17. Tikus Cinderella

9 0 0
                                    


“HEIII YOU...  MICKEY MOUSE”

OH S*IT. Apa dia bilang? Mickey? Minnie TAHUK not mickey!

Seorang perempuan- salah satu teman Ruby, bila masih bisa disebut begitu- berteriak sangat keras untuk kemudian mendekati Ruby dan menendangnya tepat di bokongnya.

Semua orang yang menonton tertawa.

“ You jerk!” Lanjutnya sambil berkacak pinggang “HA-HA-HA-HA”

Mulut Ruby mendesis dari dalam kostum tikusnya. Dia berminat membuat petisi kepada  KPI atas dasar mengajarkan kekerasan pada anak, mengajari kata-kata kotor dan semoga KPI bisa memboikot kakak tiri Cinderella itu dari pementasan.

“GO AWAY.. Siuuhh siuuuhhh!!” Ia melambai-lambaikan tangannya ke Ruby mengusirnya. Ruby keluar dari panggung dengan menggoyang-goyangkan bokongnya diiringi derai tawa penonton.

Ia membuka tutup kepalanya ketika di backstage. Titik keringat bermunculan di keningnya dan rambutnya mulai basah. Satu pertanyaan sudah muncul di kepalanya: apa orang-orang itu benar-benar membencinya?

Wajar bila Ruby bertanya seperti itu, tendangan yang barusan lebih mirip aksi balas dendam dibanding akting.

Dendam karena apa? Bukannya Ruby sudah menebus semua kesalahannya dengan menjadi Micky Mouse yang sama sekali tidak menggemaskan ini.

Atau, jangan-jangan karena ia tak datang pentas sore waktu lalu?

Ruby mengetuk-ketuk kaki kirinya. Itu- jangan salahkan dia! Semua kan atas perintah bos mereka sendiri! Jadi marahlah sama si biang kerok!

Atau jangan-jangan karena kejadian kemarin?

Ruby mengatubkan bibirnya.

Bukan-bukan... bukan yang di bianglala itu!

Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa sadar sambil meniup keningnya yang sebenarnya tak ada poni sama sekali. Lalu senyum tipisnya muncul ke permukaan bersamaan dengan wajahnya yang memanas.

Oh No Ruby Graviella ini bukan saatnya untuk melamun! Kau harus ingat sebentar lagi harus naik panggung lagi!

Ruby mengingatkan dirinya sendiri lalu mengangguk-angguk setuju dengan suara di kepalanya. Bukan saatnya! Betul sekali! Sebentar lagi ia akan ke panggung... panggung-panggung-panggung- repeat beberapa kali lalu keningnya berkerut!

Ia melihat sekeliling dan tak mendapati siapapun. Tidak Miss Ivy, tidak para pelatih, bahkan tidak stage manager yang biasanya mengingatkan agar semua standby! Tidak seorangpun. Ada yang salah? Tapi apa yang salah?

Apakah yang salah adalah beberapa orang berpakaian hitam yang mulai terlihat di beberapa sudut ruangan.

WAIT WAIT! INI BUKAN FILM ACTION! INI MELODRAMA!

Untuk apa orang-orang yang mirip Body Guard itu disekelilingnya? Salah alamat! Perasaan Ruby mendadak tidak enak dan ia sudah mengambil posisi ‘bersiap’ bila diharuskan sprint jarak pendek.

Belum sempat Ruby mencerna yang terjadi, ia mendengar suara ketukan sepatu berhak tinggi mendekati nya. Ia mengamati orang-orang itu dan mendapati mereka menunduk memberi hormat! Ada yang datang! Dan pastinya bukan orang sembarangan.

Yang lebih pasti, bukan orang sembarangan tadi berniat menemuinya! Dan ‘bukan orang sembarangan’ itu adalah seorang wanita paruh baya! Jangan terkecoh dengan kata ‘paruh baya’ yang berkonotasi lemah, karena dia jauh dari kesan itu.

Wajah wanita- benar sekali, tua – itu terlihat ‘glowing’ dengan entah skincare dari mana, Korea, Jepang, Perancis, New York?

SK*, Loci*tane, Lanc*ome, D*or? S*lwhasoo

Keriput dari wajahnya tak menganggu entah karena apa? tarik wajah, laser, Oplas?

Wow apa iya oplas bukan hanya untuk wanita muda Korea?

Blazer merah bata dengan belahan di lengan dan terusan berwarna putih gading membuatnya begitu anggun sekaligus tegas ketika mendekati Ruby. Rambut yang dikuncir ke belakang terlihat sangat rapi dan sederhana, tapi tak menghilangkan kesan elegan sama sekali.

Kaki Ruby benar-benar terkunci ketika wanita itu semakin mendekat, dan aroma bunga violet yang lembut tergapai indra penciumannya.

Saatnya lari! Maksudku menenangkan detak jantung!

“ Kau...” Suara wanita itu terdengar dua langkah jauhnya di depan Ruby. “ Rub-“

Ruby menunggu kalimat berikutnya, kalimat yang tak sempat berlanjut karena:

“ HAI!”

Jaden tiba-tiba berdiri di TE-PAT di depannya!

“Mam....”Jaden tersenyum cukup lebar “ HAI MAM!” Lanjutnya sambil tertawa garing.

Oh.... wanita itu ternyata ibunya. Mulut Ruby yang terbuka tanpa sadar mengatub kembali setelah menerima kesimpulan itu!

GIOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang