Jika dalam film romantis, ini adalah klimaksnya. Ketika seseorang mengatakan:너를 좋아해요
Koreaaa pasti bahasa Korea!
Diterjemahkan dong kakak!!Baiquelah bosque!
joh-ahaeyo
apa itu?
I love you
“Aku menyukaimu”
Ya betul itu adalah suara Jaden. Suara yang hampir tak terdengar oleh barisan semut kecil yang ada di bawah kolong meja.
Jangankan oleh semut kecil yang memang tidak punya kuping, oleh Ruby yang sekarang berada di depannya pun tak terdengar. Gadis itu masih khusuk menikmati hidangan di depannya dengan lahap.
Asal kalian tahu menjadi tikus yang sering ditendang tidak kalah melelahkan dibanding dengan ibu tiri dan antek-anteknya yang mendadak bisa melekuk-lekukkan badan dipanggung. Mereka capek secara badaniah lalu hilanglah semuanya ketika tepuk tangan berderai. Si tikus, lelah hayati, pikiran,mental, perasaan lalu semakin stresslah dia ketika terdengar derai tawa mengiringi kepergiannya. Ruby benar-benar butuh energi lebih.
“Kau tidak mendengarku?”
Ruby berhenti mengunyah "Apa?”
Jaden menelan ludah lalu tercenung memandang Ruby. Menimbang-nimbang “Its oke. Nanti......”
HAI SEPIA MALAM INI KU TAK KAN PULANG. TAK USAH KAU MENCARI AKUUUU..... DEMI CINTAMU
JRENG JENG JENG JENG...
Pengamen itu memutus kalimat Jaden
Jaden membuka dompetnya dengan kesal dan langsung menyadari bahwa ia tak membawa uang receh.
“Waw!” Ruby mengangkat alisnya melihat uang lima puluh ribuan yang baru saja diserah terimakan secara resmi oleh Jaden kepada para pengamen jalanan itu, yang langsung dibalas dengan cengiran dan ucapan terima kasih berkali-kali.
Jaden hanya bisa mengetuk-ngetuk sendoknya di piring dengan lesu
“Kau tidak makan?” ruby melirik isi makanan Jaden yang masih penuh.
Pria itu menggeleng dan hanya dibalas anggukan kepala Ruby. “Oh....” Gumamnya sambil kembali menikmati ketoprak di depannya.
Tepat sekali! Ketoprak, bukan cavattapi dengan toping keju dan lumeran mayonaise. Gerombolan karyawan kantor dan bukan pasangan yang memberi kejutan dengan cincin yang disertai ucapan: would you marry me! Dan yang pasti tempat kaki lima DI DEKAT MALL.
DI DEKAT MALL, hingga Ruby tak perlu membolos. Ruby begidik memikirkan resiko yang harus ia tanggung bila sering membolos.
Dengan alasan sekokoh tembok beton itulah, Ruby tak peduli kalau Jaden harus berpuasa karena tak ikhlas makan di tempat ini.
Ruby menyeruput es teh nya untuk kemudian memandang Jaden. Tiba-tiba gigitan berikutnya terasa lambat. Ia melirik pada Jaden yang masih saja mengetuk-ngetuk sendoknya. Menimbang-nimbang apakah menawari makan lagi, atau membiarkannya. Antara tidak tega atau menciptakan jarak!
Bukan menganggap Jaden pembawa sial hingga harus dibiarkan, tapi ia takut pada hatinya sendiri.
Akhirnya yang tersisa adalah: Ruby yang menghabiskan makanannya dan suara dentingan halus dari sendok yang dipegang Jaden. Diakhiri dengan helaan nafas masing-masing.
Segelas es teh dan sepiring ketoprak sudah habis. Ruby memandang arlojinya
“Kita kembali sekarang!”Ruby buru-buru berdiri tanpa menunggu jawaban Jaden.
Ia terhenti ketika pergelangan tangannya ditahan oleh Jaden.
“Ya?” Katanya mendongak menatap Jaden yang kini sudah berdiri di sampingnya.“Kita bicara sebentar!”
Ruby mengerutkan kening sebelum akhirnya melihat sekitar. Mereka berdiri mematung di tengah padatnya orang yang sedang menikmati makanan. Ruby ingin protes kenapa harus ditempat ini mereka bicara, tapi urung. Bukannya dia sendiri yang memilih tempatnya ketika Jaden mengajaknya bicara ditempat lain yang lebih nyaman!
Tapi... Bukannya menanggapi, Ruby malah melirik arlojinya
“Aku harus segera pergi.. pementasan sebentar lagi akan...”“Aku menyukaimu!”
Jaden terdiam. Apa yang baru saja ia katakan. “Aku menyukaimu!” Ia mengulangi lagi, lebih tepat untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Iya benar dia mengatakannya. Karena pertemuan barusan dengan ibunya atau apapun itu, Jaden benar-benar mengatakannya. Lalu....
Kenapa tidak ada bunga-bunga yang bermekaran di kepalanya? Walau ya, benar, dia lelaki yang seharusnya tidak terlalu mendramatisir seperti itu. Tapi iya, benar, ia merasakan seperti lelaki lebay atau whatever itu namanya untuk membuat istilah ‘bunga-bunga bermekaran’ yang tadi ketika sedang menyatakan cinta. Bukannya harusnya seperti itu?
Bunga-bunga yang berarti jantung berdebar, perasaan tegang, keringat dingin menunggu jawaban.
Dasar kemana rontoknya bunga-bunga penuh romansa itu. sial! Semuanya jadi berantakan sekarang.
-----***-----
Lebih berantakan lagi ketika di tengah keramaian, Ruby malah bertanya:
“Apa kamu bilang?”
Jaden berdecak kemudian mendekati Ruby dan berbisik di telinganya “Aku menyukaimu!”
Ia terdiam sebentar sebelum menjauhkan wajahnya. Melihat reaksi Ruby yang masih terdiam di tempatnya. Jaden hanya melihat gadis itu melirik ke sekitarnya sambil mengerutkan alis
Bagus pikirkan baik-baik pinangan dari putra mahkota CGM GROUP
“Aku tidak bisa!”
Ini semakin berantakan.
Jaden mendengar yang barusan adalah suara Ruby. What... dia apa? Tidak bisa?
“Kita berteman saja...” Ruby memandang Jaden dengan mata berbinar dan senyum lebar yang sekang ia tunjukkan dengan terang-terangan
“Oke”
Gadis itu masih sempat mengacungkan jempolnya di depan mata Jaden. Tanpa memberi aba-aba Ruby malah berbalik dan melenggang pergi dari depannya, membuat Jaden termangu sambil berkedip satu kali, dua kali, tiga kali.... ah seribu kali kalau perlu
Wooowww.. benar-benar berantakan kocar-kacir tak karoan...
Yang barusan itu apa dinamakan penolakan? Seenteng itu? tanpa kata bijak pembuka atau penutup?
Sudah?
Yakin?
Wait...
Kenapa percakapan barusan seperti pertanyaan berikut:
'Apa kau sudah sarapan?'
'Oh belum!'
Ck... Jaden mendecakkan lidah sambil berjalan membuntuti Ruby, tak lupa menggaruk-garuk kepalanya tanpa maksud.
-------------***-------------
Minggu ini cuma bisa update satu part sajaaa. Semogaaa sukakk ya
Ada yang kangen Sammy???
Authorrr kangeen nihhh😍😍😍😍
Selamat malam sabtu semuwaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOK
RomanceEdward Edoardo selalu menemani Ruby Graviella selama menjadi murid di sekolah akrobatik Beijing. Melakukan panggilan telepon, chating dan video call dengan akses terbatas. Tak masalah. Awalnya! Namun semuanya berakhir setelah tiga tahun lewat dua ha...