Kurang dari 20 menit semua siswa dan guru yang akan kembali ke desa sudah naik bus dan jam 17.00 mereka kembali. Butuh dua jam lebih sampai mereka sampai di desa.
Wilmar pun segera bertemu dengan Regina dan membantu membawa beberapa kantong belanja Regina. Sebenarnya hal ini tidak nyaman buat Regina tapi karena Wilmar memaksa dan Regina tidak mau ribut di tempat umum jadi dia mengikuti Wilmar.
Barang-barang belanjaan Regina lalu dimasukkan di bagasi dan diikuti keduanya yang masuk ke mobil.
"Kamu tidak ke sekolah dulu tadi" tanya Regina
"Aku pulang ke rumah kemarin sore setelah di telpon sama Papi. Sejak menikah lagi, hubungan kami agak renggang dan Papi lebih banyak waktu di Jakarta dan jarang pulang ke Manado, tapi kalau ulang tahunku Papi pasti pulang"
"Kalau begitu kenapa kamu ke sini, kasihan kan Papimu lagi menunggu"
"Ini kita mau ketemu sama Papi" kata Wilmar
"What? No!!! Aku ngak enak ketemu sama orang tua kamu, aku ini bukan siapa-siapa nya kamu Wilmar...."
"Nanti juga jadi "siapa-siapa"nya aku" kata Wilmar tertawa menggoda Regina
Regina hanya menggeram kesal
"Tenang saja Bu, ketemu doang, aku sudah bilang sama papi mau bawa teman, sedangkan teman-teman sekelasku sudah pulang semua, gimana dong?"
"Alesan!!!" jawab Regina
Regina akhirnya menyerah mengingat hari itu adalah ulang tahunnya Wilmar
"Wilmar Jangan bilang kamu ngak punya teman dan jangan bilang kamu belum pernah pacaran"
"Aku punya teman tapi ngak banyak, aku juga pernah punya teman dekat cewek, orang -orang bilang nya sih kami pacaran"
"O ya... Jadi kemana teman cewek yang seperti pacar itu?" tanya Regina
"Ibu bertanya karena penasaran kan?, tapi kok nadanya seperti orang yang cem...." belum sempat Wilmar melanjutkan kata-katanya, telapak tangan Regina menutup mulut Wilmar
"Sorry ya... Aku bukannya cemburu! Cuma pingin nanya aja, memang ngak boleh?" tanya Regina
"Yang mau bilang cemburu siapa? Aku tadi mau bilang kalau Ibu bertanya seperti orang yang cemmAS"
"Kamu itu paling jago ngelesnya ya?.. ya sudah aku diam saja" Regina diam entah malu karena ketahuan atau diam karena takut salah bicara lagi.
"Namanya Pingkan. Orang tua kami berteman dekat. Karena Papi melihat aku kesepian sejak di tinggal sama Mami, aku dikenalkan sama Pingkan, tapi kedekatan kami tidak lama, setelah dia lebih memilih pacaran dengan cowok lain, teman Abangnya. Pingkan orangnya pendiam, dan saat itu aku juga tidak banyak bicara, aku pikir berteman pun rasanya kami tidak cocok karena kami tidak saling berbagi. "
"Jadi ceritanya kamu itu ditikung sama cowok lain nih?" tanya Regina terkekeh.
Regina merasa seperti kemenangan berpihak padanya, selama bersama Wilmar rasanya dia selalu saja kalah.
"Ibu kok senang aku ditikung?"
Regina hanya tertawa dan Wilmar sangat senang melihat wanita yang disampingnya bahagia.
"O ya lupa, selamat ulang tahun ya Wilmar" kata Regina sambil mengulurkan tangannya
"Tidak lihat aku lagi bawa mobil" kata Wilmar padahal dia menginginkan jabat tangan spesial dari Regina.
"Ups sorry"
"Aku bisa minta kado sama Ibu?"
"Kado itu diterima, bukan diminta"
"Biasanya kalo aku ulang tahun pasti ditanya : Wilmar kamu mau kado apa?, jadinya aku yang minta kado"
"Ooo, ok minta kado apa" tanya Regina
"Aku tahu Ibu tidak menyiapkan kado untukku bahkan ulang tahunku saja Ibu ngak tahu kan?. Jadi aku minta kadonya bukan barang tapi....." Wilmar mengerem pelan dan menepihkan mobilnya dan menatap tajam Regina.
"Kamu, jangan yang aneh-aneh ya?" mata Regina membesar melihat Wilmar
(maaf kalau ada salah ketik)
Minta bintang n komennya ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bocah itu CEO ? - END
Novela JuvenilIni cerita pertama saya, coba-coba menulis semoga dapat respon positif dari Reader. Saya pastikan ini murni imajinasi saya, bukan plagiat ya.. ********* Menjadi guru matematika SMK di usia 21 tahun dan mengajar siswa yang hanya terpaut 3-5 tahun da...