"Wilmar, gerakannya Dave benarkan? Aku kurang tahu kriteria penilaiannya kalau di karate" kata-kata Regina itu membuyarkan lamunan Wilmar
"Hmm." Wilmar menjawab sambil mengangguk
Untung Regina tidak menoleh ke arah Wilmar saat bertanya, hampir saja ia memergoki tatapan sayang itu.
"Dia bisa mendapatkan beberapa point dari gerakan dan tendangan yang seperti tadi" Wilmar melanjutkan kata-katanya, saat memperhatikan dengan jeli pertandingan Dave.
Setelah menonton beberapa menit akhirnya diumumkan kalau Dave dan beberapa anggota timnya lolos ke kualifikasi selanjutnya. Suara tepuk tangan kembali bergemuruh dibeberapa bagian tempat duduk penonton.
"Gina sudah selesai pertandingannya?" suara Sheren membuat Regina menghentikan tepuk tangannya.
"Abang, Kakak, Dave lolos" kata Regina sambil tersenyum lebar.
Semua larut dalam euforia kemenangan Dave. Sheren dan Adi bergantian memeluk dan mencium Dave.
"Bu,ayo jalan" suara Wilmar mengalihkan pandangannya dari Dave.
"Kemana?"
"Hmm, Ibu sukanya kemana aku temenin"
"Apa an, aku ngak suka jalan-jalan berdua saja sama siswa sendiri"
"Yang tahu aku siswanya Ibu kan cuma di sekolah sama orang kampung saja"
Berpikir sejenak, Regina merasa tidak ada alasan lagi menolak, apalagi dia sudah ditemani Wilmar menyaksikan pertandingan Dave.
"Aku ngak mau ke mall"
"Ok, makan saja, aku pilih tempatnya, pasti Ibu suka"
"Ok, aku pamit dulu sama Kakak". Regina bangkit dan menuju ke arah Sheren dan Adi
Selang beberapa menit, Wilmar mengikuti Regina menyapa Sheren dan Adi menjabat tangan keduanya, sambil sedikit menunduk.
"Saya Wilmar, temannya Regina".
"Tahu sopan santun juga nih anak" kata Regina dalam hati. Walaupun Wilmar berbohong karena mengaku temannya tapi Regina tidak mau berdebat di depan Sheren.
"Kata Dave kamu tanding disini juga tadi. Makasih ya sudah menemani Regina dan Dave." kata Sheren
"Minta ijin mau ajak Regina jalan ya Kak?" kata Wilmar
"Silahkan, kalian hati-hati ya" kata Sheren.
Sheren dan Adi yang melihat Regina pergi bersama Wilmar terlihat senang setelah cukup lama Regina tidak bermalam minggu dengan seorang cowok
"Kita taruhan Di, Si Dokter atau Si Jagoan karate. Yang kalah traktir liburan ke Raja Ampat" kata Sheren mengajak Adi suaminya
"Aku pilih si jagoan, kelihatannya dia cukup berani pdkt sama Regina, ketampanannya juga tidak kalah sama si dokter" jawab Adi
"Ok, aku pilih pak dokter, dia sudah nempel di hati Regina sejak mereka SMA. Regina itu tipe cewek setia.." balas Sheren merasa dia yang akan menang.
***
Penonton dan peserta cukup banyak memadati Gedung KORI. Wilmar sering menoleh kebelakang melihat Regina yang tertinggal beberapa langkah darinya.
Wilmar menunggu Regina dan segera memegang pergelangan tangan kanannya, namun Regina merasa tidak nyaman dan ingin melepaskan tangannya.
"Ibu belum tahu pintu keluarnya kan? kalau kesasar gmana? Ibu tanggung jawab aku sekarang" Wilmar mendekat dan berusaha memberi pengertian kepada Regina
Tanpa membantah lagi Regina pasrah saja diantar Wilmar. Setelah Wilmar merasa Regina cukup nyaman, tangan Wilmar tidak lagi menggenggam pergelangan tangan Regina tapi telapak tangannya. Regina juga tidak protes, hanya menuruti pria yang seperti bocah dimatanya, tapi juga tidak membohongi hatinya, cukup lama ia tidak mendapatkan perhatian seperti itu dari orang yang sangat dirindukannya, Andre.
Terdengar bunyi mobil dibuka dari jarak jauh oleh Wilmar, sebuah VW Sport warna Biru Metalik tepat dihadapan Regina. Wilmar membuka bagasi mobil dan meletakkan tas berisi pakaian dan perlengkapan tanding lainnya yang sedari tadi melingkar di bahunya.
Pintu sebelah kiri dibuka dan mempersilahkan Regina masuk, sesudah menutup pintu, itu ia pun duduk dibelakang kemudi mobilnya.
"Ini mobil Ayahmu?" Regina bertanya setelah merasa mobil yang ditumpanginya cukup mahal dengan beberapa asesoris yang tidak biasa.
"bukan" jawab Wilmar
"Kamu sewa?"
Wilmar menggeleng
"Ini punyaku sendiri" jawab Wilmar
"Kok bisa?" Regina keceplosan bertanya. Sebenarnya ia juga malu mengajukan pertanyaan itu.
Wilmar hanya mendengus pelan, ia juga tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya kepada ibu gurunya yang cantik itu.
"Kalau Ibu penasaran artinya Ibu harus dekat denganku untuk tahu jawabannya kan?" kata Wilmar menggoda Regina
"Ya sudah, kamu tidak perlu menjelaskan, anggap saja Ibu percaya" kata Regina
"Jadi Ibu tidak percaya?"
"Bukan tidak, tapi belum"
"Tuh kan, masih penasaran?"
"Ya sudah, terserah" akhirnya Regina menyerah membahas soal mobil dengan Wilmar.
Wilmar menepihkan mobil di depan Alfi Mart.
"Wait a minute, Mem" kata Wilmar. Ia segera keluar mobil dan masuk ke Alfi Mart untuk membeli beberapa minuman.
Di dalam mobil Regina memperhatikan Wilmar yang sedang mengisi keranjang belanja AlfiMart sambil menelpon seseorang, wajahnya kelihatan ceria dan sering tersenyumketika berbicara
"Siapa yang ditelpon Wilmar sampai sebegitu senangnya" Regina bicara sendiri.
Tidak lama Wilmar segera masuk ke mobil dan menawarkan minuman.
"Ibu mau minum yang mana?"
"Ngak haus kamu aja" kata Regina cemberut tanpa menatap Wilmar
"Ini yang rasa orange dan strawbery sudah aku buka dua-duanya"
Mendengar hal itu Regina menatap Wilmar sekejap dan meraih minuman berwarna pink dari tangan Wilmar dan langsung diminumnya.
"Yang kamu telpon tadi pacarmu? senang amat kelihatannya" kata Regina sebelum Wilmar memacu kendaraannya
"Ibu cemburu ya?" kata Wilmar, matanya membesar menatap Regina.
(ketahuan deh...)
(Wilmar ganteng begini, pasti banyak yang antri jadi pacarnya kan?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bocah itu CEO ? - END
JugendliteraturIni cerita pertama saya, coba-coba menulis semoga dapat respon positif dari Reader. Saya pastikan ini murni imajinasi saya, bukan plagiat ya.. ********* Menjadi guru matematika SMK di usia 21 tahun dan mengajar siswa yang hanya terpaut 3-5 tahun da...