Bagian 28

1.9K 132 3
                                    

Regina melihat ke arah suara wanita yang memanggil nama Wilmar. Ia kaget melihat wajah Claudia dan dengan cepat menarik tangannya yang melingkar di tubuh Wilmar.

 Ia kaget melihat wajah Claudia dan dengan cepat menarik tangannya yang melingkar di tubuh Wilmar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Claudia

"Wilmar, ayo kita balik sekarang" Claudia segera menarik Wilmar dan menunjukkan wajah yang tidak senang padanya.

Wilmar segera berdiri dan tanpa pamit kepada Regina langsung berlalu mengikuti Claudia. Regina diam terpaku sambil mengelap airmatanya yang sudah menetes sedari tadi.

Hanya beberapa langkah keduanya meninggalkan kamar, Regina berdiri dari tempat tidur, sedikit menaikkan gaun panjangnya dan tanpa menggunakan alas kaki langsung berlari mengejar.

"WILMAR! WILMAR!" panggil Regina disaat pintu lift terbuka, keduanya masuk, Wilmar terus menatap Claudia dan tak sanggup melihat Regina, ia tidak bisa berbuat apa-apa dengan Claudia disampingnya.

"Wil.... please stay, i'm scare" pinta Regina dengan wajah memohon dan membiarkan airmatanya menetes.

"Sendy, jaga dia" perintah Claudia kepada wanita yang berdiri di belakang Regina.

Pintu lift segera tertutup dan mengantar keduanya ke basement tempat parkir mobil yang siap mengantar mereka.

"Wilmar.. Wilmar.." Regina terus memanggil Wilmar sambil duduk dilantai dan terisak di depan pintu lift, berharap Wilmar kembali padanya.

***

"AAAAH"

Sesampainya di basement Wilmar berteriak dan meninju dinding belakang tempat Claudia memarkir mobilnya, belum pernah ia melihat Regina memohon seperti itu dan dengan teganya ia mengabaikan permintaan Regina.

Claudia mengingatkan Wilmar soal presentasi kepada investor yang harus dilakukannya pada Sabtu pagi sehingga kepulangan mereka ke Singapura tidak bisa ditunda lagi. Ia memerintah Sendy seorang bodyguard untuk menjaga Regina.

***

Sendy memegang pundak Regina, membawanya kembali ke kamar dan memberikan tisue kepada Regina yang masih menangis.

Regina duduk didepan cermin, melihat wajahnya.

"Claudia lebih cantik dari aku kan?" tanya Regina kepada Sendy

"Kalian berdua sama-sama cantik" kata Sendy

"Kamu mengenal Claudia?"

"Ya, saya sering disewa menjadi bodyguardnya"

"Keluarganya pasti kaya, ia kan?" Regina menoleh melihat Sendy

Sendy hanya tersenyum. Regina tahu jawabannya "ya" hanya dengan melihat raut muka Sendy, mungkin karena dia seorang guru yang sering berhadapan dengan siswa sehingga bisa membaca pikiran orang. Saat pertama kali bertemu Rio pun Regina bisa menebak kalau dia playboy dan terbukti dari ucapan teman-teman Rio padanya.

"Akhirnya Wilmar sudah mendapatkan wanita yang sepadan dengannya" kata Regina menatap cermin lagi dan menghapus make up nya dengan cleanser wajah.

"Nona sebaiknya istirahat" kata Sendy

"Kamu disini ya?"

"Tidak, saya sementara bertugas, saya harus diluar"

"Bukankah lebih baik kalau kamu dikamar bersamaku?"

"Ia Nona, tapi itu tidak etis menurut saya, Nona juga punya privasi"

"Sejak kapan kamu diminta menjagaku? Apakah kamu ada di pub tadi?" tanya Regina

"Saya ditelpon 30 menit sebelum Nona tiba. Yang menjaga Nona dan Tuan di Pub adalah teman saya juga"

"Darimana Wilmar tahu kalau aku akan kesana?"

Sendy tersenyum lagi tanpa menjawab dan Regina yang melihatnya hanya bisa menghela napas panjang. Ia tak habis mengerti semua perlakuan Wilmar padanya, sejak awal mengenal Wilmar pun, cowok itu memiliki sikap yang berbeda, seolah ia memiliki dua kepribadian.

Ia mengganti pakaian pestanya dengan baju tidur, dan meminta Sendy untuk tetap menemaninya di kamar, Sendy pun menghormati tawaran Regina, memilih tidur di sofa panjang.

Panggilan tidak terjawab 15 x dari teman-temannya, sms dan chat juga belum dibalasnya, Regina ingin menenangkan diri sejenak, mencari jawaban yang tepat untuk teman-temannya agar identitas Wilmar tidak terbongkar. Walaupun merasakan perih di hatinya ketika Wilmar bersama wanita lain dan akhirnya meninggalkannya, Regina tetap bersyukur Wilmar datang tepat waktu.

Airmata menetes lagi saat ia mengunci tangan, berlutut berdoa dan curhat kepada Sang Pencipta sebelum mengistirahatkan tubuh dan pikirannya malam itu.

Klik bintang n komen ya Reader..

Bocah itu CEO ? - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang