalin jawaban Rafa, meskipun tidak disalin semua karena suara pak Anton yang terus saja mengganggu konsentrasinya untuk menyalin jawaban. Dafa langsung bergegas mengumpulkannya.
"Terimakasih sudah mengikuti ulangan bapak. Minggu depan, bapak akan beri tahu hasilnya. " ucap pak Anton dan langsung meninggalkan kelas.
***
Saat ini Aluna dan Oliv sedang berjalan menuju ke kantin, karena bel istirahat sudah berbunyi sedari tadi.
Setelah sampai di kantin, terlihat di sana seorang laki-laki yang tidak asing bagi mereka berdua sedang berbicara dengan dua anak perempuan yang sepertinya kelas X. Mereka tak hanya berbicara biasa tetapi juga sesekali tertawa bersama. Entah apa yang mereka bicarakan.
"Liat tuh si Dafa, ganjen banget sama adek kelas. " bisik Aluna pada Oliv.
"Yang ganjen itu bukan Dafa. Tapi dua cewek itu tuh. " ucap Oliv yang langsung duduk di kursi kantin yang kosong. Disusul oleh Aluna.
"Mana berani adek kelas ganjen duluan sama kakak kelas. Kecuali kalau kakak kelasnya yang ganjen duluan. " kata Aluna setelah mereka duduk.
"Hari gini, adek kelas gak berani kaya gitu?" ucap Oliv.
"Mustahil." lanjut Oliv dengan pandangan matanya yang tak lepas dari Dafa dan dua adik kelasnya itu"Terserah lo deh. Yang penting gue ingetin sekali lagi kalau--" ucap Aluna yang sengaja menggantungkan ucapannya.
"Kalau apa??"
"Lo tau sendiri kan? "
"Iya ngerti. Kalo Dafa playboy kan?" jawab Oliv yang sudah tau maksud dari Aluna tadi.
"Nah itu tau."
"Tau apa?" ucap seseorang yang langsung membuat Aluna dan Oliv mengarahkan pandangan mereka ke sumber suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAN ✔
Teen Fiction[PART SUDAH TIDAK LENGKAP] [Sudah pernah dibukukan] [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!] Meski saling tahu, tetapi tidak saling kenal adalah kalimat yang tepat untuk mereka pada awalnya. Alan, sang bad boy yang selalu mendapat nilai super anjlok, berban...