Regina memalingkan wajahnya ke arah suara yang menyapanya
"Pak Bastian?" Regina tersenyum senang dan segera menjabat tangan Bastian.
"Apa kabar Nona?"
"Baik" jawab Regina
"Nona yakin baik-baik saja? Sepertinya Nona habis menangis"
Regina tidak bisa menyembunyikan lagi perasaannya kepada Bastian.
"Aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku merasa diabaikan oleh Wilmar sejak bertemu dengannya kemarin dan harus melihatnya bersama dengan gadis lain. Aku juga bingung ada apa dengan perasaan ini, bukankah aku yang tidak merespon perasaannya, menolak dia selama ini? Harusnya aku bahagia melihat dia bersama orang yang juga mencintainya kan?" Regina berbicara dengan Bastian sambil mengusap air matanya.
Melihat Regina mengusap air matanya, Bastian mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan memberikan kepada Regina.
"Terima kasih Pak" Regina mengambil sapu tangan itu dan menyeka air matanya
"Saya senang ketika pertama kali Nona kesini. Sebelum hari itu sejak kematian Ibunya, Tn. Wilmar tidak pernah tertawa lepas, hanya bersama Nona dia terlihat ceria dan bersemangat. Dulu ada gadis seumurannya yang pernah diajaknya ke restoran ini tapi perlakuannya berbeda ketika bersama dengan Nona. Saya yakin Tn. Wilmar tidak semudah itu melupakan Nona" kata Bastian
"Aku tidak akan keberatan jika dia mau melupakanku. Aku pernah menyalahkannya, padahal yang ia lakukan untuk kebahagiaanku. Pak, aku menyesal pernah melakukan itu padanya"
Masih jelas diingatan Regina saat Wilmar meninggalkannya dengan kecewa setelah Regina menyalahkannya ketika mengantar Sisi di hari ulang tahunnya.
Terdiam beberapa saat, Regina tidak mau terus berada di Xander Restoran apalagi kalau sampai Wilmar melihatnya menangis
"Pak sebaiknya aku pulang lebih dulu, selamat malam". Regina segera mengeluarkan handphone dan memesan gocar
Bastian mengangguk dan melihat Regina berjalan ke arah halaman depan Xander Restoran.
"Hati-hati Nona"
Dengan perasaan tak menentu Regina berjalan sambil melihat handphonenya, mungkin karena tidak konsentrasi ia bahkan belum memesan gocar, tapi langkahnya sudah dipintu keluar restoran.
Sebelum sempat keluar halaman Xander Restoran seseorang memegang pergelangan tangannya.
"Ayo" Wilmar menarik Regina menuju mobil berwarna merah yang diparkir di halaman restoran.
"Wilmar" panggil Regina
Wilmar berjalan sambil membawa Regina, membuka pintu mobil dan menyuruh Regina masuk.
Regina ingin protes tapi rasanya mulutnya terkunci, ia masih tidak yakin kalau Wilmar yang mengabaikannya sejak kemarin sekarang meraih tangannya dan duduk disampingnya.
"Aku akan mengantarmu pulang" kata Wilmar datar tanpa melihat Regina
Regina hanya menatap orang disampingnya, Wilmar terlihat berbeda, terlihat dingin tidak seperti Wilmar yang selalu bercanda atau menggodanya.
Segera Wilmar memacu kendaraannya menuju rumah Regina tanpa melihat ke arahnya.
"Pak Bastian yang memintaku mengantarmu, jadi jangan berpikiran lain" kata Wilmar ketus.
Regina hanya menelan salivanya ketika kata-kata itu itu keluar dari mulut Wilmar.
"Apa Claudia tidak keberatan?"
Pertanyaan Regina membuat Wilmar yang membawa mobil dengan cepat segera mengerem sehingga menimpulkan suara berdecit dari ban mobilnya, beruntung tidak ada mobil lain dibelakang mereka, Wilmar pun menepihkan kendaraannya sesudah itu.
"Apa pertanyaan itu penting buatmu!! Tidak bisakah kamu bertanya bagaimana kabarku, bagaimana kuliahku disana atau bagaimana pekerjaanku!, Na, kamu tidak berubah, kamu hanya memikirkan dirimu sendiri!!" Wilmar bicara dengan nada marah dan menatap Regina dengan wajah kecewa.
"Maaf, tapi aku melihat kamu sangat bahagia, aku pikir semuanya baik-baik saja, maaf kalau aku salah" jawab Regina berhati-hati
"Ya, aku sebenarnya baik-baik saja!" jawab Wilmar kesal dan segera memacu lagi mobilnya
"Dan pertanyaanmu tadi apa? Claudia keberatan? Tidak. Karena dia sangat memahami diriku. Dan apa menurutmu aku terlihat seperti orang yang tidak setia? Tukang selingkuh?, sorry aku bukan Andre" Wilmar melanjutkan lagi kata-katanya
"Aku minta maaf, aku turut bahagia jika kamu bahagia. Menurutku Claudia wanita yang baik, kamu sangat beruntung mendapat orang yang juga mencintaimu" kata Regina
"Aku tidak mungkin selamanya berharap kepada seseorang yang bahkan tidak mengerti perasaanku, kan?. Ya aku beruntung ada seseorang yang tahu banyak tentangku, selalu ada disampingku, dan mengerti semua kebutuhanku"
"Selamat. Aku juga lihat kalian sepertinya sudah sangat dekat." kata Regina sambil menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
"Ya, kami hampir selalu bersama, bahkan kadang tinggal serumah" kata Wilmar
Plak..
Kata-kata Wilmar itu seperti tamparan keras di wajah Regina. Air mata yang ditahannya jatuh tanpa mampu dibendungnya lagi. Segera ia memalingkan wajahnya keluar jendela mobil dan secepatnya mengusap tetesan airmata itu.
Kenapa ia merasa sakit seperti saat ia kehilangan Andre padahal ia dan Wilmar tidak pernah pacaran apalagi tunangan.
Regina tak mampu lagi menanyakan apapun pada Wilmar, ia terus berkedip berusaha menahan sisa air matanya yang masih tergenang. Tidak lama kemudian mobil berhenti di depan rumah Regina.
"Terima kasih sudah mengantarku pulang" suara Regina terbata-bata dan terdengar sangat berat seperti orang yang habis menangis.
Sebelum Regina membuka pintu mobil, Wilmar menahan lengannya, mendekat ke wajahnya dan mencium bibir Regina.
Awalnya Regina kaget dan berusaha melepaskan dirinya tapi dia tidak mampu melawan Wilmar yang menahannya
Wilmar melepas ciumannya dan segera keluar dari mobil, membukakan pintu untuk Regina.
"Apa yang kamu lakukan Wilmar, aku tidak mau melakukannya pertama kali dengan orang yang tidak mencintaiku!" kata Regina jujur dengan nada protes sambil menangis. Hikshiks...
"Besok aku kembali ke Singapur" Wilmar tidak menggubris apa yang dikatakan Regina. Ia langsung masuk ke mobil dan membiarkan Regina yang hanya terpaku menatapnya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bocah itu CEO ? - END
Novela JuvenilIni cerita pertama saya, coba-coba menulis semoga dapat respon positif dari Reader. Saya pastikan ini murni imajinasi saya, bukan plagiat ya.. ********* Menjadi guru matematika SMK di usia 21 tahun dan mengajar siswa yang hanya terpaut 3-5 tahun da...