Bagian 34

1.3K 89 8
                                    

Diandra terus mondar-mandir sambil menghubungi seseorang yang kini menghilang entah kemana selama dua hari ini.

Devan yang melihatnya mulai pusing sendiri "lo bisa berhenti gak sih? Daripada lo muter-muter gak jelas gini, mending lo bikinin gue makanan sana biar dapat pahala" perintah Devan yang kini beralih ke televisi di depannya.

"idiiihhh ogah banget, mending lo makan aja batu sana" sahut Diandra tak santai bahkan kedua tangannya sudah berkacak pinggang.

"lo kira gue karang makan batu!" Devan mendadak sensi sendiri mendengar omong kosong Diandra.

Karena kesal Diandra sampai beberapa kali membuang nafasnya dengan kasar. Tak biasanya Leo seperti ini. Setiap hari ia pasti menghubunginya meskipun sebentar.

"temenin ke rumah Leo dong kak, gue khawatir nih sejak kemarin gak bisa di hubungi. Kalau dia sedang tidak baik-baik aja gimana. Guekan sebagai pacarnya jadi khawatir".

"kalian ada masalah apa emang? kok sampai lo kek gitu, biasanya juga masa bodo".

Diandra mendadak diam. Setaunya ia tidak punya masalah apapun dengan Leo, hingga fikirannya melayang ke hari dimana Keinan menyatakan perasaanya dan berakhir ciuman waktu itu.

Bukan tidak mungkin Leo tak tahu apapun, apalagi setelah itu sikap Leo mulai berubah dingin kepadanya. Bahkan ajakannya untuk pulang bersama ia tolak begitu saja.

''kakak harus anterin gue ke rumah Leo sekarang'' Diandra langsung menarik tangan Devan begitu saja tak memperdulikan nasib kaki Devan yang terkantuk meja dan yang menggerutu terus sepanjang jalan.

Yang harus ia lakukan adalah menjelaskan semuanya ke Leo. Meskipun ia masih menyimpan rasa untuk Keinan, nyatanya rasa sayangnya sudah terlalu besar ke Leo, dan Diandra akan memperjuangkan kepercayaan Leo yang mungkin sudah mulai pudar kepadaya.

Diandra langsung memencel bell berulang kali setelah sampai di rumah Leo. Sementara Devan langsung pulang untuk mengambil berkas orang tuanya yang ketinggalan dirumah.

''eh non Diandra. Mau cari den Leo ya?'' mbok Irah keluar setelah mendengar suara bell rumah berulang kali seperti orang tak sabaran.

''iya mbok, Leonya ada di rumahkan?''.

''aduhh itu non, den Leonya sedang tidak ada di rumah lagi keluar sama tuan dan nyonya katanya ada pertemuan bisnis dan den Leo diminta untuk membantu masalah perusahaan yang katanya ada malasalah''.

Diandra magut-magut mendegar penjelasan mbok Irah. Pantas saja ia tak bisa di hubungi tadi. Hatinya Sedikit Lega semoga ketakutan tidak akan terjadi. Semoga.

''kalau gitu aku nunggu di sini aja gak papakan mbok. Aku juga ada urusan penting sama Leo''

''gak papa kalau non mau nunggu, kemungkinan jam dua nanti baru pulang. Kalau gitu saya kebelakang dulu buat ambilan minuman''.

Diandra mendesah, ini masih jam dua belas dan dia harus menunggu selama dua jam. Kalau bukan menyangkut masalah kemarin, dia tiidak akan mau melakukannya.

👇
👇
👇

Sementara itu Farid, Salma dan Leo baru saja keluar dari restoran bintang lima yang barusan saja menjadi tempat meeting mereka.

''akhirnya masalah ini selesai juga, rambutku hampir putih memikirkannya'' Salma dan Leo memutar bola matanyamalas. Sementara Bara yang duduk dikemudi di samping Farid mati-matian menahan tawanya. Ia masih sayang pekerjaannya kalau sampai tawanya menyembur.

'' opa kalau bicara suka tak sadar diri. Rambut sudah tidak hitam gitu masih belum sadar'' nyinyir Leo yang duduk di belakang Farid sementara Salma terkikik geli melihat Farid merajuk, sangat tidak sesuai dengan usianya.

Like Rain Like MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang