"Luna!!" teriak seorang pria, dan sontak langsung membuat Ken dan Aluna menoleh kearah sumber suara.
"Eh bro. Congrats ya, Tim lo menang." ucap Ken, setelah Alan menghampiri mereka.
Ya, orang yang tadi memanggil nama Aluna dalan Alan Gyofano.
"Lo kenal sama dia?" tanya Aluna kepada Ken.
"Kenal dong. Kita kan temenan, yoi gak Lan." ucap Ken, dengan senyum liciknya sambil meletakkan tangannya diatas pundak Alan.
Dan Alan dengan risihnya, langsung melepaskan tangan Ken yang berada diatas pundaknya itu.
"Lo kenapa gak pernah bilang kalau punya temen cewek secantik itu." bisik Ken kepada Alan, dan Alan hanya membalasnya dengan tatapan tajam kearah Ken.
"Gue mau ngomong sama lo." ucap Alan yang langsung menggandeng tangan Aluna untuk pergi dari sana, dan meninggalkan Ken sendiri.
"Eh, lo mau bawa gue kemana?" ucap Aluna, sambil berusaha untuk melepaskan cengkraman Alan dipergelangan tangannya.
"Nggak usah bawel deh lo." ketus Alan.
Setelah sampai di luar gor, Alan langsung melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Aluna.
"Bisa nggak sih, nggak kasar sama cewek??" ucap Aluna, dengan menekan 4 kata terakhir yang diucapkannya itu.
"Terus juga, lo nggak pernah diajarin sopan satun ya? Harusnya tadi lo nggak main pergi gitu aja ninggalin Ken sendiri. Kasian dia." omel Aluna kepada Alan. Dan lelaki itu hanya diam saja.
"Lo tuh lagi puasa ngomong ya? Tadi gue ajak ngomong, malah lo tinggal pergi gitu aja. Terus beberapa menit yang lalu, lo bilang mau ngomong sama gue, dan sekarang lo diem juga. Mau lo apa sih??" lanjut omel Aluna, setelah beberapa menit mereka diam tanpa bicara.
"Udah ngomelnya!!" Alan membuka suara, setelah tadi diam. Dan ucapan Alan itu, langsung membuat Aluna diam seribu bahasa.
"Gue setuju kalo lo jadi guru private gue." lanjut Alan dengan cepat, dan langsung membuat Aluna keheranan.
"Ha?? Apaan?? Lo ngomong apa?"
"Lo cantik-cantik, punya masalah telinga ya!!" ketus Alan lagi.
"Lo ngomongnya kecepetan!"
"Lonya aja yang nggak bisa denger!!"
"Lo tuh ya!!"
"Kali ini nggak ada pengulangan. Dengerin baik-baik. Pasang telinga lo yang bener!" ucap Alan.
"Gue setuju, kalo lo, jadi guru private gue." kali ini Alan mengucapkannya dengan benar, tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lamban juga.
Aluna yang mendengar perkataan Alan itu pun menganga tidak percaya. "Lo serius?" tanya Aluna, dengan ekspresi masih tidak percaya.
"Dengan satu syarat!"
"Apa?" jawab Aluna cepat.
"Tempat, tanggal, dan waktu gue yang tentuin. Dan lo, Nggak boleh protes!!" ucap Alan dengan tegas.
"Nggak bis-" baru saja ingin mengajukan protesnya, Alan sudah memotong perkataan Aluna.
"-Nggak boleh protes!! Batu banget lo dibilangin!! Dan ya, satu lagi. Hari kapan kita les, gue juga yang atur. Oke?"
"Deal??" lanjut Alan sambil mengulurkan tangannya kearah Aluna.
Dengan hati yang sedikit tidak ikhlas, Aluna menerima uluran tangan Alan, "Deal." jawabnya.
Setelah mendengar persetujuan dari Aluna, atas syarat yang diberkannya. Alan langsung pergi meninggalkan Aluna sendiri, disana.
"Kalo bukan karena nilai juga, males banget gue harus ngajarin kepala batu kayak dia!!" gumam Aluna.
Drtt, drtt, drrt, drtt
Merasa ponselnya bergetar sedari tadi, Aluna langsung mengambilnya dari kantong seragamnya.
"Hallo kak." ucap Aluna, setelah ia menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
"Dek, kakak ini mau ke makam. Kamu mau ikut gak? Kalo iya, kakak bisa jemput kamu di gor sekarang." balas Kakaknya,kak Farrel dari seberang sana.
"Iya kak, aku mau ikut. Udah lama gak ke makam."
"Ya udah, kakak otw sekarang. Tunggu di gerbang ya."
"Iya."
"Oke." balas sang kakak, dan kemudian Aluna langsung mematikan panggilan telfon itu. Dan langsung menyimpan ponselnya disaku seragamnya.
"Luna. Dicariin kemana-mana juga, taunya disini." teriak seorang wanita, dari dalam gor.
"Kenapa sih Liv?" tanya Aluna.
"Lo tuh ya, ke toilet lama banget." omel Oliv kedapa Aluna.
Dan gadis berambut sebahu itu, hanya tersenyum dan memamerkan deretan gigi putihnya itu. "Sorry Liv."
"Terus ini, lo ngapain disini??"
"Gue mau ke pulang Liv, mau ke makam. Lo nggak apa-apa kan gue tinggal?"
"Oh, lo mau ke makam. Ya udah nggak apa-apa, gue nanti bisa pulang sendiri kok."
"Ya udah, gue duluan ya Liv." pamit Aluna dan langsung pergi menuju ke gerbang, dan meninggalkan Oliv sendiri.
***
Disisi lain, saat ini pertandingan antara SMA Harapan Bangsa dengan SMA Garuda sedang berlangsung. Skor saat ini adalah SMA Harapan unggul 8 poin dari SMA Garuda.
"Tak-tiknya keren juga anak SMA Harapan." ucap Dafa, yang melihat pertandingan SMA Harapan dengan SMA Garuda,sambil duduk di deretan kursi di pinggir lapangan.
"Si Ken juga mulai jago sekarang main basketnya." lanjut Rafa.
"Iya tuh, udah naik jabatan juga dia."balas Dafa.
***
"Dek, ayo naik." ucap seorang lelaki 5 tahun lebih tua darinya, dari dalam mobil.
Tanpa menjawab ucapan dari sang kakak, Aluna langsung masuk ke dalam mobil tersebut.
Perjalanan dari gor ke tempat pemakaman umum lumayan jauh, butuh waktu satu jam untuk sampai ke sana.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan karena macet. Akhirnya mereka sampai di tempat pemakaman umum.
Aluna yang langsung keluar dari mobil, setelah kakaknya memarkirkan mobilnya. Dan langsung menuju ke tempat pedagang bunga untuk membeli bunga tabur.
"Assalamu'alaikum." ucap Aluna dan kak Farrel setelah mereka sampai di makam seseorang yang ingin mereka temui.
Sambil menyiramkan air di batu nisan yang ada dihadapannya, Aluna mulai menitihkan air matanya. "Ayah, maafin Aluna ya, jarang nengokin ayah." ucapnya.
"Maafin Farrel juga ya yah. Akhir-akhir ini tugas kuliah Farrel lagi numpuk. Jadi ya, jarang ke sini." lanjut Farrel, sambil menaburkan bunga diatas makam ayahnya.
Bagas Hirawan, ayah dari Aluna Larissa Emerlad dan Farrel Geffie Bagaskara. Yang meninggal dunia, satu tahun yang lalu karena kecelakaan mobil.
~♥~~♥~
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAN ✔
Teen Fiction[PART SUDAH TIDAK LENGKAP] [Sudah pernah dibukukan] [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!] Meski saling tahu, tetapi tidak saling kenal adalah kalimat yang tepat untuk mereka pada awalnya. Alan, sang bad boy yang selalu mendapat nilai super anjlok, berban...