Bagian 16

1.6K 98 2
                                    

Leo membuka perlahan matanya.  Ia mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya..

Dilihatnya ruangan serba putih dan bau khas obat-obatan yang menyengat indra penciumannya.

Pandangan Leo jatuh ke omanya yang tertidur di sebelah kiri tangan Leo yang terbebas dari infus. Leo beralih ke arah sofa. 

Disana terlihat opanya yang tertidur dengan tangan kirinya di buat tumpuan kepalanya dan tangan kanannya mengantung bebas di pinggiran sofa.

Oma dan opanya pasti akan Pegel -pegel setelah bangun nanti.  Meskipun tak tega membangunkannya Leo tetap berinisiatif membangunkannya. 

"omaa...."

Panggilan lirih itu membangunkan oma salma dari tidurnya dan langsung mengeliat.

Di tatapnya penuh haru, Leo yang telah membuka matanya setelah dua hari ia tak sadarkan diri.

"Farrel sayang..  Akhirnya kamu bangun juga.  Tunggu sebentar biar oma panggil dokter dulu".

"oma,  lebih baik oma pulang istirahat di rumah,  aku udah gak papa kok" lirih Leo dengan mata sayunya.  Oma tersenyum lalu mengelus sayang rambut cucunya itu.

"farel kan baru sadar,  jadi jangan bilang kalau farel baik-baik saja..  Farel pasti masih lemas kan?" Leo hanya mengagukan kepalanya karena jujur saja ia masih lemas.

Oma salma langsung memanggil dokter untuk memeriksakan keadaan Leo. Tak selang beberapa menit seorang dokter dan perawat datang dan langsung memeriksa keadaan Leo.

''apa ada keluhan anak manis?'' Leo menberengut tak suka dengan gurauan dokter Andre.

''gak ada cuman lemas, aku harap dokter tidak memberitahu mereka''.

''sudah berapa kali aku bilang. Cukup panggil aku dengan abang, dan masalah mereka, kamu tenang saja aku tidak akan memberitahu apapun, lagian aku yakin cepat atau lambat mereka akan tahu'' Leo terdiam mendengar perkataan dokter Andre. Rasa takut lantas menggelayuti hatinya.

Akankah mereka akan tetap menerima kondisinya. Leo hanya takut untuk ditinggalkan dan kehilangan untuk kesekian kalinya. Jujur saja ia sudah terlanjur nyaman dengan mereka.

''sudah jangan di pikirkan, mending sekarang kamu istirahat dulu biar cepat pulih'' Leo hanya tersenyum kecil. Dalam hatinya ia selalu menunggu kata sembuh bukan pulih.

Dokter Andre menghampiri keluarga Leo yang sudah siap dengan pertanyaannya "bagaimana dok keadaan cucu saya..?? " tanya Farid yang tadi terbangun karena suara berisik di ruangan itu. 

Awalnya ia kira Leo collaps lagi tapi setelah ia melihat Leo membuka matanya ia bernafas lega.  Cucunya akhirnya bangun.

"kondisi Leo sudah membaik, tapi saya akan memberikan obat tidur supaya Leo bisa istirahat untuk memulihkan tenaganya" sahut dr.  Andre di sertai dengan senyumannya.

Setelah dokter dan antek-anteknya keluar dari ruangan itu, Salma dan Farid langsung menghampiri Leo dengan wajah pucatnya.

"Farrel maafin opa sama oma ya karena udah buat Farrel begini.  Terutama gak seharusnya opa ungkit masalah itu" Leo tersenyum,

"aku sayang oma sama opa,  jangan tinggalin Farrel, cukup keluarga aku yang udah ninggalin aku sendiri,jangan kalian" ucap Leo

"enggak akan sayang, kita akan selalu ada buat kamu. Sekarang kamu tidur biar nanti bangun lebih enakan. " oma mengecup kening Leo yang sudah menutup matanya untuk berkelan ke alam mimpinya.

Tetes demi tetes air mata oma salma membasahi pipi keriputnya.  Menangisi takdir yang telah mempermainkan cucunya.

Leo memang sesosok remaja yang baik juga kuat dan peduli dengan orang di sekitarnya,  tapi kalau sudah menyangkut keluarganya ia akan rapuh dan hancur.

Karena keluarganya lah sumber dari semua rasa sakitnya. Awal dari semua pendiriannya. Leo sangat mensyukuri hidupnya, karena Tuhan masih mau memberikan keluarga seperti oma dan opanya, dan juga sahabat-sahabat yang selalu mendukungnya.

''maaf aku selalu menyusahkan kalian'' gumam Leo sebelum menutup kedua matanya untuk kembali menyelami mimpinya  karena obat bius yang baru saja di suntikkan oleh dokter Andre.

''tidak. Kamu sama sekali tak merepotkan. Cukup dengan kamu bertahan dan bahagia saja itu udah sangat cukup buat kami'' ucap Salma.


👇
👇
👇

Di sekolah Ryan uring-uringan begitupula dengan Zian dan Reon, bagaimana tidak sudah dua hari Leo tidak ada kabar sama sekali.

Bahkan kemarin mereka bertiga sempat mendatangi rumahnya Leo tapi justru kosong tanpa penghuni.

Zyan berdecak kesal " sebenarnya kemana sih si kunyuk resek itu ngilangnya,  pake gak ngasih kabar lagi"

"tau tuh orang, awas aja tu orang kalau ketemu nanti,  gue kasih makan tuh orang ke rey (anjing kesayangannya Reon),  mana nanti ada presentasi kimia lagi" Reon tak kalah jengkel dengan Leo yang menghilang tanpa kabar.

Seorang gadis menghampiri mereka bertiga yang tengah duduk di pinggiran lapangan outdor, rencananya memang mereka mau main basket tapi karena males tidak ada leo,  ya jadi mereka hanya duduk saja di pinggir lapangan..

"kak, , kak Leo mana ya kok gak pernah keliatan? " tanya Diandra yang tadi menghampiri ketiga sahabat leo itu.

"ehh ngapain lo cari in si leo..? Jangan-jangan kalian..... " Reon mengantung kata-katanya sambil menaik turunkan alisnya menggoda Diandra.

"iiihhh apaan sih kak, kan aku cuman mau balikin heandshetnya kak Leo. Jangan mikir yang aneh2 dech" Diandra cemberut 5 centi. 

"udah jangan di dengeri tompel mak jambrong, dia suka ngasal" Reon mendengus mendengar ucapan Zyan.

"sebenernya kita juga gak tau si Leo itu ngilang kemana, udah dua hari ini dia gak masuk sekolah,  rumahnya juga kosong" jelas Ryan.

Dua hari, berarti semenjak ia mengantarnya pulang kerumah sehabis menjenguk ryan kemarin.

"dua hari, ? Apa mungkin kak Leo sakit,  sebab sehabis menjenguk kak Ryan kemarin ia maksain pulang waktu hampir mau hujan,  ada kemungkinan ia sakit karena kehujanan" diandra menggigit bibirnya ia merasa bersalah bagaimana jika Leo benar-benar  sakit.

Ketiga sahabat Leo hanya mengedikkan bahunya,  ada benarnya  juga ucapan diandra. Tapi kalau ia sakit,  kenapa malah rumahnya kosong.

Apa mungkin sakitnya parah dan sekarang ia dirumah sakit,  tapi tidak mungkin seorang Leo sakit hanya karena kehujanan. Tapi bisa saja kan, secara wajah Leo lebih sering terlihat pucat, saat di tanya ia akan bilang kalau dia punya anemia.

Pikiran-pikiran aneh itu terus menggelayuti pikiran mereka berempat.  Hingga bell berbunyi menandakan semua siswa di haruskan masuk ke kelas masing-masing.

Haahh Ryan menghela nafasnya kasar,  pusing sendiri memikirkan keberadaan sahabatnya yang kini menghilang entah keman.

"mending nanti kita coba samperin ke rumahnya lagi dech siapa tau sudah ada di rumah'' usul ZYan.

''nurut aja dech''.



Bersambung.....

Dapet salam nih dari Leo ganteng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dapet salam nih dari Leo ganteng.



Mohon di maklumi ceritanya agak gak nyambung, soalnya emang gak ada ide untuk nulis cerita ini. Tapi keinginan hati untuk apdate lebih besar,  jadi yah gini jadinya.  Banyak yang gak nyambung ceritanya
............................😩😱😱

Sampai jumpa di bab selanjutnya.

Like Rain Like MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang