Edward Edoardo selalu menemani Ruby Graviella selama menjadi murid di sekolah akrobatik Beijing. Melakukan panggilan telepon, chating dan video call dengan akses terbatas. Tak masalah. Awalnya! Namun semuanya berakhir setelah tiga tahun lewat dua ha...
Ivy berdiri di depan seluruh anggotanya yang sekarang sedang duduk menunggu pidato kebangsaannya.
“First. Congratulations for all of you! You Guys get great appreciation from audience. The Cinderella’s show will be finished this week.. They hope will see another show from us, very soon! Thank you for your hard work! From the main character to the figure! You did it very well!”
Tanpa gerakan kentara,dibalik kaca matanya, Ivy melirik Ruby dan memberi senyuman untuknya. Ruby atau yang lainnya tak akan menyadarinya.
“Starting next week, we will exercise with other crew for the anniversary preparation. Please your attension! An audition will be held on this week. Prepare your self to get main character! Anyone can play it.!”
Terdengar tepuk tangan riuh.
“I hope you will give your best for our last show. CAN YOU DO ITTTT???” “ YESSS MISSS!” Jawab mereka serentak, diiringi suara tepuk tangan yang kian riuh dan panjang.
Semuanya excited! Hingga pidato kebangsaan ditutup dan Ivy benar-benar tidak tampak di atas panggungpun, sisa antusias mereka masih sangat kental. Untuk beberapa orang, tampil di acara televisi menjadi pengalaman berbeda.
Khususnya untuk Ruby. Bukan hanya karena tampil di televisi, tapi juga karena ia juga berhak mengikuti audisi untuk mendapatkan peran terbaik.
Selamat tinggal tikus Cinderella!
Ini kesempatan kedua yang akan ia gunakan sebaik-baiknya. Awal yang baik!
Dan orang pertama yang ingin ia beritahukan betapa baiknya ini adalah:
“SAM!”
Sammy
“SAMM!” Teriak Ruby untuk kedua kalinya. Ia perlu usaha ekstra dengan berhamburan di tengah kerumunan orang-orang untuk meraih lengan Sammy.
“Hei!” Ruby mendahului Sammy, berdiri tepat di depannya sambil berkacak pinggang “Sejak kapan kau jadi artis hingga susah ditemui?”
Sammy hanya mengangkat bahu
“Ck...” Ruby mendesis tapi tak mampu melakukan apapun walau ia sangat ingin mengeluarkan jurus capit kepitingnya. “Kita makan siang di luar. Aku akan mentraktirmu!”
-----***------
Bukan. Kali ini bukan ketroprak lagi yang Ruby nikmati. Ruby lebih memilih restoran cepat saji untuk mentraktir Sammy makan siang. Mereka harus kembali secepatnya dan cheese burger adalah pilihan yang paling benar.
Sebenarnya mentraktir makan siang hanyalah alasan Ruby agar bisa bercerita dengan Sammy. Sejak mereka menjadi labu dan tikus, frekuensi pertemuan mereka menjadi lebih sedikit. Sammy yang sibuk –setahu Ruby, walau asal-asalan – dengan kencan butanya, dan Ruby sendiri yang sibuk dengan.... ah... siapa lagi!
“Kamu sependapat dengan aku, kan Sam!” Ruby menutup cerita singkatnya “Tentang kesempatan kita. Kalau kita akan lolos audisi dan bukan hanya menjadi figuran!”
Ruby membuka bagian atas rotinya, lalu menuangkan saos sambal di atas daun selada lalu menutupnya kembali.
Cerita dengan judul “Awal yang Baik” yang Ruby kira akan berdurasi tiga puluh menit ternyata hanya sepanjang: Memesan burger, menunggu di kasir, duduk di meja, menyeruput cola dan membuka burgernya.
“I agree with you”
Ruby menatap Sammy yang masih dalam tahap mencocol saos tomat dengan kentang gorengnya, belum pada main menu: menikmati burger berlapis dengan beef yang tebal.
“Kamu berkencan dengan Miss Ivy?”
Sammy memandang Ruby lalu mengangkat alisnya
“Ngawur”
“Terus apa maksudmu dengan: I agree with you. Oke go ahead! ” Sahut Ruby menirukan kata-kata Sammy ketika ia bercerita sejak tadi. “Bukannya kamu kebanyakan ngomong sama Ivy Ivy itu. hah? Hingga tertular pakai bahasa Inggris segala.”
Sammy tersenyum ketika mendengar cara Ruby menyebut Ivy
“Cemburu?”
“Shhh.... Nggak penting!”
Ruby berdecak kemudian. Ia mengambil salah satu kentang Sammy dan memakannya dengan lahap. Hilang sudah seleranya untuk bercerita panjang lebar.
“Kau sendiri. Kencan dengan Jaden, kan?”
Ruby hampir tersedak ketika pertanyaan itu mencuat ke permukaan.
“Ah ya... betul rupanya!” Lanjut Sammy melihat reaksi Ruby.
“Menurutmu begitu?”
“Apa ada kemungkinan lain? TTM? Teman tanpa status?”
Ruby mendesis sementara tangannya berusaha meraih lengan Sammy. Tak sampai, of course! Tak habis akal, Ruby menendang kaki Sammy di balik meja dengan keras.
“Dasar kebiasaan!” Sammy mencoba meraih ujung sepatunya dan memijitnya tapi urung karena mengingat bahwa ia harus menghabiskan burgernya.
“Aku sudah menolaknya”
Suara Ruby menyusup ketika Sammy masih membungkuk. Senyumnya melebar dan seketika ia mengangkat kepalanya.
“Awwww!!!” Sammy mengusap-usap kepalanya yang kejedok meja.
“Kamu nggak papa?” Ruby melongok ke bawah ketika mendengar suara benturan. Ia malah melihat Sammy yang menggeleng kemudian keluar dari kolong meja secara perlahan dan hati-hati “Sakit?” Ruby meringis ketika melihat Sammy mengernyit. Dengan sigap, Ruby melihat isi tasnya dan mengeluarkan sesuatu “ Nih.. minyak putih!”
Sammy menggeleng “No. Thank you. Its oke, kok”
“Ya sudah!” Jawab Ruby kesal sambil memasukkan kembali botol minyak putihnya. Sudah lama mereka tak berbicara layaknya sahabat, tapi tiba-tiba Sammy berubah menjadi bule! Ini menyebalkan
“Jadi Jaden sudah menyatakan perasaannya?” Sammy kembali membuka pembicaraan
Ruby mengangguk
“Lalu kau menolaknya?”
Ruby mengangguk, kemudian mengangkat burger yang ia sempat lupakan.
“Kau baru saja menolak tawaran menjadi putri raja!”
Ruby menggigit burgernya dengan sadis
“Kau menyesal?”
Ia menggeleng
“Padahal kamu bisa jadi nyonya besar. Mau ini itu bisa! Keluar negeri?”
Sammy menjentikkan jarinya “Semudah itu dan kamu sudah sampai di Burj Khalifa”
Sammy menjentikkan jarinya lagi “Berlian”
Ia melakukannya lagi “tas Hermes”
Jentikkan jari lagi “Villa di pulau pribadi! Kau tahu apa artinya ini...”
Ia menunjukkan ujung jari tengah dan jempolnya yang saling menempel
“Sekali lagi kau lakukan itu, aku akan....”
“itu artinya pegangguran selamanya. Se-la-ma-nya!” Sammy menatap Ruby intens yang hanya dibalas dengan pandangan Ruby yang beralih ke ujung mejanya.
Diam di titik itu cukup lama.
Tak ada suara beberapa detik.
Senyum lebar yang tadi tergambar jelas di bibir Sammy lenyap secara perlahan.
“Kau menyukainya?” Tanya Sammy ketika senyumnya benar-benar hilang.
Masih tak ada jawaban. Ruby bahkan sudah meletakkan makanannya
“Entahlah Sam!” Ruby mendongak. “Saat bersamanya, ingatan tentang Edward tak lagi menyakitkan!”
Sammy menelan ludah
Ruby memandang Sammy dengan alis berkerut “Apa itu namanya suka?”
Sammy membisu memandangi Ruby. Tak bisa memberi jawaban yang diinginkan Ruby. Ia terlalu takut memberikan jawaban yang sudah sangat jelas itu.
“Setelah aku menolaknya, apa ada kemungkinan ia akan kembali menyukaiku?”
Dan pertanyaan innocent, diperjelas – terdengar bodoh – disertai tatapan polos itu hanya semakin menambah keyakinan di dalam hati Sammy bahwa gadis itu benar-benar sedang jatuh cinta. Dan,come on, By, apakah dalam hal sesederhana ini, kau perlu Sammy untuk menegaskannya?
Sammy bisa gila
“Samm...”
“Oh ...wait!” Sammy merogoh sakunya lalu mengeluarkan ponselnya dengan buru-buru dan menaruhnya di telinga
“Tunggu...” ia mengangkat tangannya memberi isyarat agar Ruby tak bersuara lalu beranjak dari tempatnya, meninggalkan Ruby yang menghela nafas panjang.
“Ihave to go!” Seru Sammy ketika kembali ke mejanya “Apa aku perlu menunggumu menyelesaikan...”
“Ivy..?”
“Hm...”
“Pergilah!” Ruby menghela nafas lagi “Jangan buat dia menunggu!” Ruby memberikan senyum terbaiknya.
Sammy mengangguk walau ragu, lalu beranjak dari tempatnya. Meninggalkan Ruby yang terus memandanginya hingga sosok Sammy benar-benar tak tertangkap matanya. Ia menarik nafas kemudian melihat di meja yang ditinggalkan Sammy
Sebuah piring dengan sebungkus burger dan kentang goreng.
Rubby menyingkirkan miliknya dan mengambil milik Sammy. Ia membuka bungkusannya, menuangkan saos tomat kemudian menikmatinya sampai habis.
Sepertinya, ini adalah saatnya! Saat untuk melepaskan sahabatnya pada seseorang yang lain.
Ternyata rasa sakit itu ada dua: 1. Rasa sakit karena kehilangan kekasih, 2. Rasa sakit karena kehilangan sahabat.
Dua-duanya, walau berbeda, tapi sama-sama menyakitkan.
----***----
Selamatt dini hari. Ngarang part ini betul2 seharian. Pakai acara buntu segala..akhirnya baru selesai dan asal copas gak diteliti lagi Semoga tetap suka ya. Dan maaf kalau banyak tipo.
Selamat beristirahat. Semoga iatirahat kita semakin bermutu yaaa teman-teman.
Haduuuuu Sammy muncul untuk pergi😭😤😰
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.