“ He is nice!”
“good guy”
“No.. its only trick. after he messed things up, he did all these good things..”
“I dont care. He's handsome as always....”
Ruby melirik sekumpulan teman-temannya yang ia yakini sedang membicarakan kebaikan Jaden Orlando.
Kebaikan palsu. Begitulah keyakinan di hati Ruby. Setelah beberapa hari lalu dijadikan sebagai tameng hidup yang hampir menjadi vampire karena kehilangan detak jantung, Ruby yakin kebaikan pria itu bertopeng.
Walau kali ini, ia tidak tahu apa maksudnya mengadakan acara beginian! Acara hangout di Dunia Fantasi bersama tim akrobatik di hari Senin, dan disambut gegap gempita oleh hampir semua orang.
Kecuali dirinya
Kecuali Sammy
Kecuali...
Kecuali...hmmm....
Mereka yang cedera dan sakit perut di pagi hari!
Yang lainnya? Sepertinya mereka cukup bahagia karena mendapat hiburan gratis.
Ruby mendengus kesal. Ia menyesal karena membiarkan Sammy pergi begitu saja. Seharusnya ia membujuk sahabatnya itu lebih lagi, merengek kalau perlu! Menarik-narik lengannya? Bergelayut di sikunya sampai Sammy susah bergerak?
Tapi bagaimana mungkin. Ia tak mungkin tega mencegah sahabatnya itu kencan. Ya kencan, sepertinya begitu! Entah kebetulan atau tidak, tapi ia juga tak melihat Ivy di sekelilignya. Ruby mendengus- lagi!
Kini ia sendirian. Benar-benar sendirian! Tidak ada yang mau menemaninya. Oke! Setelah kabur dari pementasan, apa menurutmu ada yang mau berteman dengannya? Dalam waktu dekat, TIDAK!
Dan Ruby pun hanya bisa menunduk menatap kakinya sebelum melangkah diantara hiruk pikuk keramaian berbagai wahana permainan di sekelilingnya.
----- *** -----
Jujur Ruby bisa saja pura-pura diare agar masuk golongan orang-orang ‘kecuali’ dan tidak mengikuti trip kali ini. Tapi ia memilih ikut dan menghadapi kenyataan secara jantan.
Ya Anda mendengarnya dengan benar! Secara jantan, walau sebenarnya Ruby adalah ‘betina’ tulen. Kenyataan bahwa tempat ini menyimpan satu memori tak terlupakan lah yang membuatnya mencobanya berdiri tegap menyusuri setiap tapak jalanan, mengikuti jejak kaki tak terlihat yang ia ukir 3 tahun lalu.
3 tahun dan rasanya masih kemarin.
Memadang perahu berayun yang pernah dinaikinya dengan lelaki bercelana abu-abu dan seragam tertutup switer rajut lengkap dengan sepatu tali dan ransel di pundak. Bercanda sambil melihat boneka-boneka dari berbagai negara. Berjalan menikmati ice cream stroberi sambil sesekali melompat kecil dan bergandengan tangan.
Kenangan sederhana tapi membuat hati menghangat dan mata memanas.
Berapa lama Ruby menutup rapat kenangan itu? mengalihkan semua perhatiannya pada latihan demi latihan. Menghabiskan ruang di hatinya demi mimpi masa depan. Lari dari hal tidak penting yang ia sebut cinta pertama.Lalu tempat ini mengembalikannya pada pada sosok itu. Senyumnya, tatapan matanya, suaranya, sentuhan jarinya, pelukan hangatnya!
Walau Ruby tak memegang dadanya, tapi ia yakin, di sana ada sebuah rindu untuk Edward Edoardo.
“Kau baik-baik saja?”
Suara itu menyusup masuk ketika satu air mata Ruby hampir jatuh. Buru-buru Ruby menghapusnya sebelum matanya memerah.
“Ya...”
Ia membalikkan badan dan mendongakkan kepala, memandang Jaden yang sudah berdiri di hadapannya dengan memegang sebuah payung. Ruby mendongak lagi menatap payung transparan yang sudah dipenuhi butiran air.
“Gerimis. Kau tidak tahu?”
Ruby terdiam. Iya, dia memang tidak sadar kalau tubuhnya sedikit basah karena gerimis.
“Apa aku perlu meminjamkan jaket ini padamu?”
Ruby memandang tangan Jaden yang menggenggam jaket kelabu yang terlihat hangat dan menggoda Ruby untuk menyelinap ke dalamnya. Tapi, what??? Dia menanyakan hal sekonyol itu. lalu jawaban apa yang paling tepat?
Oiyaaa.. aku sangat kedinginan dan membutuhkannya!! Bisakah kau meminjamkannya?Begitukah?
Lalu pria tampan itu menyampirkan jaketnya di bahu gadisnya, bak adegan romantis antara Song Joong Ki dan Song Hye Kyo.
Cihhh....
“Sepertinya Sammy mu menghilang dan tak setia pacar. Dan rupanya tidak ada yang menemanimu”
Dan itu semua gara-gara kamu!
Bisakah Jaden mendengarnya lewat lirikan tajam Ruby Graviella?
“Bagaimana kalau aku berbaik hati menemanimu?”
Ruby menggigit bibir bawahnya sambil memandang Jaden yang sudah berbalik, sekali lagi ingin mendorong kepala Jaden di tiang Tornado
“Tunggu apalagi? Apa kau menunggu air matamu berjatuhan di sepatumu itu?”
Kalimat sarkatis tapi sanggup membungkam mulut Ruby beberapa detik. Kalau analisanya berjalan liar seperti biasanya, ia akan mendapat kesimpulan ngawur seperti ini:
Bahwa sesungguhnya, seorang Jaden Orlando Rahadian, pria angkuh yang suka bertindak seenak jidat, sedari tadi sedang mengadakan pengamatan terhadap Ruby menggunakan metode: a. Membuntutinya, b. Mencuri pandang saat berbicara dengan yang lain, dan c. Menggunakan kekuatan supranatural yang susah dijelaskan.
Dipersingkat
Jaden memperhatikan Ruby hingga ia tahu bahwa sejak tadi Ruby sering menunduk memandangi kakinya dan nyaris menangis
Pria angkuh itu? si Jaden, memperhatikan Ruby?
Kiamat sudah dekat!----***----
Selamat malam minggu dari Song Song couple yang sudah saaah dan halal semuaaaanya
Jaketnya pinjem dong oppa😍😍😍😍
Sampai jumpa minggu depan pada epiaode yang lebih laperrr eh baperrrr😍😍😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOK
RomanceEdward Edoardo selalu menemani Ruby Graviella selama menjadi murid di sekolah akrobatik Beijing. Melakukan panggilan telepon, chating dan video call dengan akses terbatas. Tak masalah. Awalnya! Namun semuanya berakhir setelah tiga tahun lewat dua ha...