Bagian 10

1.5K 104 3
                                    



Seorang wanita paruh baya tengah memandang sebuah potret seorang lelaki yang berpose bak model papan atas.

Senyumnya mengembang kala pintu rumah besar itu terbuka menampakkan seorang lelaki yang memakai baju santai dan tas yang menggantung di bahu sebelah kanannya.

"oma... " teriak lelaki itu. Keynan lelaki itu langsung menghambur ke pelukan sang oma yang telah lama ia rindukan. Sementara Leo tersenyum gemas ke Keinan.

Wanita yang di panggil oma oleh Keinan itu juga langsung membalas pelukan dari cucunya.

"Keinan kangen sama oma. Oma ...kalau oma disini berarti kak farel juga sudah pulang ke rumah ini lagi kan?" keinan menatap omanya dengan mata yang berbinar penuh harap.

"ayo kita ke ruang tamu sayang, opa sudah menunggumu di sana" Keinan langsung menganguk dan mengikuti langkah omanya ke ruang tamu.

"opaaa...! " keinan berlari ke arah pria paruh baya yang rambutnya juga sudah ubanan.

"hehh jagoan opa udah besar sekarang. Gimana keadaan mu nak...? " opa Farid langsung mengacak gemas rambut Keinan.

"baik kok opa... Ngomong-ngomong kapan kalian datang kok gak bilang-bilang"

"baru tadi siang kok, oma sama opa memang sengaja gak bilang biar jadi kejutan" sahut oma salma.

"Keinan kamu barusan pulang diantar sama siapa..?" tanya Sandy.

"owh itu tadi Leo yang nganter Keinan pulang.." bukan Keinan yang menjawab melainkan Rena yang menjawabnya.

Salma dan Farid tentu saja terkejut. Namun mereka langsung merubah mimik wajah mereka menjadi biasa. Jadi benar mereka tidak tahu kalau Leo adalah Farel batin mereka berdua.

Keinan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan itu. Mengabaikan pembicaraan mereka, tapi tak ia temukan seseorang yang ia rindukan selama ini. Kakaknya... Ia sangat merindukan kakaknya. Apa mungkin ia sedang istirahat di kamarnya yang selama ini di tinggalkan olehnya?.

Mengerti dengan tatapan keinan, Sandi menghela nafasnya pelan.. Ia tahu siapa yang sedang Keinan cari. Sekelebat penyesalan kini hinggap di hatinya. Karena keegoisannya Keinan harus terpisahkan dengan kakaknya.

"Keinan duduk sini" suara bariton itu membuyarkan pandangan Keinan yang menatap papa dan mamanya dengan penuh tanya.

"opa dimana kakak? Oh apa mungkin dia ada di kamarnya" keinan beranjak dari tempat duduknya berniat pergi ke kamar yang tak lain adalah kamar kakaknya.

"Keinan kakakmu gak ada disini, dia masih ada di Battam, dia belum mau pulang" ucapan Farid yang takk lain adalah opanya membuat Keinan melunturkan senyumannya.

Keinan beralih ke Rena yang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tahu mamanya pasti sama terlukanya dengan dirinya.

" kenapa kakak gak mau pulang opa? Apa karena Key, kakak gak mau pulang lagi kesini?" tanya Keinan dengan tatapan yang sendu.

"tidak nak, kakakmu pasti akan pulang, tapi tidak sekarang. Percayakan sama oma?" Keinan menganggukkan kepalanya pertanda ia percaya bahkan sangat. Kakaknya pasti akan kembali.

Mungkin memang bukan sekarang tapi suatu saat. Dan Keinan akan menunggu itu sampai kapanpun.

Keinan tidak akan menyerah dengan penyakit yang sekarang berteman dengan tubuhnya " iya, Key percaya kok kalau kakak pasti akan kembali lagi ke rumah ini. Key capek mau istirahat dulu. Kalian akan menginap disini kan?"tanya Keinan sekali lagi sebelum pergi dari ruang tamu itu.

Like Rain Like MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang