05

7.1K 261 4
                                    


"Haruskah aku mengalah, Demi dia
Yang dikatakan 'sahabat'?."

•••

Masih di hari yang sama, Lea merasa sangat lelah untuk kesekian kalinya. Mengalah, mengalah dan mengalah. Tapi itu semua tidak mudah, mungkin saja jika kita berbicara seperti itu mudah. Namun kenyataannya sangat sulit, ego lah yang membuat sulit semua ini.

Lea berjalan lemas menuju kamarnya, ia melempar tasnya dan menjatuhkan tubuhnya ke kasur.

"Huuhh" Desis Lea.

Lea mengacak rambutnya, beban yang berat dia alami saat ini. Apa dia terlalu egois? Atau dia jahat kepada sahabatnya sendiri? Atau memang sahabatnya terlalu berambisi memiliki Aldi?.

'Tok tok tok'

"Ini Anggi" Ucap Anggi dari luar kamar.

"Masuk" Balas Lea singkat.

Anggi duduk di ujung kasur, melihat Lea yang sepertinya sedang ada masalah. Ia mencoba menenangkan Lea.

"Lo ada masalah?" Tanya Anggi penasaran.

Lea hanya diam, tidak menjawab pertanyaan dari Anggi. Itu artinya, Lea menjawab 'iya' bahwa ia sedang memilih masalah.

"Cerita dong ke gue, siapa tau gue bisa bantu masalah lo" Ucap Anggi meyakinkan.

"Gak usah, masalah ini sulit. Lo cuma perlu support gue, selalu ada disamping gue. Itu udah cukup" Lea tersenyum, walaupum senyuman itu terlihat sangat terpaksa.

Anggi mengangguk, ia mengerti apa yang dimaksud Lea. Tapi, bukankah jika Lea bercerita akan lebih baik? Sehingga Lea tidak terbeban sendiri.
Ya sudahlah, itu sudah keputusan dari Lea yang tidak bisa diganggu gugat.

"Gue buatin lo makan siang dulu ya, kayaknya lo lesu banget" Ucap Anggi kemudian keluar dari kamar Lea.

Tak beberapa lama, Anggi kembali membawakan satu mangkuk bubur dan segelas teh hangat.

"Nih makan dulu" Anggi meletakkan makanannya di atas meja rias Lea.

Lea beranjak dari kasur, dan memakan makanan yang diberi oleh Anggi. Enak rasanya, mempunyai saudara yang perhatian seperti ini.

"Makasih ya, lo emang terbaik buat gue" Lea tersenyum manis kepada Anggi.

"Iya sama-sama, sebagai saudara kita harus saling tolong menolong. Bener gak?" Anggi menaikan satu alisnya.

Lea terkekeh dan mengangguk, kemudian menghabiskan makanannya.

•••

Di cafe, Aldi dan kedua temannya berkumpul. Dari pulang sekolah, mereka belum pulang ke rumahnya. Mereka justru pergi ke cafe, mungkin untuk melepas jenu.

Angga memegang hp dan mengajak foto kedua temannya itu.

"Ngapain lo? Biasanya juga gak pernah foto-foto" Sindir Kelvin.

"Setres dia mah" Sahut Aldi.

"Ekseno toh eskseno" Angga bergaya Peace.

Sepertinya, Aldi dan Kelvin tahu maksud dari temannya itu.

"Cocote iku pideo le" Sahut Kelvin menunjuk ke arah ponsel Angga.

"Wes, menengo eskseno" Angga pun kembali berpose.

"iku ono menitane leh" Sahut Aldi menatap kepada Angga.

"Wes toh, menengo eskseno ekseno" Angga masih tetap bergaya.

"LOH GUYS, JEBULE IKI PIDEO" teriak Angga terkejut.

Kelvin dan Aldi menonyor kepala Angga sangat keras, sehingga Angga hampir tersungkur.

"HAHAHAHA" Mereka berdua serentak tertawa mentertawakan Angga.

"GUOBLOKE SAMPEAN, NDAS KU IKI LORO LOH MBO' TABOK-TABOK KOYOK NGONO" Teriak Angga kepada dua temannya.

1

2

"BWAHAHAHAHA"

"Perut gue sakit Ga" Ucap Kelvin sambil tertawa.

"Lo itu pan—tes  jadi pelawak" Ucap Aldi terengah-engah, akibat daritadi tertawa terus-menerus.

Akhirnya Aldi dan Kelvin berhenti tertawa, nafas mereka sudah terengah-engah seperti habis dihukum lari 5 kali putaran. Memang, Angga ini sangat senang sekali melawak. Sehingga membuat kedua temannya lupa dengan masalahnya, walaupun sebentar.

"Eh, ada Aldi" Ucap seseorang sok akrab.

Aldi berdecak, jujur ia sangat risih jika diganggu seperti ini. Ia hanya mau Carissa yang dulu, yang tidak terlalu obsesi untuk memilikinya.

Aldi mencoba untuk tersenyum, walaupun ia tidak suka akan kehadiran Carissa.

"Eh, Neng cantik"

"Mau nemenin abang disini" Angga mengedipkan matanya.

Sungguh menggelikan , tapi itu salah satu cara supaya bisa mengusir Carissa dengan cara halus.

Tanpa basa basi, Carissa langsung pergi dari gerombolan Aldi. Ia, tidak suka dengan Angga. Yang selalu mengganggunya saat ia ingin dekat dengan Aldi. Menyebalkan.

"Thanks Ga, lo emang terdebes"

"Tapi boong, Hhaha" Aldi terkekeh.

"Bisa aja DIDI" Angga menekankan kata pada kalimat terakhir .

Aldi kembali berdecak, panggilan Didi selalu mengingatkannya pada Lea. Yang mungkin saat ini, ia harus menjaga jarak terlebih dahulu dengan Lea.

Pikiran Aldi buyar, setelah melihat sesosok perempuan keluar dari cafe. Iya, itu adalah perempuan yang dimaksud oleh Aldi kepada kedua temannya itu. Tanpa pikir panjang, Aldi mengejar perempuan itu.

Namun, hasilnya nihil. Karena perempuan itu cepat sekali menghilang dari pandangannya. Aldi segera kembali kepada teman-temannya.

"Lo kenapa? Tiba-tiba keluar gitu Aja" Sindir Kelvin.

"Tadi, ada cewek yang gue maksud waktu kemarin" Ucap Aldi meyakinkan.

"Ohh, yang tipe lo itu?" Sahut Angga.

"Iya bener, tadi dia kesini. Sayangnya gara-gara ada Carissa, gue jadi gak bisa kenalan sama dia" Lesuh Aldi.

"Kalo jodoh mah gak akan kemana kali Di, santai" Cengir Kelvin.

"Semangat Di!" Ucap Angga dengan nada semangat.

Aldi tersenyum, memang kedua temannya ini selalu mendukung ia dalam keadaan senang maupun susah. Aldi beruntung, memiliki teman seperti Kelvin dan Angga. Walaupun terkadang, ada masalah-masalah kecil diantara mereka. Tapi itu tidak seberapa dengan hubungan pertemanan mereka.

•••

"Gue akan cari lo kemana aja, sampai gue tau nama lo. Camkan itu"

•••





Hai readers, ketemu lagi nih dengan author. Gimana cerita kali ini? Kalian penasaran gak, sama cewe yang dimaksud Aldi? Hemmmm.

Stay terus yah :D










Alzalea (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang