Bagian 37

1.3K 88 11
                                    

Jalanan malam hari nampak begitu ramai dengan kendaraan dan lampu malam yang turut menghiasi jalanan itu.Sebuah mobil bmw melaju dengan kecepatan sedang. Menyusuri jalan yang begitu ramai.

Keinan menikmati angin malam yang begitu dingin sesekali bersenandung mengikuti lagu yang ia putar di mobilnya.

Sekitar 30 menit lalu opanya menghubunginya meminta untuk bertemu dengan Keinan dan juga kedua orang tuanya.

Hanya Keinan sendiri yang datang karena orang tuanya sedang pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan.

Keinan menghentikan mobilnya di parkiran sebuah restoran keluarga yang tak jauh dari kediaman opanya.

"opa sudah lama nunggu?" Keinan menghampiri Farid yang sudah duduk manis di salah satu meja restoran itu.

"belum lama, gimana perjalananmu tadi?"

"lumayan macet sih, sudah biasa kalau Jakarta jam segini macet" Farid menggangguk menanggapi ucapan Keinan.

"kamu mau pesen apa? Biar opa pesenin. Opa yakin kamu belum makan kan?"

"samaain aja sama opa, lagian di restoran ini semua makanannya enak, jadi Key bingung mau pesen apa" Farid terkekeh sebentar lalu memanggil pelayan untuk memesan makanan.

Keheningan terjadi diantara mereka berdua sampai pelayan yang tadi datang membawa pesenan makanan mereka.

"apa yang ingin opa katakan, kayaknya penting banget"

"kamu ingat lusa hari apa?"

"hari kamis" Farid gemas sendiri dengan jawaban kelewat polos Keinan. Ingin rasanya ia menjedotkan kepala anak itu ke meja. Bukannya ia berlebihan hanya saja apa dia benar-benar lupa?.

"memang ada apa sih opa dengan hari kamis? Tunggu bukannya  hari ini tanggal 17 itu artinya lusa adalah.... Ya ampun dasar Keinan bodoh, lusa kan ultahnya kak Leo"

"kekeke sepertinya otak mu belum sembuh paska operasi itu" Keinan mengerucutkan bibirnya. Sementara Farid sudah tertawa, baginya membuat Keinan jengkel adalah hiburan untuknya.

Wajah inocent Keinan saat mengerucutkan bibirnya dengan mata yang bulat sungguh menggemaskan.

"apa-apaan sih opa, malu tahu dilihatin orang banyak. Jadi.."

"Jadi apa...?" Keinan bertambah menekuk wajahnya. Opanya sangat tidak konsisten. di ajak serius malah bercanda, giliran di ajak bercanda mukanya nyebelin .

"maaf opa hanya gemas saja, kamu sejak kecil tidak berubah. Jadi kakakmu ingin makan malam bersama dengan kedua orangtuamu"

Uhukkk uhukk

Keinan tersedak minumannya. Apa barusan tadi ia tidak salah dengar?. Apa opa kembali ingin bergurau dengannya?.

"maksud opa....?" Keinan masih bingung, jujur saja ini sangat mendadak. Memang saat bertemu di sekolah pun mereka tak pernah bertegur sapa.

Jangan tanya siapa yang selalu menghindar . Siapa lagi kalau bukan Leo. Tatapannya masih sama seolah tidak ada harapan untuk dirinya memasuki kehidupan Leo. Bila Keinan ingin menyapanya maka Leo akan mengabaikannya.

Leo terlalu kokoh dalam membangun tembok penyekat antara dirinya. Sekuat apapun Keinan menghancurkannya tetap tidak bisa hancur, justru membuat Keinan kesakitan untuk sekedar mendekatinya.

Apalagi setelah ia melakukan kesalahan fatal kemarin, Leo semakin menghindarinya. bahkan saat di rumah sakitpun ia akan pura-pura tidur saat ada dirinya. Atau ia akan melihat ke arah lain hanya untuk menghindari dirinya.

Like Rain Like MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang