Beberapa hari terakhir Regina pulang bersama Maya, ia berusaha tidak berjalan sendiri untuk menghindar dari Wilmar. Chatingan dari Wilmar pun diabaikannya, walaupun ia juga penasaran kepada siswanya itu.
Jam pelajaran hari Jumat lebih sedikit dari hari lainnya, jam 14.00 lonceng pulang sekolah dibunyikan. Regina dan Maya pulang dengan jalan kaki bersama, keduanya membawa payung agar tidak langsung diterpa teriknya matahari di siang hari. Di pertigaan keduanya berpisah karena berbeda arah. Sampai di depan rumah tempat kos nya seorang anak perempuan sekitar 12 tahun yang sedang bersepeda berhenti di sampingnya.
"Bu Guru, disana ada siswa SMK Bumi Pertiwi yang dipukuli beberapa orang!!!" kata Nanda tetangga Regina. Nanda mengenal Regina dan tahu kalau ia adalah Guru di SMK Bumi Pertiwi
"Dimana? Kamu yakin itu siswa Ibu?"
"Di sana Bu dekat kebun jagung. Siswa itu pake seragam olahraga yang ada tulisan Bumi Pertiwi"
Regina buru-buru meletakkan tasnya ke ruang tamu yang saat itu pintunya terbuka, sampai tidak menyadari kalau Ibu kosnya ada di ruangan itu
"Kemana De Gina?" Ibu Kosnya bingung melihat Regina yang baru masuk rumah langsung keluar lagi dan tidak memberi salam seperti biasanya
"O Maaf Bu, ini aku mau lihat kata Nanda ada siswa yang berantem di dekat sini Bu"
Tanpa menunggu jawaban dari ibu kos nya Regina langsung pergi tanpa membawa payung, ia tidak peduli panasnya siang itu, hanya membawa handphone.
Ia berusaha menghubungi pak guru olahraga yang juga tinggal di dekat sekolah, tapi tidak ada jawaban. Sambil terus berjalan, Regina menghubungi teman guru yang lain termasuk Maya tapi belum ada jawaban. Regina lalu mengirimkan pesan di grup WA guru dan berharap ada yang membacanya.
Dari kejauhan pemandangan yang berbeda dari yang dilaporkan Nanda yang dia saksikan. Bukannya dikeroyok tapi seorang siswa secara bergantian menghadapi beberapa orang siswa lain yang menyerangnya, tapi siapapun mereka diantaranya pasti ada siswa Regina.
Sekitar empat orang siswa jatuh, ada yang meringis kesakitan, ada yang mengambil tasnya dan lari sedangkan dua orang lainnya masih menghadapi seorang siswa.
"Halo Pak Polisi mereka masih berkelahi, secepatnya kesini Pak, ia Pak, benar itu alamatnya, tolong ya Pak.." Regina seolah-olah menelpon Polisi padahal nomornya saja tidak punya, dia menyesal kenapa tidak pernah minta padahal hal-hal seperti ini bisa terjadi kapan saja.
"Ayo pergi"
"Kami akan mencarimu lagi"
"Awas kamu"
Beberapa siswa langsung pergi ketika melihat Regina dan mendengarnya menelpon. Ternyata menyebut nama polisi ampuh juga membubarkan perkelahian beberapa siswa, padahal umur mereka bukan anak kecil lagi. Regina tersenyum dalam hati tapi puas dengan aktingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bocah itu CEO ? - END
Teen FictionIni cerita pertama saya, coba-coba menulis semoga dapat respon positif dari Reader. Saya pastikan ini murni imajinasi saya, bukan plagiat ya.. ********* Menjadi guru matematika SMK di usia 21 tahun dan mengajar siswa yang hanya terpaut 3-5 tahun da...