48. Pesawat Kelas Business

17 1 0
                                    



Entah berapa lama Ruby menghabiskan waktu dengan Sammy, seolah-olah ini adalah akhir segalanya. Dan entah berapa lama waktu yang ia habiskan di lounge memikirkan yang baru saja terjadi.

Sammy menyukainya. Kalau terdengar biasa saja, bagaimana kalau: Sammy mencintainya. Ada rasa asing menjalari perasaan Ruby. itu.. bagaiamana mungkin!! Dicintai oleh sahabat sendiri? Benar-benar tak terbesit di pikirannya sama sekali

Padahal... semuanya begitu nyata! Semua perhatian Sammy. Saat ia putus dari Edward! Saat ia menghadapi masalah di akademi hingga nyaris dikeluarkan. Saat ia putus dari Jaden. Saat ia terjatuh dari pertunjukan.

Saat Ruby berada di atas.. bahkan di titik terbawah di hidupnya.

Ada Sammy di sana! Sammy yang selalu membelanya, Sammy yang selalu menghiburnya, Sammy yang selalu menjaganya... Sammy, dia selalu ada di sana. Dan dengan bodohnya Ruby tak menyadarinya.

Seberapa dalam ia menyakiti hati Sammy?

Bagaiamana rasanya 'diabaikan'?

Dan perkataan Sammy membuat Ruby menundukkan kepala, sedih sekaligus lega. Dingin tapi juga menghangatkan.

"Berbahagialah By.... karena kamu adalah gadis yang aku cintai"

Satu air mata lagi dan Ruby berjanji tak akan menangis lagi.

Karena ia harus berbahagia, seperti permintaan Sammy.

Ia harus berbahagia karena ia beruntung dicintai oleh Sammy

Sahabat terbaiknya.

Ketika panggilan untuk penumpang kembali menggema, Ruby masih terdiam di tempatnya.

Hatinya benar-benar berantakan.

Hancur sudah rencananya menikmati lounge kelas bisnis yang diberikan secara ajaib oleh Miss Ivy.

Ah ya Miss Ivy.... Ruby berharap wanita yang sering disebut Sammy memiliki body sexy itu bisa menggantikan posisinya.

Atau, siapapun itu, Ruby berharap gadis itu lebih baik darinya. Karena ia tahu, ia sendiri tak akan mampu melakukannya.

Sammy pantas mendapatkan yang terbaik. Sammy tak boleh menunggunya lagi.

Ruby segera berdiri sambil menghela nafas panjang. Suara panggilan terdengar lagi dan ia mempercepat langkahnya. Ini benar-benar di detik terakhir sebelum Ruby benar-benar kehilangan golden ticketnya menaiki pesawat kelas business.

Cepat cepat.... dan

Brakk... Tasnya terjatuh dan... tidak adakah yang ojek online yang mau memboncengnya agar bisa cepat sampai ke dalam pesawat?

Ngimpi!

Ruby segera memunguti barangnya dengan cepat dan memasuki pesawat. Bunyi pesawat mulai terdengar lebih keras menandakan kalau sebentar lagi pesawat akan segera take off. Ruby masih menyusuri setiap kursi hingga ia menemukan kursinya.

Ini dia, saatnya mengistirahatkan kaki yang sudah cukup bekerja keras hari ini. Ruby segera duduk di kursinya tanpa perlu mengatakan permisi kepada orang yang duduk di sebelahnya, yang tak menyadari kehadirannya sama sekali karena memandang ke luar jendela. Tak ada yang bisa ditangkap oleh Ruby dengan pengamatan yang sangat singkat, dan kesibukannya merasakan kakinya yang berdenyut-denyut, kecuali simbol kecil di gagang samping kaca matanya yang tak asing. Sebuah gambar kuda jingkrak yang biasanya didapati pada mobil balap.

" Excuse me...." Seorang pramugari meletakkan sebuah handuk kecil yang digulung, sebuah roti dan welcome drink di meja kecil yang ada disamping Ruby.

GIOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang