25. GIOK

9 0 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




















Peraturan pertama: Jangan datang di Apartemen berdua! Setidaknya untuk saat ini! Sampai salah satu dari mereka bisa mengendalikan diri.

Sebagai tanda perpisahan dengan tempat ini Jaden memasuki kamarnya dan mengambil sesuatu dari dalam laci. Sebuah benda yang sudah ia pindahkan dari dalam kantornya beberapa waktu lalu.

Sebuah Giok.

Benar sekali. Benda itu adalah sebuah liontin batu berwarna kehijauan. Benda berharga yang dulu pernah ia berikan untuk gadis yang lain, Sheniata Naomi.
Andai Naomi tahu, saat itu- ketika dia mengalungkan benda ini- terbesit pikiran menjalin hubungan lebih jauh dengannya - seperti melamar dalam waktu dekat - mungkin hubungan mereka tak akan berhenti di tengah jalan.

Dan ketika semuanya berakhir dengan sangat menyakitkan, Jaden sempat berpikir untuk membuangnya. Ya, membuangnya!

Asal kau tahu, membuang benda mahal itu ke laut tak masalah untuk seorang Jaden.

Giok hijau ini adalah Naomi. Membuangnya hanya berarti bahwa Jaden lari dari Naomi. Bukan benar-benar melupakannya. Karena itu ia menyimpannya, dengan keyakinan bahwa suatu hari, entah kapan, sebulan, setahun, sepuluh tahun bahkan, ia bisa mencintai gadis lain.

Ia menghela nafas ketika memori tentang Naomi kembali. Kemudian Jaden membuka pintu dan mendapati Ruby yang kembali duduk di pinggiran kolam sambil menggengam segelas air mineral dingin.

Ia mendekati Ruby dan duduk di sebelahnya. Memandangi Ruby yang kini tersenyum kepadanya.


"Bentar lagi kita harus balik. Walau mereka nggak akan berani menendangmu, tapi kamu harus ikut latihan"

Ruby mengangguk mantap

"Dulu, kamu tak perlu membuktikan apapun saat tampil. Sekarang, setidaknya kamu harus membuktikan ke Mami kalau kamu adalah gadis hebat"

"Apa Mami kamu akan berubah dan menyukaiku"

Mata Jaden menghadap ke atas, berpikir lebih lama "Nggak mudah! Tapi kita nggak akan tahu sebelum mencobanya!" Ia kembali memandang Ruby sambil tersenyum lebar dan memegang kepala Ruby dan mengarahkannya pada bahu Jaden.

"Andai, suatu saat, Jaden yang kamu kenal bukan Jaden yang sekaya sekarang, apa kamu nggak akan ninggalin aku?"

Ruby mengangguk sambil terus menyandarkan kepalanya. "Kita akan mulai dari Nol. Kedengarannya jauh lebih menyenangkan dibanding sekarang!"


"Bodoh! Semua wanita ingin pria kaya dan hidup nyaman..."

"Hidup aku sudah begini dari dulu! Asal nggak pernah rasakan kenyamanan yang berlebihan, aku rasa hidup biasa- biasa saja sangat menyenangkan!"

Jaden kembali tersenyum. "Aku Cuma minta satu hal sama kamu..."

Ruby mengangkat kepalanya dan memandangi Jaden. "Apa?"

"Untuk sementara, jangan pernah temuin Mami!"

Ruby terdiam tak mengerti

"Jangan temuin Mami walau Mami mau nemuin kamu. Jangan bicara dengannya. Mami punya banyak cara buat misahin kita!"

Ruby menelan ludahnya sendiri. "Apa kita bisa lanjutkan hubungan ini tanpa persetujuan Mami kamu!"

Jaden tersenyum sambil mengusap rambut Ruby penuh sayang. "Itu bagianku. Bagianmu hanya menjauhi Mami sementara waktu"

Ruby terdiam. Hatinya merasa tidak nyaman. Bagaimana bisa nyaman bila tidak ada restu untuknya. Calon mertuamu membencimu! Nah... sebel kan!

Sepertinya hubungannya tidak pernah mudah. Apapun yang ia lakukan, sekeras apapun seolah-olah tak bisa menghancurkan kokohnya pendirian Anna.

Jaden meraih tangan Ruby dan menggenggamnya erat "Dan jangan lepasin aku. Maka aku nggak akan pernah lepasin kamu...."

Ruby tak bisa berkata apapun.

Ia berdehem kemudian berkata penuh antusias, mencoba menghibur hatinya sendiri. "Kenapa harus aku yang mengambil keputusan. Jika aku lepaskan, kamu lepaskan, Jika aku pergi, kamu pergi, jika aku datang, kamu sambut. Itu namanya curang! Harusnya kamu yang tak membiarkan aku pergi. Harusnya kamu yang berjuang dan aku tinggal mengikuti"

" kau lupa?"

" apa?"

" Aku bosnya. Hahahahahhaah...."

" Sshhh...."

Jaden merogoh kantongnya ketika Ruby kembali menoleh ke depan dan menggoyang kakinya di dalam air sambil menyandarkan kepalanya di bahu Jaden lagi.

"Buat kamu...." Jaden meletakkan kalung dengan liontin giok di depan Ruby.

Gadis itu langsung menegakkan badannya dan memandang Jaden dengan tegang. Tepat saat itu Jaden mengalungkan kalung dan liontin itu di leher Ruby

Untukmu... Mereka bilang, liontin ini bawa hoki.. membawa keberuntungan... kalimat itu yang diucapkan Jaden pada Naomi kala itu

"Aku nggak yakin kalung ini bawa keberuntungan. Tapi aku yakin...."

Jaden memandangi liontin itu di leher Ruby

"Kamu... Ruby Graviella... gadis keberuntunganku"

Ruby tercenung. Ia kehabisan kata-kata. Ia juga tidak ingin mengucapkan satu katapun. Ia hanya ingin memandangi Jaden Orlando, pria yang baru saja ia sadari, sangat ia cintai

" Jangan lepaskan ini... jaga baik-baik ya" Jaden mengusap-usap kepala Ruby

Lalu mengangkat tangan Ruby. Menutup jari lainnya dan menyisakan jari kelingking. Jaden mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Ruby tanpa persetujuan

"Aku hanya akan melepasmu jika kau berbalik dariku" Ia memandangi Ruby yang juga memandanginya lekat-lekat " Saat kamu melepasku, Aku tak akan memaksamu untuk tinggal dan mengejarmu"

Jaden mengecup kening Ruby lama. Lalu berpindah ke bibir Ruby dan menciumnya dengan lembut, sangat lembut, seolah Jaden tak mau kehilangan Ruby selamanya.

Rasanya berat. Hubungan ini tiba-tiba terasa seperti gunung es di dalam lautan. Sewaktu-waktu kapal itu bisa saja menabraknya.

Lalu hancur....


GIOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang