Bandung.

2.6K 129 2
                                    

Sabtu pagi sekitar jam 6 pagi Jo sudah terlihat rapi. Hari ini dirinya harus Berpergian sendiri kerumah mertuanya walaupun status saat ini berbeda bisa dibilang saat ini Jo hanya mantan menantu tapi Jo menyangkal apapun itu karena yang namanya mertua dan menantu tidak ada istilah mantan.

Dengan style yang casual, Jo langsung bergegas ke Bandung sebelum terkena mancet, dirinya tak mau terperangkap di kemacetan dan sedihnya dirinya sendirian didalam mobil itu sangat tak disukai oleh Jo.
Setelah semuanya sudah selesai Jo langsung menuju parkiran apartemen sebelum itu dirinya harus mengambil kunci mobilnya di resepsionis yang dititipkan oleh Dafa kemarin malam. Tanpa basa-basi salah satu resepsionis langsung memberi kunci mobil Jo.

Dilihat nya mobil minicoopernya yang terparkir rapi. Ada perasaan gundah ketika dirinya sudah memasuki mobilnya. Dirinya hanya ingin hidup yang sedikit normal.
Sebelum menyalakan mesin mobil handphone Jo bergetar, dilihatnya nama dilayar handphone nya membuat Jo tak ingin mengangkatnya lebih baik didiamkan.

Jo pun melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Perjalanannya sedikit menyenangkan karena macet jarang terjadi dan udara pagi yang sejuk sedikit memberinya sepercik kebahagiaan tersendiri.

Bandung adalah kota dimana penuh kenangan kedua setelah Jakarta dan Bandung membuat kenangan indah teringat kembali.
Satu jam setegah lebih akhirnya Jo sudah sampai dirumah Yola tinggal semasa kecilnya.

Gugup itulah perasaan yang mewakili Jo. Perempuan berusia 40tahun menyambutnya hangat, ada perasaan senduh di kelopak mata perempuan tersebut dan ada rasa bermasalah dimata nya.

"Selamat pagi Jo." Sapa nya sambil memeluk Jo sedikit erat.

"Pagi bu. Apakabar?" Bisik Jo disela pelukannya.

"Baik. Kamu sudah sarapan? Ibu masak nasi goreng dan ada kesukaan kamu kue lupis khusus ibu masakin buat menantu ibu."

Jo tersenyum mendengar ucapan ibu Ningsih. Tiba-tiba Jo meraih tangan ibu Ningsih, mereka berdua bergandengan tangan hanya untuk masuk kerumah.

Ningsih pun menyuruh Jo untuk duduk dimeja makan, tentu saja Jo menurutinya.

"Jo. Hari ini Yola juga mau mampir kesini. Katanya ada yang mau diambil dirumah."

"Iya bu. Aku nggak masalah kok tapi aku takutnya Yola yang risih kalo ada aku bu."

"Kenapa risih? Ibu kan yang ngundang kamu. Nanti kita bertiga sekalian kemakan ayah ya."

"Iya bu. Sekalian aku mau makan Batagor yang dipasar ituloh bu rasanya rindu banget sama Batagor."

Ibu Ningsih pun meletakan sepiring nasi goreng ceplok telor, teh hangat dan kue lupis berserta kuah dan kelapanya. Dan mereka berdua duduk dimeja makan saling berhadapan.

"Rindunya cuma sama Batagor ternyata." Ledek ibu.

"Niat terselubung nya bu. Aku makan ya bu."

"Iya Jo. Ohiya gimana kabar mama kamu sama Aira?"

"Mereka baik dan sehat. Ibu kenal Aira?"

"Kenal dong waktu itu ibu pernah negok Aira waktu kamu masih diselandia baru."

"Oh. Bu aku boleh tanya sesuatu?"

"Silahkan asalkan jangan tanya rumus matematika aja."

Jo tersenyum dengan lelucon ibu mertuanya.

"Kalo aku nggak berhasil buat rujuk sama Yola apa hubungan kita bisa sebaik dan seakrab ini?"

"Hm. Kenapa kamu nanya ini Jo?"

"Just question bu. Aku cuma nanya kemungkinan nya aja bu."

"Ibu nggak tau tapi yang jelas ibu pernah bahagia punya menantu seperti kamu dan ibu juga pernah sakit punya menantu seperti kamu. Kadang pertemuan itu diakhiri dengan perpisahan bukan?"

After Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang