Anyeong anyeong..... sebelum baca part ini silahkan dengarkan lagunya dulu sambil membayangkan adegan apa yang sangat cocok untuk part ini.
Mbak Taeyoen emang cucok meong yes nyanyi lagu itu ya. Gak percaya??? Monggo hayuk dibuktikan yes.
---------------------------------------------------------31. H-3
H
ectic. Begitulan suasana siang ini. Terik matahari yang menyengat, angin yang berhembus kencang, ditambah suara bising kendaraan bermotor dan kemacetan yang semakin menjadi karena adanya para pendemo yang berorasi di beberapa titik. Seakan menjadi pelengkap yang manis, suasana kantor-pun juga tak kondusif.
Ditengah padatnya persiapan pagelaran, muncul rumor yang menggemparkan. PT Land Megajaya akan menarik sahamnya diikuti oleh beberapa pemegang saham lainnya. Rupanya Abian Arkanza tak main-main dengan ucapannya. Tentu saja, begitulah seorang CEO harus bertindak, menepati kata-katanya!
Tapi... oh ya... jangan secepat ini! Bahkan Jaden belum sempat mengambil ancang-ancang untuk melompat dari terkaman si macan kelaparan yang terhormat itu!
Kepala Jaden seolah ingin pecah ketika bertambah satu masalah lagi. Ponsel Ruby tak bisa dihubungi sejak kemarin. Lebih tepatnya kemarin malam, setelah ia mengantar Ruby. Ada yang tak beres. Untuk lebih memastikan, Jaden menuju ke gedung pertunjukan, mencari sosok Ruby diantara mereka.
Seharusnya Ruby ada di sini
Seharusnya ia ada di panggung itu
Seharusnya ia mengikuti latihan
Perasaan ini... terasa ganjil tapi familiar. Mendadak Perasaan Jaden berada di titik terbawah.
Lalu bunyi ponselnya berdering dan ia terperangah melihat siapa yang menelpon.
Ruby....
"Hallo...."
Terdengar suara Ruby dari seberang. Hanya sebentar lalu ponsel ditutup. Dan ya.. benar! Semuanya memang berputar dengan tidak seharusnya.
-----***-----
Ruby menatap batas lautan jauh di sana. hanya berupa garis datar dan langit biru. Terakhir ia ke sini, satu janji terucap:
aku akan melakukan pertunjukan itu untuk Naomi....
Janji yang tak pernah bisa ia tepati.
"Kenapa kau tidak datang latihan?"
Suara Jaden mengagetkan Ruby. Menghentikan lamunan Ruby seutuhnya.
Ruby tak perlu repot-repot menoleh ke belakang karena kini Jaden sudah ada disampingnya.
Ruby terdiam. Satu helaan nafas membumbung di udara.
"Kau tidak memakai pemberianku?" Jaden sudah memandangi Ruby sementara Ruby menunduk tak berdaya.
"Kenapa kau mengajakku ke sini?" Jaden ikut menghela nafas
"Memilih tempat perpisahan yang terbaik?"
Ruby terhenyak. Wajahnya terangkat dan memandang Jaden cepat. Dia... tahu yang sebenarnya?
"Apa yang mami katakan padamu?"
Ruby masih memandangi Jaden. Memandangi mata gelap Jaden yang kini juga memandangnya dengan dingin.
"Ceritakanlah. Setidaknya, aku mengetahui sebenarnya apa yang Mami bilang hingga bisa mengusir kalian berdua..."
Ruby terdiam. Membiarkan angin dan suara debur ombak menjadi ratu dan rajanya. Pada akhirnya.... Masa lalu selalu berdiri di tengah keduanya!
Ah ya tentu saja.. bukankah begitu dari awalnya.. dari awal ketika ia memilih tempat ini. Tempat yang seperti kata Jaden: tempat terbaik untuk berpisah!
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOK
RomanceEdward Edoardo selalu menemani Ruby Graviella selama menjadi murid di sekolah akrobatik Beijing. Melakukan panggilan telepon, chating dan video call dengan akses terbatas. Tak masalah. Awalnya! Namun semuanya berakhir setelah tiga tahun lewat dua ha...