Bagian 12

1.5K 91 0
                                    

Farid membuka pintu yang bertuliskan dr. Andre itu setelah tadi mengetuknya. Di belakangnya Leo membuntutinya dengan wajah yang masih masam.

''selamat siang pak Farid dan anak nakal silakan duduk'' sapa dr. Andre dengan senyum lebarnya. Terlihat ramah tapi tidak dengan Leo, seandainya ia bisa pasti sudah merobek mulut itu.

''siang juga dok, apa bisa langsung saja di mulai, sebab saya masih ada urusan setelah ini'' tutur Farid dengan lembut.

''tentu saja, Silakan berbaring di brankar itu'' Leo hanya menurut saja. Setelah Leo berbaring seorang suster datang dan menginstruksikan beberapa hal.

Suster itu menyuruh membuka baju yang dikenakannya,yang langsung di turuti saja oleh Leo. Ia sudah pasrah saja harus menjalani serangkain pemeriksaan yang menurutnya sangat membosankan.

Dr. Andre memasang elektroda berupa lempeng logam tipis di dada dan juga perut Leo dan juga alat pengukur tekanan darah di lengannya.

Setelah itu dr. Andre menginstruksikan untuk menarik nafas dan menahan nafas selama beberapa detik.

Lalu suster tadi datang kembali membawa alat yang bernama Echocardiogram dan meletakkan di samping brankar Leo.

Dr. Andre mengoleskan Seperti gel di sekitar area dada kirinya Leo lalu melakukan USG atau sering disebut ECG.

Setelah selesai kini Leo kembali di suruh untuk berjalan di atas treadmil yang memang sudah di siapkan di ruangan itu.

Dr. Andre dan beberapa staff medis secara teliti memantau setiap perubahan dari detak jantung , tekanan darah serta EKG karena aktivitas dan stres tubuh.

Nafas Leo mulai tersenggal setelah melakukan tes treadmil itu selama kurang lebih sepuluh menitan. Dr. Andre yang peka langsung bertindak dengan memperlambat kecepatan treadmil itu hingga berhenti, tubuh Leo justru limbung ke belakang dengan sigap pula dr. Andre menangkap tubuh Leo lalu membawanya ke brankar yang tadi di tempati oleh Leo.

''Apa yang kamu rasakan sekarang?'' tanya dokter Andre. diikuti tatapan khawatir dari Farid yang memang sedari tadi memperhatikannya.

''pusing, mual'' jawab Leo. kepalanya mencondong ke bawah. suster yang mengerti itu langsung mengambil wadah untuk menampung muntahan Leo.

dan benar saja Leo langsung memutahkan isi perutnya yang hanya berupa cairan bening karena memang sedari pagi ia belum makan apapun. kebiasaan saat ia melakukan check up rutinnya ia akan menjalani puasa selama sekitar empat jam-an.

Merasa sudah tidak ada lagi yang bisa ia keluarkan, Leo menyudahi acara muntahnya dan langsung berbaring kembali dengan nafas yang masih tersenggal. Salah satu suster memasangkan oksigen mask untuk membantu Leo bernafas.

''Bisa kita bicara sebentar pak?'' tanya dr. Andre yang di setujui oleh Farid lalu mengikutinya duduk di kursi depan DR. Andre.

''bagaimana keadaan cucu saya dok? apa dia akan baik-baik saja?'' tanya farid dengan raut khawatirnya. jujur meskipun ini bukan baru pertama kalinya Leo kesakitan, Farid akan tetap khawatir apalagi melihat raut dokter di depannya ini yang tak terbaca.

''apa akhir-akhir ini Leo punya masalah, sepertinya dia terlalu banyak pikiran. dan itu berisiko pada kinerja jantungnya yang memang tak senormal orang pada umumnya.

dan juga ia tidak teratur meminum obatnya dan juga melewatkan check upnya'' jelas dokter Andre yang mampu membuat Farid terdiam cukup lama sebelum menjelaskan Leo memang sedang banyak masalah beberapa bulan ini..

Dokter Andre nampak menghela nafasnya namun langsung tersenyum mencoba memberikan semangat.

''pak Farid cobalah memberi pengertian kepada Leo tentang kesehatannya secara perlahan. Sebenarnya saya cukup salut terhadap Leo. Leo mungkin tertekan dengan kondisinya apalagi di umur yang sekarang dia butuh kebebasan. Dan kitapun juga harus mengerti itu.

Like Rain Like MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang