32

237K 13.5K 766
                                    

Tiga orang lelaki sedang menunggu di depan sebuah ruangan berwarna putih. Tak hanya ruangannya saja, tetapi hampir seluruh gedung itu dipenuhi dengan cat berwarna putih.

Ekspresi cemas, tercetak dengan jelas di wajah mereka. Ya, saat ini Rafa, Dafa, dan Alan sedang menunggu Laras yang masih ditangani oleh seorang dokter. Setelah Laras pingsan tadi, Rafa memutuskan untuk membawa adik sepupunya itu ke Rumah Sakit, dengan menggunakan taksi. Dan meninggalkan pelajaran sekolah.

Dari arah ujung koridor, dilihatnya dua orang gadis sedang berlari menuju kearah mereka. "Laras gimana?" tanya Aluna sembari melihat kearah Alan dkk yang duduk di kursi depan ruangan di mana Laras dirawat, dengan sedikit mengatur nafasnya, karena tadi berlarian.

Semuanya menggeleng, pertanda bahwa belum ada kabar tentang Laras.

"Ini tas kalian." ucap Oliv sambil memberikan tas Alan, Rafa, dan Dafa yang tadi dibawanya. Dan langsung diambil oleh mereka.

"Kalian bolos?" tanya Rafa.

"Nggak, tadi kita udah izin sama guru BP." jawab Oliv.

"Oliv, kamu gak apa-apa kan? Kamu nggak diapa-apain kan sama nenek lampir itu?" tanya Dafa setelah mengambil tasnya dari tangan Oliv sambil menangkup pipi gadis itu.

Dan yang dimaksud sebagai 'nenek lampir' adalah LAURA.

"Aku gak apa-apa, Dafa." jawab gadis itu, sambil tersenyum manis. Dan langsung membuat mereka menjadi pusat perhatian saat ini.

Alan melihat Aluna yang berdiri tepat di depannya, sambil bersandar di tembok. Dilihatnya wajah Aluna yang sangat cemas.

Namun tunggu, bagaimana bisa ia mencemaskan orang lain, sedangkan dirinya sendiri tak ia cemaskan?

Alan merasa iba melihat pipi Aluna yang merah karena tamparan Laura tadi, ia beranjak dari tempatnya, dan menghampiri Aluna. "Ayo, ikut gue." pintanya, sembari mencekal pergelangan Aluna.

"Eh, mau ke mana?" tanya Aluna kaget.

Alan tak menjawabnya, dan langsung mengajak gadis itu pergi entah kemana. "Weh, bro. Mau ke mana lo?' teriak Dafa. Dan lagi, Alan tak menjawabnya.

"Udah biarin aja." ucap Rafa.

***

"Lan lo mau ngajak gue ke mana sih?" tanya Aluna, namun lagi dan lagi Alan tak menjawabnya.

Sampai akhirnya mereka sampai di kantin Rumah Sakit. "Ngapain ke sini?" tanya Aluna lagi.

"Duduk!!" suruh Alan dingin.

Merasa terhipnotis, Aluna menuruti perintah Alan. Setelah Aluna duduk di salah satu kursi kosong di sana, Alan langsung menuju ke salah satu kedai dan memesan sesuatu.

Dibawanya nampan berisi mangkuk yang terdapat air dingin di dalamnya beserta handuk putih. "Lo kalau mau khawatirin orang, lihat dulu diri lo! Merasa udah sehat nggak? Ada yang luka nggak?!" ucap Alan dan langsung duduk di depan Aluna.

Aluna tertegun mendengar ucapan Alan, pasalnya apakah Alan sedang sakit saat ini?
Ditempelkannya telapak tangan Aluna ke dahi Alan. Normal, tidak panas dan tidak dingin, itulah yang dirasakan Aluna.

"Apaan sih lo?" Alan menepis tangan Aluna dari dahinya.

"Lo nggak sakit kan?" tanya Auna polos.

"Ck! Yang sakit itu lo!!" jawab Alan sambil menempelkan handuk kering ke pipi Aluna.

"Aww! Sakit!" rintih Aluna, sambil menatap tajam ke arah Alan.

"Sakit kan? Makanya jangan sok tegar! Udah tau tuh pipi tadi abis di tampar, bukannya di obatin dulu, malah sok peduli sama orang lain," ucap Alan, sambil mencelupkan handuk kering tadi ke mangkuk berisi air dingin.

ALAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang