EKSTRA PART

1.1K 70 7
                                    

Angin siang ini berhembus sangatlah kencang, langitpun mendung tapi tak kunjung hujan. Seorang pria terus memandang keluar jendela mengabaikan wanita yang duduk di samping brankarnya.

"Key.." panggil wanita itu yang tak lain Diandra. Diandra memandang sendu ke arah Keinan yang mengabaikannya semenjak ia datang 30 menit yang lalu.

"mau sampai kapan lo kayak gini Key? Penyakit lo kembali bukan berarti lo lemah kayak gini. Mana Keinan yang gue kenal dulu" ucap Diandra yang sudah tak bisa memendung air matanya.

"itu beda Dra. Dulu gue punya tujuan tapi sekarang tujuan gue udah gak ada. Jadi buat apa gue bertahan lagi" Keinan berucap parau.

"KEY..!" bentak Diandra yang tak mengerti sama sekali dengan Keinan sahabatnya.

Enam tahun setelah kepergian Leo semuanya berubah. Diandra tau disinilah Keinan yang paling rapuh. Meskipun setelah kepergian Leo, Keinan terlihat kuat dan tegar.

Tapi jika melihat lebih dekat lagi, Keinan orang yang paling rapuh diantara mereka semua, apalagi setelah penyakitnya kembali satu tahun yang lalu. Keinan bertambah rapuh.

"lebih baik lo pergi. Jangan buang-buang waktu lo buat orang penyakitan kayak gue".

"Lo pernah mikirin orang tua lo gak sih Key?. Setelah kepergiannya Leo cuman lo yang mereka punya. Kalau lo nyerah kayak gini siapa yang akan menjaga mereka. Mereka masih butuh lo Key. Gue mohon bertahanlah".

"tapi kalian juga harus ngerti gue Dra. Gue capek. Gue ingin bertahan tapi juga percuma tubuh gue udah sangat rusak Dra".

Diandra terdiam membisu mendengar ucapan Keinan yang penuh dengan keputusasaan. Kanker itu kembali bukan hanya merusak otaknya tapi juga paru-parunya.

Bahkan dokter yang menangani Keinan sudah pasrah dengan keadaannya Keinan.  Hanya kedua orang tua Keinan yang bersikeras untuk mempertahankan Keinan berharap masih ada keajaiban untuk Keinan.Tapi sampai sekarangpun masih sama, bahkan lebih parah.

"gue capek dra, mau tidur lo bisa keluar sekarang.."

"kenapa? Lo ngusir gue?"

"gue ngantuk mau tidur. Kalau lo disini gue gak bisa tidur".

Diandrapun pasrah lalu ia bangkit untuk pergi dari ruangan itu. Sebelum ia melangkahkan kakinya keluar ia sempatkan mencium kening Keinan dan berbisik "cepat sembuh. Gue sayang sama lo" yang hanya di balas senyuman oleh Keinan.

Setelah Diandra keluar dari ruangan itu Keinan melunturkan senyumannya "maafin gue dra,pa,ma. Kak Leo gue datang" gumam Keinan sebelum matanya tertutup sempurna.




Diandra kini berada di sebuah pemakaman. Tangannya memegang buket bunga yang ia beli sebelum mendatangi pemakaman itu.

Hingga langkahnya terhenti di sebuah pemakaman yang menjadi pelanggannya selama beberapa tahun ini.

"lo juga datang kesini..?" tanya seseorang yang memang sudah berada di situ sebelum Diandra datang.

Diandra hanya menggangguk sambil memperlihatkan senyumnya "gue sering kesini, gak kayak lo..".

Mendengar lontaran yang lebih mirip sindiran itu Ryan terkekeh tapi lebih ke senyum miris. Bukan tak ingin datang ke tempat peristirahatan terakhir sahabatnya.

Hanya saja sesak yang mengungkung hatinya yang membuatnya jarang ke tempat ini bahkan selama 6 tahun ini bisa di hitung berapa kali ia mengunjungi Leo.

"gak kerasa udah 6 tahun aja. Padahal seperti baru kemarin kita menghabiskan waktu bareng" ucap Ryan mencoba menggali kembali kenangannya dulu bersama sang sahabat.

Like Rain Like MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang