26. Bantuan Anna

6 0 0
                                    



" Laporan selanjutnya adalah pagelaran Anniversari televisi kita. Sejauh ini, persiapan berjalan sangat lancar. Dalam beberapa kali kunjungan, latihan kolaborasi mereka cukup memuaskan. Untuk detailnya, apa perlu Saya panggilkan produser utamanya?" Lerry memadangi Bapak Jaden sambil bertanya

"Tidak perlu! Lanjutkan Ler!"

Lerry mengangguk kemudian melanjutkan penjelasannya

"Dari sisi keuangan dan promosi. Banyak perusahaan yang mau menjadi sponsor pagelaran kita. Bahkan sampai sekarang, sepuluh hari menjelang hari H, masih ada perusahaan yang menawarkan iklan mereka baik di televisi maupun Youtube chanel kita"

Lerry terus bicara sambil mengamati laptop dan catatannya secara bergantian


"Itu artinya, pengeluaran kita akan segera tertutupi. Ditambah dengan beberapa pertunjukan beberapa minggu lalu, kita sudah meraih surplus. Ini laporan keuangan yang Saya terima dari departemen keuangan khusus untuk anniversary televisi" Lerry menyerahkan satu map kepada Jaden.

Jaden mengamati sejenak lalu meletakkannya di meja

"Dan ini daftar perusahaan baru yang akan menjadi sponsor acara kita!"


Lerry menyerahkan beberapa lembar kertas

"Sebagian sudah Acc. Sebagian lagi masih dalam survei dan yang lain menunggu persetujuan Bapak!"

"Hmm...." Jaden mengangguk sambil membaca laporan dari Lerry

"Saya juga sudah mengirim via email kepada Bapak semua laporan penting tentang acara ini. juga tentang laporan-laporan yang lain"

"Bagus! Ikutu terus perkembangan perusahaan, khususnya acara kita nanti"

Lerry kembali mengangguk lalu mematikan laptop dan menutupnya. Ia membereskan semua berkas berserakan di atas meja hingga benar-benar rapi.

"Terus, mulai kapan Lo pacaran sama si Rubah?"

Mendengar celetukan dari si breng**k Lerry, Jaden langsung menegakkan badan.

"Lerr... ini kantor ya... tolong di kondisikan!"

"Tugas gue kan sudah selesai! Lagian Lo bikin variety show secret romance begitu! Kalau kemarin gue nggak lihat lo jemput Ruby dan pergi berdua ke apartemen.... gue juga nggak akan ngerti kalo lo ada something sama si Rubah"

"Jadi Lo ngikutin gue?"

"Tenang tenang! Gue ngikuti lo waktu makan siang, nggak ganggu kerjaan!"

Jaden mendecakkan lidah

"Terus, ngapain aja Lo di sana..." Tanya Lerry penuh selidik

"Apanya yang ..." Jaden tak bisa menyelesaikan kalimatnya

"Cium bibir?"

"Stop atau..."

"Pegang dada..."

"Gaji Lo gue potong!"

"M.... Haizzzz... ngancam terus..."

Lerry berhenti sejenak

"Making..."

"Satu juta..."

"Jade..."

"Gaji kamu, Saya potong satu juta bulan ini..."

Lerry mau bernegosiasi tapi ia ingat peraturan utamanya: Jangan protes, negosiasi atau apapun itu kalau tak mau gaji dipotong lagi!

"Oke oke! Aku menyerah" Sahut Lerry kesal. "Tapi, sebagai teman baik, aku hanya akan menanyakan satu hal sama Lo!" Lerry memandang Jaden "Serius gue mau nanya sesuatu.."

"Lo mau nanya apa? Satu aja, oke!"

"Deal!" Jawab Lerry pendek "Tentang Selena. Bukannya tante Anna sedang jodohkan Lo sama Selen? Kalau beliau tahu hubungan lo sama Ruby gimana Jade? Gue jamin semuanya akan kelar. Lo mau back street sampe kapan? Lo udah pikirin baik-baik kan?"

"Lo nanya banyak banget Ler..."

"Satu aja deh intinya" Lerry mencodongkan tubuhnya, memandang Jaden lebih dekat

"Lo siap hadapin Mami Lo lagi?"

Lerry terdiam menunggu jawaban, Jaden terdiam tak langsung menjawab.

Lalu pintu terbuka tiba-tiba. Lerry tersentak dan langsung bediri sambil menoleh ke belakang

Mampus gue! Batinnya berbicara dengan cepat

Dia langsung menunduk memberi hormat dan langsung membereskan semua berkas yang ada di meja. Ah, sial benar nasibnya. Sudah dua kali Anna masuk ke dalam ruangan ketika Lerry membicarakannya. Terus bagaimana, apa Lerry harus bernyanyi

Panjang umurnya panjangnya umurnya panjang umurnya sekarang juga...

Oke yang itu lagu tiup lilinya!

Lerry hanya mengikuti mitos kalau seseorang yang dibicarakan tiba-tiba muncul, itu tandanya orang tersebut panjang umurnya- begitu!

"Kau keluarlah..." perintah Anna

"Baik Bu.." Lerry langsung menunduk dan meninggalkan ruangan dengan laptop dan semua berkasnya.

Tanpa basa-basi Anna langsung duduk di depan Jaden dan melipat tangan seperti biasa

"Mami mau bicara tentang Ruby" Ucap Anna begitu pintu tertutup

"Tentu Mam! Hanya dia yang bisa membuat Mami bicara sesering ini dengan Jaden..." Jaden mengheka nafas berat

"Selain Naomi"

----***----

Anna berusaha agar nama yang baru saja disebut oleh Jaden tak mempengaruhinya. Setidaknya tidak untuk kali ini. ia bisa memikirkannya nanti. Satu jam lagi mungkin, atau sore nanti ketika pulang kantot atau menjelang tidur.

Kapanpun, asal tidak saat ini. saat ia bicara serius dengan Jaden.

"Mami sudah bertemu dengan Om Abian..."

"Mami belum ketemu sama Papi? Jaden kangen setengah mati sama Papi!"

Rupanya yang diajak bicara sengaja mengalihkan perhatian

"Papi kamu sibuk dengan kegiatannya.."

"Masih mikirin politik?"

Anna mengangguk

"Politik, pencitraan, dan main kotor. Betul kan Mam..."

Anna mengangguk lagi. Baiklah untuk pembicaraan yang satu ini, mereka berdua sangat sehati. Tapi topiknya bukan itu

"Om Abian sepertinya sudah memaafkanmu..."

"Kejadian toilet itu...?"

"Jade..."

"Mam..."

Oke,mereka sehati lagi. sehati dengan saling menyangkal satu sama lain.

"Mami harap kamu tetap bersama Selena..."

"Jade harap Mami menyetujui hubungan kami..."

"Kau serius dengannya..."

"Kalau bukan dengan dia, harus dengan siapa lagi? Naomi?"

Anna terdiam

"Biarpun Jaden dengan Ruby, Naomi juga nggak akan peduli. Apakah Jaden masih mencintai Naomi atau tidak, tak akan ada pengaruhnya. Bahkan, andai sekarang Jaden masih mencintainya tapi juga bersama dengan Ruby karena pelampiasan, Naomi nggak akan kembali sama Jaden. Apapun yang Jaden lakukan, sebaik apapun, seburuk apapun, sejahat apapun, securang apapun, atau bahkan tak melakukan apapun, Naomi nggak akan kembali sama Jaden Mam!"

Tiba-tiba pembicaraan melenceng tentang Naomi.

Jaden memandang Anna yang tiba-tiba membisu

"Apa Mami yang dulu mengusir Naomi bisa mengembalikan Naomi ke Jaden?"

Bibir Anna benar-benar terkatub rapat.

"Kalau bisa, Jaden akan menikahi Selena, bagaimana!"

Satu tatapan terakhir Jaden, membuat ruangan di kantornya hening. Tatapan itu seolah melimpahkan semua kesalahan untuk kemana tatapan itu tertuju. Jenis tatapan yang mampu membangkitkan kenangan masa lalu yang begitu pekat diantara mereka.

Pada satu adegan yang hanya diketahui oleh mereka berdua.

"Mami hanya mau yang terbaik untukmu..."

Dan kalimat mengenaskan itu lagi yang harus Jaden dengar.

"Untuk kali ini saja.... Biarkan Jaden memilih yang Jaden suka, bukan yang Mami suka!"

Anna masih memberi sedikit waktu agar Jaden melanjutkan kalimatnya

"Biarkan Jaden dengan Ruby...."

Masih ada sedikit waktu lagi

"Please Mam... Jaden mohon!"

Waktu habis.

Dan jangan panggil dia Anna kalau semudah itu menyerah dengan mudah.

" Kau tahu Mommy tak akan membiarkanmu begitu saja...." Sahut Anna sambil berdiri dari tempatnya
Jawab Anna tegas dan pongah.

" Lakukan saja seperti yang Mami lakukan dulu..." Jaden masih duduk manis di tempatnya

Dan keduanya terbukti ibu dan anak. Ibu dan anak yang sama-sama keras kepala.

"Jaden tetap tak akan menikahi siapapun yang jadi pilihan Mami. Never Mam"

Jaden memandang Anna serius. Anna balik memandangnya dan merasa dunianya begitu dingin

"Kau tahu maksud ucapanmu? Apa artinya membantah Mami..."

Suara Anna terdengar bergetar dengan jelas.

" Hmmm..." Jaden memandang Rosa yang juga menatapnya dalam-dalam

"Mami juga tahu kalau itu artinya harus meninggalkan semuanya, kan?"

Jaden menghela nafas panjang

"Sepertinya hidup biasa-biasa saja dan memulai dari nol terdengar cukup menyenangkan"

Jaden membolak balik kalimat Ruby waktu lalu dengan arti yang sama persis

"Bodoh!"

Jawab Anna. Persis seperti yang diucapkan Jaden waktu itu.

Kemudian Anna keluar dari ruangan dengan langkah terburu-buru dan menutup pintu dengan sangat kasar.

Pikirannya semakin kalut. Rencana perjodohan yang kali ini pun sepertinya kandas di tengah jalan.

Tapi lebih parah. Dulu Jaden hanya menolaknya tanpa ada wanita lain. Sekarang ada Ruby di tengah-tengah mereka.

Itu pertanda buruk

Anna harus menghentikannya sesegera mungkin sebelum hubungan mereka semakin berakar dan susah dicabut.

Tapi bagaimana....

Jaden tak akan menyerah semudah itu hanya karena tak direstui. Anna tahu betul anaknya. Sama seperti dia tahu betul dirinya.

Lalu apa yang bisa menghentikannya sekarang?

Anna berpikir sebentar.

Lalu menemukan jawaban termudah.

Naomi...

Sepertinya Jaden masih mencintai gadis itu. Dan sepertinya Ruby tak mengetahuinya.

Bagaimana bila dia membantu anaknya untuk menceritakannya pada Ruby?

Hmm..

ide bagus!


----***----


GIOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang