Bagian 26

1.5K 99 15
                                    

Leo memantulkan bola oranye berkali-kali dan sesekali memasukkannya ke dalam ring. Posisinya masih sama, ia tak berniat berlarian ke sana kemari, karena jujur saja dadanya masih sering nyeri.
Jika ia melakukan aktivitas yang berat.

Bahkan ia tadi pagi harus perang mulut dulu dengan farid dan salma, tentu saja mereka belum mengizinkannya pergi sekolah.

Apalagi dengan kondisi Leo yang kini penyakitnya itu sering kambuh, bahkan tak jarang ia semalaman tak bisa memejamkan mata.dan lagi-lagi ia harus merepotkan opa dan omanya. Bahkan mereka meninggalkan segalanya demi dirinya.

Dan pada akhirnya farid mengizinkannya berangkat sekolah dengan satu syarat ia harus mau di kawal bodyguard suruhan opanya.

"lo ngapain disini?" pertayaan Ryan mampu membuyarkan lamunan Leo.

"jemur pakaian" jawab enteng Leo.

'untung sayang, kalau tidak sudah aku lempar tuh orang ke comberan'batin Ryan.

"maksud gue ngapain lo sekolah bukannya harusnya lo masih istirahat di rumah?"

"gue sekolah untuk belajar lah"

Oke ryan lo harus sabar.

"ck ck wajah lo aja masih pucet gitu,pasti lo tadi pagi maksa berangkat sekolah kan? Dan apaan ini lo malah main basket kayak gini, ya gue tau ini masih pagi, tapi gak harus gini juga kali nanti kalau lo kenapa-kenapa gimana?"

Leo mendengus, ini pertayaan Ryan yang paling panjang dalam sejarah persahabatan mereka, heran saja sih biasanya kan yang paling cerewet itu zein sama reon.

"bawel lo" Leo memantulkan bola oranye itu ke sembarang arah dan bergegas pergi ke kelas meninggalkan Ryan yang masih menggerutu tak jelas.

Namun langkah kaki Leo terhenti saat ia mendapati pemandangan yang kembali menyayat hatinya. Meskipun ia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu tapi tetap saja hatinya sakit.

Keinan turun dari mobilnya di susul dengan sandi dan rena, mereka nampak bercuap-cuap sebentar dan setelahnya rena memeluk dan mencium kening keinan.

Hati Leo bagai di hantam batu besar, itu sangat menyesakkan. Apa mereka tak tau tempat, memamerkan kehangatan keluarga seolah mereka bahagia hanya memiliki satu anak, yaitu keinan.

Sejenak tatapan Leo bertubrukan dengan sorot mata teduh Rena dan Sandi, ia sangat merindukan mereka, sangat sangat merindukan mereka.

Akan tetapi rasa benci itu lebih besar dari rasa rindu itu sendiri.

Rena yang melihat Leo tersenyum meskipun Leo hanya menatapnya dengan tatapan kecewa lalu berlalu begitu saja dari hadapannya. Mengurungkan niatnya untuk menghampiri Leo dan menayakan keadaannya. Bagaimanapun ia masih menyandang status sebagai ibunya, dia pun tahu Leo sedang tidak baik-baik saja.

Rena tau anaknya itu kecewa padanya, tapi ia cukup bersyukur Leo sudah kembali bersekolah itu artinya Leo sudah sembuh,meskipun tadi ia sempat melihat wajah Leo sedikit pucat.

Rena bahkan ingat perjuangannya untuk mendapatkan maaf dari Leo belum juga ia dapatkan. Sudah satu minggu lebih ia mencoba untuk menemuinya tapi Leo tetap saja memberikan penolakan untuknya.

"ma,,, mama,," panggilan keinan mengalihkan tatapannya dari punggung Leo yang kini sudah menghilang di tembok koridor sekolahnya.

"iya sayang..?"

"mama jangan bersedih lagi,nanti keinan coba bicara sama kakak" Rena mengangukkan kepalanya dan tersenyum.

"tapi jangan terlalu dipaksakan sayang, mama gak mau kejadian kemarin terulang lagi" keinan mengagukkan kepalanya.

Like Rain Like MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang