7.Semua akan baik-baik saja

17 0 0
                                    


🎵Taggled-i see the light🎵

"Lo bener-bener gila ya... gue nggak habis pikir lo lakuin ini lagi! Lo kabur...dan bawa Ruby juga.. kenapa Lo libatkan gadis itu Jade? " Suara Lerry terdengar jelas di telinga Jaden. Padahal banyak masalah yang berkelibatan di kepalanya.

"Apa Lo sudah lupa akibatnya Jade? Apa waktu tiga tahun membuat Lo amnesia? Kenapa Lo selalu bantah Mami Lo? Apa lo nggak bisa nurut sekali aja sama Tante Anna?" rentetan pertanyaan keluar dari bibir Lerry.
Tak ada jawaban, tidak sekecappun. Ia tahu akibatnya, ia tidak lupa, ia tidak amensia. Waktu tiga tahun tidak menghapus apapun, tidak bagian besarnya, tidak juga bagian terkecilnya.

"Apa kurangnya Selena? Dia cantik, kaya, sederajat sama Lo dan dari keluarga baik-baik" perbendaharaan kata Lerry belum habis. Padahal Lerry sudah berada dititik 'lelah'. Terdengar dari intonasi nya yang meninggi dan semakin cepat

"Please, ambil positifnya! Mami Lo nggak akan sembarangan memilih. Sekeras apapun Tante Anna, dia tetap Mami Lo! Atau..." Kata-kata Lerry terhenti dengan mengambang. "Naomi..."

"Gue sudah hampir sampai... Gue harap semua siap dan gue nggak perlu menunggu lagi..." Jaden menutup teleponnya dan kembali menyandarkan diri di kursi taxi.

Nama itu... walau ia tahu seperti bom waktu- suatu saat akan meledak- suatu saat akan terdengar lagi, tapi tetap saja, Jaden belum siap.

"Kita sudah sampai Pak..." Terdengar suara dari depan. Jaden mengangguk dengan tenang seolah-olah jantungnya berdetak secara normal walau kenyataannya bertentangan

"Masalah pembayarannya...?"

"Sudah Pak..." Putus Sopir taxy itu.

Baguslah! Tanpa membuang waktu, Jaden keluar dari taxi. Di sana sudah ada mobil yang lain.

"Ini Pak..." Seseorang mendatangi Jaden, memberikan kunci mobil dan beberapa barang kepada Jaden. Jaden menerimanya. Walau masalah hari ini dimulai dengan Lerry tapi setidaknya Lerry masih bisa diandalkan. Dan sebenarnya, semuanya bukan karena Lerry. Siapa yang bisa menghadapi ibunya? Secerdik apapun Lerry, Anna tetap pemegang segalanya. Iya begitulah. Karena itu semuanya terjadi, kejadian tiga tahun lalu, Naomi...

Tiba-tiba Jaden merasa membutuhkan sebuah tabung oksigen.

Buru-buru Jaden menyalakan mobilnya dan segera menyadari sesuatu. Ia kembali keluar dan berdiri di samping mobilnya

" Ini...." Jaden melempar sebuah bungkusan melewati atap mobil dan segera ditangkap oleh seorang yang memandangnya.

Ia menghela nafas kemudian. Seharusnya ia bisa sedikit sopan. Tapi... dengan keadaan yang - untuk menarik udara segar saja cukup sulit, mana bisa Jaden bersikap sedikit ramah.

"Kau tidak masuk?"
Bahkan untuk meminta maaf saja, Jaden tak melakukannya. Dan untunglah, gadis itu menurut. Kalau ia tak mau masuk lagi, kepala Jaden akan pecah. Gerak gerik Lerry pasti dibatasi. Bisa mengatur mobil dan tempat menginap saja sudah beruntung.

"Kita kemana?" Tanya Ruby singkat, tepat setelah mobil itu melaju.

"ke suatu tempat..." Jawab Jaden singkat. Lalu ia menghela nafas lagi dan menoleh pada Ruby kemudian "Maaf..."

Mereka terdiam beberapa saat.

"Maaf membuat keadaanmu sulit... tapi percayalah... semuanya akan baik-baik saja" Ucap Jaden masih memandang lurus.

Iya semuanya akan baik-baik saja. Setidaknya,- cukup - gadis di sampingnya yang baik-baik saja. Jaden meyakinkan diri sendiri. Ruby bukan Naomi.. mereka berdua berbeda. Ruby adalah Ruby - gadis yang baru dikenalnya. Naomi adalah Naomi... gadis yang pernah mengisi hatinya. Cinta pertamanya!

GIOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang