Epilog

1.3K 79 2
                                    

Harum bunga kamboja menyeruak memenuhi indra penciuman. Seorang pemuda berjalan menyusuri deretan gundukan tanah dengan bunga yang berada di tanganya.

Pemuda itu berjongkok di samping makam, tanggannya mengusap batu nisan yang bertuliskan nama seseorang yang paling berarti di hidupnya.

Alfarel Leonard Wijawa

Keinan pemuda itu mendongakkan kepalanya untuk menghalau air mata yang mendesak ingin keluar. Meskipun sudah lama tapi sesak itu masih saja bertahta manis di dadanya.

"kak, gimana kabar lo sekarang. Tak terasa ini udah setahun aja lo pergi ninggalin kita semua. Kak gue kangen sama lo, mama dan papa juga kangen sama lo" Keinan menarik nafasnya dan membuangnya kembali sampai beberapa kali berharap bisa menghilangkan sesak di hatinya. Meskipun itu nyatanya percuma saja.

"ini sakit kak.. Sangat sakit. Gimana gue bisa hilangin rasa sakit ini?" tangan Keinan terus menepuk dadanya. Ia begitu rapuh jika harus di hadapkan dengan penyesalan dan kerinduan yang tak bertemu ujung.

"lo tahu kak? Setahun lo pergi kehidupan kami berubah banyak. Papa sekarang jarang di rumah dia lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor.

Sedangkan mama setiap hari mengurung dirinya di kamar yang dia lakukan hanya menangis dan selalu manggil nama kakak"

"tapi gue harus tetap kuat kan kak? Seperti apa yang di katakan Vino dan Dita satu tahun yang lalu. Gue harus bangkit karena yang mereka miliki sekarang cuman gue.

Gue harap lo bahagia sekarang disana, gue akan menebus semua hal yang belum bisa lo lakuin termasuk mengembalikan senyum mama dan papa kita, dan juga Diandra gue akan kembalikan kecerian dirinya lagi yang sudah hilang bersama perginya lo".

Keinan berdiri dan melangkahkan kakinya pergi dari makam Leo. Ia harus segera pulang kerumah karena mamanya di rumah sendiri.

Sesampainya di rumah ia membuka pintu utama rumahnya. Sepi. Itulah pemandangan pertama Keinan saat memasuki rumahnya.

Dengan langkah lunglai ia memasuki kamar kedua orang tuanya. Saat masuk ia bisa melihat Rena tangah duduk termenung di atas kasurnya.

Pandangannya lurus ke arah jendela yang terbuka lebar. Tatapan nya masih kosong sedangkan tangannya memeluk erat sebuah figura. Foto Leo yang tersenyum lebar.

"mama, mau sampai kapan mama seperti ini terus" Keinan menghela nafasnya saat Rena masih sibuk dengan dunianya sendiri.

"biarin kakak bahagia ma. Kita tidak boleh seperti ini terus. Masih ada Keinan ma. Keinan juga butuh mama".

Rena yang awalnya hanya diam kini menatap Keinan penuh luka. Hatinya sudah terlalu hancur. Penyesalan itu masih sering menyesakkan hatinya.

Rena merengkuh tubuh Keinan dan menangis menumpahkan semua sesak di hatinya. Begitu pula dengan Keinan yang juga ikut menangis di pelukan Rena.

"maafin mama Key, selama ini belum bisa menjadi  mama yang baik buat kamu terutama Farrel hiks..hiks maafin mama hiks" Rena tahu ia adalah orang tua yang gagal untuk kedua jagoannya, turatama Farrel.

"tidak ma.. Kakak pasti memaafkan kita, sekarang yang harus kita lakukan adalah bangkit biarin kakak bahagia di sana. Mama tidak mau kan kakak sakit lagi di sana" Rena menggeleng dan itu membuat senyum Keinan merekah.

Like Rain Like MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang