bagian 42

1.3K 106 6
                                    

Di sebuah ruangan yang bercat putih seorang remaja tengah tertidur di atas brankarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di sebuah ruangan yang bercat putih seorang remaja tengah tertidur di atas brankarnya. Kelopak matanya terbuka perlahan, mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya lampu yang memasuki retina matanya.

Seketika aroma obat-obatan menguar di indra penciumannya. Leo pemuda itu mendengus. Tempat ini adalah tempat yang tak ingin ia datangi, tapi sialnya ia malah berlangganan dengan tempat seperti ini.

Leo menatap ke arah tangan kirinya, disitu Rena tengah tertidur lelap sembari menggengam erat tangan Leo yang terbebas dari infus.

Apa yang telah terjadi, sampai dirinya berada di tempat ini dengan seluruh keluarganya yang juga tengah terlelap  di kamar rawat itu.

Leo baru ingat setelah pulang dari acara pergantian osis di sekolah  ia keluar rumah kembali. Karena kebetulan cuaca sore kemarin tak terlalu panas.

Leo memutuskan untuk joging di sekitar komplek rumahnya. Tapi saat perjalanan pulang tiba-tiba hujan turun dengan derasnya mengguyurnya tanpa ampun.

Sesampainya di rumah salma sudah mempelototinya, tapi tak urung ia tetap membalut tubuh kedinginan Leo dengan handuk yang tadi ia bawa.

Setelah berganti pakaian Leo merasakan tubuhnya menggigil, hawa tubuhnya panas dan sudah di pastikan ia demam sekarang dan setelah itu ia sudah tak tahu lagi apa yang terjadi sampai ia terbangun di rumah sakit ini.

"maafin Leo... Pasti aku tadi meropotkan kalian lagi.." Leo menundukkan kepalanya kesamping melepaskan perlahan tangan Rena yang mengenggamnya.

Sshhh

Leo meringis kala ia mencabut infusnya, meskipun ia mencabutnya secara perlahan tapi tak bisa di pungkiri darah mengalir mengotori tangannya.

Setelah melepas nassal canula dan mengambil beberapa lembar tisu untuk menghalau darah yang mengotori tangannya. Leo melangkahkan kakinya secara perlahan keluar dari ruangan itu.

Ia bernafas lega, untung ini sudah hampir pagi lebih tepatnya pukul tiga pagi. Leo menghentikan taksi yang kebetulan saat itu melintas di depan rumah sakit.

Leo merapatkan jaketnya yang tadi ia ambil secara diam-diam, sepertinya itu jaketnya Keinan yang tadinya di sampirkan di kursi tempat anak itu tertidur.

"tunggu di sini sebentar ya pak, kebetulan tadi saya gak bawa uang untuk bayar argonya" supir taksi itu mengiyakan saja. Meskipun sedari tadi ia menatap Leo aneh.

Bagaimana tidak, Leo menghentikan taksinya di depan rumah sakit ia juga memakai baju rumah sakit.

Awalnya supir taksi itu berpikir Leo tak punya uang untuk bayar rumah sakit. Tapi saat melihat rumah mewah itu, ia menjadi berpikir dua kali.

Tidak mungkin pemuda itu kabur dari rumah sakit, karena tidak bisa membayar rumah sakit. Mungkin ada alasan lain dan supir taksi itu tak mau tahu.

Leo datang kembali setelah tadi memasuki rumahnya untuk mengambil uang. Leo lantas memberikan selembar uang 100 ribuan lalu memberikan ke supir taksi itu.

Like Rain Like MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang