Ruby ingin membanting pintu itu keras-keras.Tak bisa!
Ia ingin mengumpat pada wanita yang ada di dalamnya.
Tidak bisa!
Ia ingin menendang wanita itu
Tidak bisa juga! Tiga hal yang bisa ia lakukan: mengangguk pasrah ketika Miss Ivy memarahinya habis-habisan, membungkukkan badan sebelum berbalik, menutup pintu dengan sangat pelan, dan menahan tangis yang mulai muncul di pelupuk mata.
Tidak boleh menangis... Tidak boleh... tidak boleh..
Akhirnya mimpi buruk terjadi. Miss Ivy menjatuhi hukuman berat: skors tampil dan terancam dipulangkan.
Miss Ivy tak menerima alasan apapun walau Ruby sudah menceritakan semuanya. Prinsip Miss Ivy : tidak tampil = mengundurkan diri. Rumus sederhana
Padahal, pertunjukan kali ini sangat penting buatnya. Promosi kerja bila dalam sebuah perusahaan- dari salesman menjadi supervisor. Wisuda untuk para mahasiswa: memindahkan tali toga dari kiri ke kanan. Papa mama bahkan sudah membuat jadwal agar bisa menonton pertunjukan Ruby. Semua menguap dalam semalam. Ruby gagal lulus dengan nilai cumlaude
Dadanya semakin sesak ketika dorongan menangis semakin tak tertahan. Cepat-cepat ia menghapus satu air mata yang jatuh dan mengambil nafas.
Harus kuat. Kuat kuat. Kamu setrong By... Setrong...
Iya, benar, Ruby memang sekuat itu. Ketika keadaannya sudah sangat kacau, ia harus berdiri tegak melewati semua orang memandangnya dengan tatapan menuduh. Bagaimanapun ia membela dirinya, tetap saja intimidasi lebih menguasai. Semua terjadi karena kesalahannya.
Satu kata: hancur. Dua kata: lebur. Digabung: luluh lantak.
Yang perlu ia pikirkan saat ini tidak ada. Tidak ada yang perlu ia pikirkan. Bahkan ia tak perlu berpikir kenapa ia percaya pada orang itu- yang menjanjikan semuanya baik-baik saja. Semua masalah ini berawal dari dia. Pertemuan mereka juga berawal dari masalah. Seharusnya Ruby menyadarinya sejak kemarin.
Baik, keputusan hatinya sudah bulat. Ia tidak akan berurusan dengan Jaden lagi.
Lalu seseorang yang baru saja berputar-butar di pikirannya muncul di depan mata. Tepat ketika dia membuka pintu utama. Jantungnya berdebar, dan Ruby tak mau tahu apa penyebabnya. Peduli setan!
Sebelum pria itu mengeluarkan suara, Ruby segera melewatinya, seakan Jaden hanyalah semilir angin yang meniup anak rambutnya.
-----***----
Sammy urung membuka jaketnya ketika kembali dari makan siangnya. Sepertinya, ada sesuatu yang terlewatkan - Wajah-wajah temannya yang ganjil dan kasak-kusuk mereka. Sammy berusaha mendengarkan dengan teliti dan mulai mengerti yang mereka bicarakan. Mereka melanjutkan pembicaraan tentang pertunjukan yang gagal kemarin dan tentu, menyalahkan Ruby.
Dari kemarin sampai sekarang, Sammy tak tahu bagaimana meredam suasana sedang dia butuh meredam diri sendiri. Ruby tak membawa handphonenya dan Lerry sialan tak memberi tahu nomor Jaden.
Perasaannya semakin amburadul ketika melihat Ivy keluar dari ruangannya.
Sammy segera menghampiri Ivy
"She's here, right?" Sammy memegang pundak Ivy dengan keras.Walau merasa kesakitan, tapi Ivy memandangnya dengan tatapan paling tak berekspresi yang pernah dilihat Sammy
"Kalau yang kau maksud Ruby.." Pandangan lugunya berubah tajam "Ya, dia di sini" Lalu melepaskan genggaman Sammy dan menghempaskan tangan itu
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOK
RomanceEdward Edoardo selalu menemani Ruby Graviella selama menjadi murid di sekolah akrobatik Beijing. Melakukan panggilan telepon, chating dan video call dengan akses terbatas. Tak masalah. Awalnya! Namun semuanya berakhir setelah tiga tahun lewat dua ha...