Bagian 35

1.3K 85 6
                                    

Salma terus memandang lekat wajah Leo, tangannya begeitu erat menggenggam tangan Leo yang terbebas dari infus. Tangan satunya lagi mengusap dengan sayang surai gelap Leo.

Dua jam suda salma duduk di samping brankar Leo. Tak ia hiraukan lagi orang-orang di luar sana yang juga ingin melihat keadaan Leo. Yang Salma rasakan adalah sebuah ketakutan terbesar dalam hidupnya. Yaitu kehilangan Leo.

Masih terngiang di kepalanya kejadian empat jam yang lalu. Dimana saat Mike berhasil menusuk perut Leo bersamaan datangnya beberapa polisi yang langsung meringkus Mike beserta anak buahnya.

Meskipun saat itu ada Dokter Andre yang turut membantunya. Salma dan semua orang tetap khawatir sebab Leo tak bernafas sama sekali dan darah yang terus mengalir dari perutnya. Lebih tepatnya henti nafas.

Hingga berakhir di ruang operasi hampir dua jam lebih. Semua orang tentu bernafas lega saat dokter keluar memberitahu bahwa Leo kembali meskipun kondisinya masih kritis.

"bangun sayang. Jangan terus buat oma khawatir kayak gini. Oma tahu kamu cucu oma yang kuat".

'

' oma keluar dulu mau sholat, kamu baik-baik disini dan cepatlah bangun'' Salma mencium kening Leo lama menyalurkan kehangatan dan juga kasih sayang yang berlimpah berharap Leo segera bangun dan melihat betapa semua orang sangat menyayanginya.

Rena langsung menghambur ke arah ibu mertuanya yang baru saja keluar dari ruang ICU.

''Bagaimana kondisi Farel ma. Aaaku mau masuk.. Aku ingin melihat anak aku ma'' Ucap Rena dengan suara bergetar.

''masuklah'' Rena lagsung tersenyum mendengar titah Salma dan langsung masuk ke ruangan itu dengan baju khusus yang di berikan oleh suster yang sedang berjaga.

Sementara Salma menghampiri Keinan yang duduk di samping Sandi dengan pandangan kosongnya. Wajahnya juga masih babak belur meskipun tadi sudah di obati.

''kamu baik-baik saja kan'' Salma merutuki pertanyaan bodohnya, sudah jelas melihat kondisi Keinan yang seperti ini, sudah menggambarkan dengan jelas bahwa Keinan tidak baik-baik saja.

'' o..oomma...kakak'' rancau Keinan sambil menujuk ke arah pintu ICU dimana Leo tengah berbaring di dalam sana.

''tidak apa-apa kakak kamu anak yang kuat. Dia pasti bisa melewati semua ini'' Salma membawa Keinan ke pelukannya, tangan keriputnya mengusap punggung Keinan yang bergetar.

''maaff oma ini pasti karena Keinankan kakak jadi begini?''.

''ini bukan salah kamu, ini salah oma yang menyebabkan kalian seperti ini. Maafin oma Key....maafin oma'' dan berakhirlah mereka menangissaling berpelukan.

Sandi yang duduk di samping Keinanpun hanya mampu menundukan kepalanya. ia tak berani hanya untuk sekedar melihat keadaan Leo di dalam sana.

Sandy merasa ia adalah orang tua yang gagal untuk kedua putranya.

Tapi kakinya menghianati hati dan fikirannya. Perlahan ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan beberapa lagkah lalu berhenti tepat di depan pintu.

Dari celah kaca yang langsung memperlihatkan Leo tengah tertidur dan beberapa kabel yang menepel di tubuhnya dan Rena yang terus menangis melihat Leo yang terbaring tak berdaya.

''bertahan Rel tunggu papa mendapatkan donor untukmu dan izinkan papa memperbaiki semuanya. Semua yang sudah kita lewatkan''gumam Sandi memandang dengan sendu ke arah Leo yang terbaring di dalam sana.

👇

👇

👇

Keinan melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Kini dirinya bagaikan daun kering yang pasrah akan dibawa kemana oleh angin yang menerpanya.

Jalan takdir kenapa begitu sulit hanya sekedar untuk meraih sebuah kebahagian dan sebuah kedamaian. kenapa terlalu sulit.

Ia lelah hampir menyerah jika saja ia tak menyadari masih ada banyak perjuangan yang harus ia raih. Jika ia harus berhenti lalu bagaimana dengan perjuangannya selama ini. Haruskan berakhir dengan sia-sia.

Keinan menghentikan langkahnya di koridor rumah sakit yang langsung memperlihatkan taman rumah sakit yang lumayan luas.

Di kursi panjang taman itu ia bisa melihat seorang gadis yang duduk memunggunginya. Gadis yang begitu ia kenali.

Tubuhnya menghampiri gadis itu yang tengah duduk termenung, matanya menatap ke arah bintang yang menghiasi langit.

Jika di pikir-pikir ia bagaikan malam yang gelap namun akan indah jika ada bintang yang menemaninya ''kenapa tidak masuk?'' tanya keinan setelah duduk di samping gadis itu.

''gue gak sanggup kalau harus melihatnya kembali seperti ini'' jawab singkat gadis itu yang tak lain adalah Diandra.

Tatapan mata Diandra masih melihat Bintang yang bertabur di langit tanpa menoleh ke arah Keinan. Sayang malam ini tidak ada bulan.

Setelah itu hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Mereka seolah memikirkan hal yang sama. Diandra masih gugup dengan kejadian dimana Keinan menciumnya.

Hingga menghadirkan kembali rasa yang sudah lama ia pendam. Ciuman prtamanya adalah Keinan dan cinta pertamanya juga Keinan, sayangnya mereka tak punya hubungan apapun selain persahabatan.

Duduk di sebelah Keinan membuat jantungnya berdetak tak karuan. Namun segera di buang jauh-jauh. Dia tidak seharusnya menaruh keraguan untuk Leo.

Kemana perginya kemantaban hatinya untuk mencintai Leo dengan sepenuh hati, padahal waktu itu Leo sudah memberikan kesempatan untuknya menolak hati yang di berikan oleh Leo dengan tulus. Tidak mungkin ia menghancurkan kembali hati dan kepercayaan Leo.

''lalu gimana dengan lo? Kenapa lo malah ada di sini''. Diandra angkat bicara setelah terdiam beberapa saat. Mengurai kecanggungan diantara mereka. Bagaimanapun ia tak boleh meragukan rasa cintanya untuk Leo.

''gue terlalu nyesek ada di dalam. Jadi gue pikir lebih baik gue pergi cari sesuatu yang bikin sesek gue hilang. Tapi gak tau itu apa''.

''sesuatu yang berharga dari gue juga sudah hilang. Lo satu-satunya orang yang bikin gue tenang''. Lanjut Keinan setelah terdiam beberapa saat.

''gue harap lo ngerti dengan posisi gue sekarang Key. Tapi gue usahakan selalu ada buat lo kapanpun itu sebagai sahabat baik lo''.

''terima kasih lo udah selalu ada buat gue. Gue sekarang sadar lo lebih pantas dengan kak Leo dari pada sama gue.

Janji sama gue kalau lo akan selalu ada buat gue apapun yang terjadi. Jangan buat gue ngerasa udah kehilangan lo'' Keinan memeluk Diandra dan Diandrapun dengan senang hati membalasnya. Ia mengerti sekarang ini Keinan butuh sandaran.

''APA YANG KALIAN LAKUKAN?'' Keinan dan Diandra langsung melepaskan pelukan mereka. Mata mereka melebar melihat siapa yag baru saja berbicara dengan dingin di hadapan mereka.

Diandra bahkan bisa melihat tatapan amarah dari orang itu dan juga tatapan kecewanya.

''LO...''

BERSAMBUNG.....

Like Rain Like MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang