Dear Naomi....
Apa kamu masih ingat?
Saat itu..
Saat kita duduk berdua
Saat kita memandang langit yang sama
Saat hanya ada hening dan kita
Dan debur ombak
Dan waktu berhenti
Di batas pantai dan lautan
Di batas senja
Menghabiskan waktu
Sebatas memejamkan mata
Lalu ketika aku membuka mata
Malampun datang
Dan senja mengucapkan
'Selamat Tinggal'---***----
Ruby terpaku menatap ke depan. Lautan luas terbentang sepanjang mata memandang. Angin pantai dan deru ombak bersahut-sahutan mengisi kesunyian diantara keduanya.
Langit senja datang lagi. senja yang indah. Senja yang merona. Senja yang hanya dinikmati keindahannya oleh hati yang penuh cinta
Dan hati itu milik Jaden...
Dan milik Naomi...Dan milik Ruby yang hanya bisa berhenti di tengahnya.
Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang?
Apa yang harus ia katakan ketika sang pemilik hati telah pergi meninggalkan empunya?
"Setelah Naomi bertemu Mami, semuanya berubah" Ucap Jaden lemah. Energinya habis dan ceritanya berhenti menggantung tadinya
"Hubungan kami renggang tanpa ada sebabnya..."
Angin pantai menyela. Memberi sedikit ruang untuk bisa bernafas dari penat yang tak wajar.
"Dia berubah..."
Dan tak tahu kenapa, Ruby tak bisa mempercayainya sedikitpun. Bahwa Naomi brtubah
"Dia terpaksa berubah..." Jaden melanjutkan kalimatnya. "Kami bukan mau berpisah, tapi kami terpaksa berpisah..."
Walau kalian masih saling mencintai
Bisik Ruby dalam hati.Seolah ingin cemburu tapi tak tahu kepada siapa cemburunya tertuju.
"Aku masih ingat saat itu... ketika dia meminta memutuskan hubungan. Ketika dia bilang kalau dia jenuh. Ketika dia bilang hanya ingin istirahat sebentar. Aku pikir semua hanya emosi sesaat. Aku pikir hubungan kami akan baik-baik saja. Aku pikir aku bisa membicarakannya lagi besok. Aku pikir besok akan menemui kami.. aku pikir..."
Suara Jaden mulai tak beraturan.
Ruby hanya bisa memandangnya tanpa bisa berbuat apapun, tak bisa menggenggam tangannya, tak bisa memberi satu kalimat penuh cinta, tak bisa menguatkannya sama sekali.
Semua tentang Naomi. Dan ia hanyalah orang yang berhenti di tengah-tengahnya!
".... aku bisa melihatnya besok...."
Suara Jaden bergetar dan air mata jatuh di pelupuk mata sebelum ia buru-buru menghapusnya.Bahkan untuk menghapus air matanya, Ruby tak bisa.
"Tapi besok tak pernah ada buat aku dan Naomi...."
Jaden menarik nafas. Ruby kembali terpaku. Ternyata begini... ternyata ini yang dirasakan Jaden waktu itu. Ruby hanya bisa mengepalkan tangannya erat-erat.
"Dia meninggalkanku, dia pergi ke luar negeri karena Mami...."
Mereka sama-sama terdiam.
"Lalu yang aku dapati hanyalah kabar bahwa ia sudah meninggal karena kecelakaan di sana....."
Ruby terdiam walau rasa sesak menghimpitnya. Jadi gadis itu sudah...
Suara Jaden hampir habis ketika mengatakannya. air matanya kembali jatuh dan Ruby kembali tak bisa berbuat apapun.
Kesedihan Jaden terlalu dalam dan tak berujung. Kesedihan yang membuat Jaden masuk dalam danau yang dalam dan beku. Lalu mati.....
Bila tak ada yang menangkapnya.
"Naomi nggak pernah kembali. Ia nggak akan memandangiku lagi. aku nggak akan pernah melihat wajahnya lagi, nggak bisa melihatnya nangis, nggak bisa melihatnya ketawa, nggak bisa melihat matanya yang berbinar. Nggak bisa melihat senyumnya. Nggak bisa peluk dia, nggak bisa menggenggam jari-jarinya yang kecil. Nggak bisa mendengar hembusan nafasnya...."
Masih banyak daftar 'tak bisa' yang menunggu keluar sari mulut Jaden bila lelaki itu mampu bersuara.
Tapi Jaden hanya terdiam, dan hanya bisa menunduk dan menyadari kalau yang mamou dia lakukan hanyalah menangis.
Kengan akan Naomi menghimpitnya, tak memberi ruang untuk bahagia, untuk mengobati luka lama.
Detik selanjutnya, Jaden merasa tangannya menghangat dan melihat Ruby sudah ada di depannya.
Gadis pendek itu- bila dibanding dengannya- memeluk Jaden dan membiarkan Jaden menunduk di bahunya, menenggelamkan wajahnya dan membasahi pakaian Ruby.
Mengucapkan banyak kalimat pedih yang hanya bisa keluar lewat air mata yang mengalir. Menumpahkan kesedihan pada orang yang tepat. Pada Ruby Graviella yang mencintainya degan tulus.
Ruby hanya menepuk-nepuk punggung Jaden lembut.
Air matanya ikut jatuh. Ia berbaur dengan kesedihan yang dirasakan Jaden walau rasa sakit yang ia rasakan tak ada apa-apanya dibanding Jaden.
Naomi... gadis itu pasti sangat mencintai Jaden-nya. Ia bisa merasakannya. Gadis itu lebih mencintai Jaden dibanding dirinya.
Mereka sudah melalui banyak hal hingga membuat Jaden sakit sesakit-sakitnya. Andai dia masih hidup, Ruby tak sanggup bersaing dengannya.
Dan ya, tentu saja, ia tak akan pernah ada dalam hidup Jaden karena mereka sudah pasti bahagia sekarang.
"Karena itukah kau mati-matian membuat pertunjukan ini Jade? Karena Naomi menyukainya?"
Tanya Ruby ketika Jaden sudah menarik dirinya dan memandang Ruby dengan matanya yang sembab.
Ia mengangguk kemudian. Ruby tersenyum membalasnya
"Kalau begitu, aku akan melakukan pertunjukan itu untuk Naomi...."
Jaden terdiam
"Karena aku mencintaimu..." Senyum Ruby belum pudar "....aku akan melakukan untuknya..."
Ruby menggengam tangan Jaden lembut
"Aku akan melakukan pertunjukan itu untuk Naomi... cinta pertamamu..."
Dan langit senja telah berganti gelap. Malam sudah datang.
Saatnya mengucapkan salam perpisahan
Selamat tinggal Senja.....-----***------
Sebelumnya mohon maaf ya karena nggak bisa update besoknya. Ada insiden mati lampu selama 31 jam non stop (ketahuan deh bukan anak kota, wkwkwkwkwk).Jadi nggak bisa ngetik karena laptop error hrus pake listrik. Hp juga nggak mungkin buat ngetik karena nggak bisa ngecharge.
Akhinya bisa kelar setelah matlam lagi dua x sehari. FiuhhhhhhhPln ingin kujambak dirimu tpi apa dayaku hidup tanpamu
Ikutin dan kasih bintang dong😋

KAMU SEDANG MEMBACA
GIOK
RomansaEdward Edoardo selalu menemani Ruby Graviella selama menjadi murid di sekolah akrobatik Beijing. Melakukan panggilan telepon, chating dan video call dengan akses terbatas. Tak masalah. Awalnya! Namun semuanya berakhir setelah tiga tahun lewat dua ha...