bagian 41

1.3K 90 11
                                    

Like Rain Like Music

Mentari pagi menelusup melalui celah jendela seorang pemuda yang kini tengah mengeliat dalam tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari pagi menelusup melalui celah jendela seorang pemuda yang kini tengah mengeliat dalam tidurnya. Mengerjapkan matanya tatkala sinar itu memasuki retina matanya.

Leo bangun dari posisi tidurannya. Sedikit kepayahan saat rasa nyeri itu kembali menyerangnya. Leo mengambil air yang ada di sisi nakasnya lalu meneguknya hingga setengah.

Setelah merasa lebih baik ia menurunkan kakinya dan melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi dengan tangan kirinya memegang dada kirinya dan tangan kanannya menyanggah tembok untuk menumpu tubuhnya.

"sialan kenapa harus sekarang sih. Gak lo gak boleh membuat ulah hari ini" Leo menatap wajahnya yang kini semakin tirus dan jangan lupakan warna pucatnya. Membuatnya tersenyum miris.

Tak mau meratapi kehidupannya yang semakin menyedihkan Leo menyalakan shower mengguyur tubuhnya.

Leo pagi ini harus pergi ke sekolah, karena hari ini adalah pergantian jabatan ketua osis. Jadi mau tak mau ia harus mau.

Ia cukup bersyukur, akhirnya ia bisa mengemban tugas itu yang tak bisa di bilang mudah. Awalnya ia berpikir tidak bisa menyelesaikan sampai akhir mengingat kondisinya yang memburuk beberapa bulan lalu.

Tapi karena kegigihannya dan dukungan dari anggota osis lainnya ia bisa menyelesaikannya sampai akhir.

Setelah memakai seragam osisnya dengan lengkap Leo mematut dirinya di cermin yang berada di kamarnya.

"ahh gue lupa, masih ada yang kurang" Leo mengambil lip balm dam cream wajah yang bisa menyamarkan rona pucatnya. Beberapa hari lalu Diandra memberikan itu karena tak tega melihat wajah pucatnya.

Leo terkekeh memikirkannya. Sungguh ini bukan gayanya sekali. Wajah tampan Leo sudah asuransi dari ia lahir.

Setelah mengoles cream di wajahnya dengan tipis, kalau ketebalan takut di bilang banci, tak lupa dengan lip balmnya. Leo langsung turun ke bawah pasti opa dan omanya sudah menunggunya.

Samar-samar Leo mendengar ocehan dari meja makan, setelah tau siapa orang itu Leo mendengus. "ngapain juga bocah itu ada disini" gumam Leo.

"pagi kak..." sapa Keinan riang. Ia orang itu adalah Keinan yang datang dari 15 menit lalu. Ia bahkan rela bangun pagi hanya untuk pergi ke rumah Leo.

"ngapain lo disini.." keinan mempoutkan bibirnya. Ia kesal, tentu saja siapa juga yang tidak kesal. Ia sudah berangkat dari rumah pagi sekali karena jarak rumahnya dan opanya tak bisa di bilang dekat.

Like Rain Like MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang