Teeet,,, teeet,,, teeet
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua aktivitas belajar mengajar dihentikan, dan bersiap untuk pulang.
"Lan, jangan balik dulu. Kita harus bahas perlombaan nih." titah Rafa.
"Iya." jawab Alan.
"Baik anak-anak, selamat siang." ucap pak Anton dan langsung meninggalkan kelas.
"Siang pak." jawab semua murid kelaz XI IPA 2.
***
"Jadi, lombanya di majuin?" tanya Alan setelah tim basket berkumpul di ruangan mereka.
Semuanya mengangguki pertanyaan Alan. "Kok dadakan sih?" kesalnya.
"Makanya itu Lan," balas Dafa.
"Kita harus sering latihan Lan, kalau nggak, bisa kalah kita." lanjut Rafa.
"Nggak, kita nggak boleh kalah. Tim basket SMA Pelita nggak ada sejarahnya kalah dalam lomba basket," titah Alan.
"Oke, mulai besok, kita bakal latihan basket tiap pulang sekolah. Terus, kalau memang ada free class, kita gunain juga buat latihan. Gimana? Setuju?" Alan selaku kapten tim basket memberikan usulannya.
"Oke deh." semua menyetujui usulan dari Alan.
"Oke, karena udah pada setuju, kalian bisa pulang. Besok kita latihan." titah Alan, dan diangguki oleh semuanya.
Satu persatu anggota tim basket keluar ruangan. Terkecuali Alan, Dafa, Rafa, mereka masih berada di sana.
"Lo udah tau kita bakal study tour ke Jogja?" tanya Rafa setelah semua anggota tim keluar dari ruangan.
"Eh iya, kita lupa ngasih tau lo soal itu." sahut Dafa.
"Gue udah tau, telat lo berdua." jawab Alan.
"Tau dari mana lo? Di kasih tau sama bokap lo?" tanya Dafa. Dan Alan langsung menggelengkan kepalanya.
"Terus?" kali ini Rafa mulai kepo.
"Aluna." pernyataan Alan sukses membuat kedua sahabatnya membulatkan kedua mata mereka.
"Aluna? Anak kelas kita? Yang jadi guru private lo itu?" pertanyaan Dafa berhasil membuat Alan geram dan langsung menjitak kepala sahabatnya itu.
"Anak SMA kita, yang namanya Aluna siapa lagi kalau bukan dia." titah Alan.
"Ya udah kali biasa aja. Gak usah pakai jitak kepala orang juga!" kesak Dafa sambil memegang kepalanya yang terkena jitakan dari Alan itu.
Mendengar itu, Alan hanya menatap sinis ke arah Dafa.
"Lo kayaknya mulai dekat ya sama Luna?" tanya Rafa.
"Nggak, biasa aja." jawab Alan dengan santainya.
"Iya nih, kayaknya sahabat kita yang satu ini udah mulai tumbuh benih-benih cinta, sama si anak pintar itu." goda Dafa.
"Udah seberapa dekat lo sama Aluna?" tanya Rafa lagi.
"Alan sama Aluna kayaknya cilok deh." goda Dafa lagi.
"CINLOK goblok!! Cilok ma, punyanya bude Suti noh enak." lagi-lagi kepala Dafa menjadi sasarannya. Kali ini Alan tidak menjitaknya, melainkam menonyornya.
"Jadi laper gue? Makan yuk ah." ajak Dafa sambil memegangi perutnya.
"Nggak, gue mau balik." balas Alan, yang langsung mengambil tasnya dan beranjak dari tempat duduknys.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAN ✔
Teen Fiction[PART SUDAH TIDAK LENGKAP] [Sudah pernah dibukukan] [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!] Meski saling tahu, tetapi tidak saling kenal adalah kalimat yang tepat untuk mereka pada awalnya. Alan, sang bad boy yang selalu mendapat nilai super anjlok, berban...